Bantuan Kemanusiaan Terus Mengalir, Malapetaka itu Karena Kasus “Ilegal Logging” di Desa Wora, Kole dan lainya
Pj. Gubernur NTB: Edukasi dan Penegakan Hukum Bersifat Mutlak
![]() |
Pj. Gubernur NTB, May Jend (Purna) TNI AD, Hasanuddin Bersama Bupati Bima Yang Juga Wakil Gubernur NTB Terpilih, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE, M. IP Saat Berkunjung di Wera dan Ambalawi (5/2/2025) |
Visioner Berita Kabupaten Bima-Banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawi-Kabupaten Bima telah menghancurkan banyak hal. Diantaranya, 7 orang warga terseret. Ratusan hektar lahan pertanian warga hancur. Ratusan ternak pun ludes. Rumah-rumah warga ada yang terseret, pun tak sedikit yangdigenangi air. Sejumlah jembatan putus. Infrastruktur Pemerintah berupa jalan raya, selokan dan lainya pun juga hancur.
Yang tersisa hanyalah duka dan air mata berkepanjangan bagi para korban bencana. Bantuan kemanusiaan dari Pemerintah ((Kota Bima, Kabupaten Bima dan Pemprov NTB), Lembaga Non Pemerintah, masyarakat Kota dan Kabupaten Bima serta lainyha terus mengalir sejak awal dan bahkan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Upaya pembersihan lumpur dan sampah pasca bencana oleh TNI, Polri, Relawan, BPBD dan lainya pun masih berlangsung sampai sekarang.
Sedangkan upaya pencarian terhadap lima orang warga yang terhanyut banjir bandang, hingga kini masih terus dilakukan oleh Tim Gabungan. Yakni TNI, Polri, Tim Sar, TAGANA, relawan dan lainya. Bahkan dalam kaitan itu, pihak Polda NTB telah menerjunkan anjing pelacak. Namun hingga detik ini, upaya keras dalam kaitan itu belum juga menemukan lima orang korban tersebut.
Catatan terkini berbagai Awak Media melaporkan, Open Donas (OD) bagi korban bencana di dua Kecamatan tersebut hingga kini masih berlangsung. Ketika dana terkumpul melalui upaya kemanusiaan tersebut, tentu saja akan diserahkan kepada para korban bencana dimaksud.
Pertanyaan tentang “sember malapetaka” yang memporak-porandakan sejumlah Desa di dua Kecamatan tersebut pun akhirnya terjawab. Kepala Desa nanga Wera, Umar SH dan Camat Ambalawi mwembeberkan secara gamblang tentang sumber malapetaka dimaksud.
Umar mengungkapkan, sumber “malapetaka” itu diduga keras karena aksi penggundulan hutan di wilayah Desa Wora Kecamatan Wera-Kabupaten Bima. Dugaan aksi pembalakan hutan di atas lahan yang luas itu ungkap Umar, terjadi sejak lama dan bahkan masih berlangsung sampai dengan saat ini.
“Mala petaka ini bersumber dari aksi pembalakan hutan secara liar di Desa Wora. Sampai saat ini aksi pembalakan hutan menggunakan sensor tersebut masih saja terjadi di wilayah Desa Wora itu. Sementara banjir bandang yang menghancur sejumlah Desa termasuk Wora, Talapiti dan Nanga Wera merusak sejumlah infrastruktur serta mengobarkan 6 orang warga terseret banjir bandang. Sedangkan 3 orang korban terseret banjir bandnag yakni 1 dari Desa Wora dan 1 dari Desa Nunggi dan ratusan hektar lahan pertanian warga itu adalah kiriman dari Desa Wora,” beber Umar kepada Media Online www.visionerbima.com, Rabu (5/2/2025).
Dalam kaitan itu Umar mengaku, Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan tak bisa berbuat banyak. Sebab, kewenangan soal kehutanan dari Kabupaten/Kota sudah beralih ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Upaya sosialisasi dan edukasi terus kami galakan dengan Pemerintah Desa dan Kecamatan di Wera dan Ambalawi. Dan suara keras pun sudah kami sampaikan. Tetapi soal penindakan, itu merupakan kewenangan Pemprov NTB. Kasus pembalakan hutan secara liar ini, sesungguhnya bukan hal baru. Tetapi terjadi sejak lama. Dan mala petaka ini merupakan yang terdahsyat perdana di Kabupaten Bima,” papar Umar.
Papar Umar, Desa Wora pun merupakan salah satu sasaran serius dari banjir bandang dimaksud. Rumah-rumah warga, lahan pertanian dan pemukiman warga banyak yang hancur. Dalam kaitan itu pula, 1 orang warga meninggal dunia. Muis kemudian membongkar, sejumlah oknum pembalak hutan itu sempat di penjara.
“Namun setelah keluar dari penjara, mereka membalak hutan lagi. Katanya, mereka membalak hutan itu karena sudah mengantungi izin dari Gubernur NTB. Apakah izin itu soalm menanam atau membabat hutan, tentu saja kami tidak tahu. Makanya kami meminta kepada aparat Desa dan Camat Wera agar memanggil mereka dan mendapatkan data detail soal itu,” tegas Umar.
Umar menambahkan, sebesar apapun anggaran yangdikelaurkan oleh Negara untuk perbaikan pasca terjadinya bencana di Wera dan Ambalawi tersebut akan bernilai sia-sia jika aspek penegakan hukum terkait pembalakan hutan secara liar di Desa Wora itu tidak ditegakan. Hutan dibabat dan kemudian lahanya digunakan untuk menanam jagung.
“Ulah pembalak liar telah melulu lantahkan dua Kecamatan tersebut dan mengakibatkan korban 8 orang korban terseret banjir bandang. Diduga pelaku pembalakan liar itu dipenjara di zaman Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah. Apakah izin tersebut dikeluarkan di masa Pemerintahan Zulkieflimansyah atau bukan, ini yang masih harus kami krocek terlebih dahulu,” papar Umar.
Keluhan ini pun disampaikan secara langsungoleh Umar kepada Pj. Gubernur NTB, May Jend (Purn) TNI AD, Hasanuddin didampingi Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE, M.IP saat berkunjung ke lokasi bencana di Wera dan Ambalawi, Rabu (5/2/2025).
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Ratusan hektar lahan persawahan warga tidak bisa lagi dimanfaatkan. Sebab, tingkat sedimentasi akibat banjir bandang tersebut semakin tinggi. Malapetaka ini juga telah menghancurkan sejumlah pemukinan warga. Ratusan ekor ternak warga pun ludes. Dan yang paling fatal adalah 8 orang terseret banjir bandang, tetapi baru 3 orang yang sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” papar Umar.
Umar mengusulkan, proses pemulihan berbagai persoalan yang diakibatkan oleh bencana banjir bandang ini harus diperioritaskan. Diantaranya, tiga jembatan putus akibat banjir bandang mendesak ditangani secara perioritas.
“Terimakasih kepada Pj. Gubernur NTB, May Jend (Purn) TNI AD, Hasanuddin dan Bupati Bima yang juga Wagub NTB terpilih, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE, M.IP (dinda) karena sudah hadir di Wera dan Ambalawi ini. Terimasih pula atas bantuan yang diserahkan kepada para korban bencana, terutama santunan yang telah diserahkan mkepada keluarga 8 orang yang terseret banjir bandang. Apresiasi dan terimakasih juga kami sampaikan kepada TNI, Polri, Basarnas, Wartawan, kontenn kreator, para relawan, Pemerintah Kota Bima, Pemerintah Kabupaten Bima, Pemprov NTB, relawan dari berbagai daerah dan lainya yang telah membantu para korban bencana di dua Kecamatan ini,” papar Umar.
Pun Umar mengaku, sumber malapetaka ini akibat aksi penggundulan hutan di Desa Wora Kecamatan Wera-Kabupaten Bima. Banjir yang menda sejumlah Desa di Kecamatan Wera dan Ambalawi hingga berdampak serius kepada berbagai permasalah tersebut, adalah kiriman dari wilayah Desa Wora.
“Ya, itu banjir krimkan dari wilayah Desa Wora Kecamatan Wera. Aksi pembalakan liar itu harus segera dihentikan. Sebab, kita semua enggan bahwa malapetaka yang sama kembali terjadi di kemudian hari,” desak Umar.
Sementara bencana banjir bandang yang merusak sejumlah inftarstruktur baik jembatan, jalan raya hingga ke pemukiman warga di Kecamatan Ambalawi juga dituding akibat ulah penggundulan hutan oleh warga di wilayah Desa Kole. Banjir bandang yang menimpa sejumlah Desa di Ambalawi itu, bersumber dari pengunungan. Kasus tersebut dibeberkan oleh Camat Ambalawi, Abdul Muis.
“Di wilayah Desa Kole itu terjadi perluasan lahan hingga ke kawasan hutan tutupan Negara. Perambahan hutan secara ilegal itu terjadi sejak tiga tahun terakhir ini. Hutan dibabat dan kemudian ditanami jagung. Aksi liar tersebut masih berlangsung sampai dengan saat ini,” ungkap Muis.
Aksi perluasan lahan hingga ke kawasan hutan tutupan Nera di Kole tersebut, diakuinya terjadi pasca peralihan kewenangan soal kehutanan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi NTB. Oleh sebab itu, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penindakan terhadap para pembalak hutan dimaksud.
“Pasalnya, itu sudah menjadi kewenangan pihak Pemprov NTB melalui BKPH setempat. Yang dapat kami lakukan hanya soal edukasi dan mengingatkan kepada masyarakat bahwa banjir bandang itu bersumber dari aksi penggundulan hutan. Dari peristiwa banjir bandang ini, untuk ke depan kami akan segera melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) dengan seluruh Kades yang ada di Ambalawi,” tegas Muis
Muis menambahkan, upaya perluasan lahan hingga ke kawasan hutan tutupan Negara oleh warga setempat bukan saja di wilayah Desa Kole oleh warga setempat. Tetapi juga terjadi di Desa-Desa lainya di Ambalawi.
“BKPH ada, tetapi aksi perluasan lahan hingga ke kawasan tutupan Negara di Ambalawi masih saja terjadi sampai saat ini. Untuk menghentikan kasus tersebut, tentu saja mutlak melalui aspek penegakan hukum. Sebab, seberapapun besar anggaran yang digelontorkan oleh Pemerintah untuk perbaikan pasca bencana ini sangatlah percuma jika masalah di hulunya tidak disikapi secara tegas sekarang juga,” desak Muis sembari memastikan bahwa banjir bandang yang terjadi di Wera dan Ambalawi itu dipicu oleh gundulnya kawasan hutan.
Di moment yang sama, Dinda pun membisikan banyak hal kepada Pj. Gubernur NTB tersebut terkait bencana banjir bandang yang menimpa dua Kecamatan dimaksud. Antara lain soal perluasan lahan oleh sejumlah oknum dan pengalihan fungsi hutan. Masalah penting tersebut, pun akan dijadikan sebagai agenda periorita Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal-Hj. Indah Dhamayanti Oputri, SE, M.IP (Iqbal-Dinda) setelah dilantik secara resmi sebagai Gubernur-Wakil Gubernur NTB.
Pada momen Kunjungan Kerja (Kungker) pasca bencana tersebut, Pj. Gubernur NTB May Jend (Purn) TNI AD Hasanuddin bahwa penanganan berbagai kerusakan di Kecamatan Ambalawi dan Wera serta proses pencarian para korban yang belum ditemukan itu adalah skala perioritas. Status kebencanaan di dua Kecmaatan itu diakuinya masih paparnya, masih dalam kategori bencana regional.
“Kini Pemerintah harus fokus kepada soal pemulihan pasca bencana dan menyerahkan berbagai jenis bantuan tanggap darurat kepada para korban bencana. Selain itu, Pemerintah juga menyerahkan santunan kepada keluarga dari 8 orang yang terseret banjir bandang. Sementara korban yang sampai hari ini belum ditemukan, tentu masih dilakukan upaya pencarian. Dan dalam kaitan itu pula, Polda NTB telah menerjunkan anjing pelacak untuk membantu mencari korban,” sahutnya.
Pj. Gubernur NTB juga mengaku tidak menafikan bahwa banjir bandang yang menimpa dua Kecamatan tersebut disebabkan oleh aksi penggundulan hutan. Hutan digundulkan dan lahanya digunakan untuk menanam jagung.
“Hal itu erat kaitanya dengan soal ekonomi bagi warga. Namun hasil yang dicapai tak sebanding dengan kerugian yang dialami oleh masyarakat di dua Kecamatan ini pula. Maka untuk menghentikan hal itu, tentu saja memerlukan edukasi secara terus-menerus dan aspek penegakan supremasi hukum. Sekali lagi, aspek penegakan hukum soal itu tentu bersifat mutlak,” tegas sosok Jenderal Humoris, tegas, cerdas, pintar dan sangat baik berdarah Makassar-Sulsel ini.
Soal anggaran yang digelontorkan untuk penanganan pasca bencana di dua Kecamatan tersebut, tentu saja disiapkan oleh Pemerintah. Dalam kaitan itu pula, pihaknya akan terus membangun koordinasi yang sangat intens dengan pihak BPNPB RI, Pemkab Bima dan partisipasi dari para pihak lainya.
“Penanganan sejumlah jembatan putus di dua Kecamatan tersebut, tentu masuk dalam penanganan perioritas. Sementara kondisi warga yang menjadi sasaran banjir bandnag did ua Kecamata ini, tentu saja harus direlokasi ke tempat yang sangat aman dari banjir bandang. Sebab, kalau di tempat itu terus maka akan jadi sasaran banjir bandang di kemudian hari. Sekali lagi, mereka wajib direlokasi,” tegasnya.
Pj. Gubernur NTB juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih yang sangat besar kepada berbagai pihak yang sejak awal hingga hari ini hadir dengan sentuhan kemanusiaan untuk para korban bencana dimaksud. Upaya-upaya mulia tersebut, diharapkanya bisa berlangsung hingga para korban bencana bisa terpulihkan secara priskologis.
“Jangan pernah berhenti, apalagi lelah membantu sesama. Para korban bencana tersebut, hingga kini masih membutuhkan sentuhan dari kita semua. Atas nama Pj. Gubernur NTB, secara khusus kami menyampaikan rasa duka cita teramat dalam atas bencana ini, wabil khusus kepada para keluarga korban yang terseret banjir bandang. Semoga 5 orang korban yang masih dicari itu segera ditemukan,” harapnya. (JOEL/RUDY/DK/RIS/AL)
Tulis Komentar Anda