Ibnu Khaldun: Dijaman Now, Generasi Muda Butuh Growth Mindset


Ketua STKIP-TSB, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., dalam memimpin upacara di SMAN 1 Woha, Kabupaten Bima, Senin (12/8/2024).

Visioner Berita Kabupaten Bima-Kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Taman Siswa Bima (STKIP-TSB), memiliki tradisi penguatan literasi, edukasi, serta memberikan motivasi pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) di Tiga kabupaten kota ujung timur pulau Sumbawa. Yakni Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. 

Kaitan dengan itu, Ketua STKIP-TSB, Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si menyatakan, pihaknya memiliki komitmen untuk mengajak masyarakat, Dosen, Guru, Mahasiswa, dan Siswa dalam membangun agenda bersama tentang "Growth Mindset" (cara berpikir cepat).

Ibnu Khaldun menjelaskan, Growth Mindset merupakan mengembangkan cara berpikir cepat. Maksudnya adalah menjadikan pola pikir sebagai media kecerdasan dengan kerja keras, pengalaman dan pembelajaran.

“kenapa Growth Mindset ini sangat penting? Menghadapi era yang terus berubah seperti sekarang memerlukan ide solutif yang lahir dari Growth Mindset. Misalnya, beberapa tahun lalu, kita tidak pernah menduga adanya covid. Keadaan ketidaksiapan itu membuat kita berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan," jelas Ibnu Khaldun, dalam pidatonya dalam memimpin upacara di SMAN 1 Woha, Kabupaten Bima, Senin (12/8/2024). 

Kata dia, dengan mengubah paradigma umum kedalam growth mindset menjadikan seseorang mampu memetakan masa depan. “Cara berpikir cepat menjadi penting diterapkan sekarang ini. Karena masa depan mulai dari keberanian mengambil tindakan melalui cara berfikir yang sehat. Tentu harus dibarengi dengan literasi," kata Ibnu Khaldun.

Menurut dia, masyarakat Bima-Dompu memiliki semangat kerja dan daya tahan yang tinggi. Semuanya itu sebenarnya harus diperkuat dengan sudut pandang yang relevan dengan kondisi jaman. Terutama soal masa depan. 

 “Saya yakin banyak siswa-siswi sekarang yang tidak memiliki rancangan masa depan. Setelah lulus hanya mengikuti arus tanpa tujuan yang jelas. Kondisi semacam ini tidak hanya menjadi bumerang untuk diri sendiri. Tetapi juga menjadi masalah besar terlebih orang tua mereka,” sebut Ibnu Khaldun sembari menambahkan.

“Jadi, siapa saja yang banyak mengeluh dapat dipastikan akan mudah menyerah. Kondisi semacam ini dibutuhkan daya tahan fisik dan pikiran yang maju dan terbuka. Karena itu, lanjut studi itu penting. Terutama, perempuan yang akan menjadi madrasah pertama untuk anak anaknya. Kita harus mampu berpikir global, tetapi bertindak lokal. Diera perkembangan teknologi 4.0 ke 5.0, kita bisa bersaing bahkan sampai dunia internasional dengan menggunakan teknologi dalam genggaman kita. Yaitu Smartphone,” tambahnya.

Pada kesempatan itu, Jebolan kampus UGM dan UI ini pun menyelipkan narasi motivasi kepada Siswa-siswi berkaitan dengan angka 17.  “Memasuki bulan kemerdekaan, 17 merupakan angka sakti. Yaitu, 17 rakaat shalat wajib, 17 ramadhan yang merupakan hari turunnya Alquran, dan 17 Agustus sebagai spirit pejuang untuk mengambil alih kedaulatan negara,” tutupnya.

Sebagai informasi, STKIP Taman Siswa Bima memiliki program "Tamsis goes to school" yang membidik-mendidik siswa-siswi SMA di Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Program tersebut selain bertujuan untuk memperkenalkan kampus, juga digunakan untuk mengedukasi serta memotivasi siswa. 

Model pelaksanaan adalah dalam bentuk program. Dengan diseminasi karya mahasiswa ke SMA dimaksud. Dialog InspiraTALKS berbagi inspirasi dari kepala sekolah, penguatan literasi digital bersama perpustakaan, penandatanganan komitmen bersama dengan pihak SMA sasaran, dan menjadi pembina upacara. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.