Terkait Kasus Pemukulan Guru di Bima Oleh MH, Pengakuan Kasek Dengan Korban Terkesan Berbeda
Pelaku Pemukul Guru di Bima Yang Viral Berinisial MH |
Visioner Berita Kabupaten Bima-Kasus pemukulan terhadap guru Olah Raga, Sofyan S.Pd oleh oknum siswa kelas II Jurusan Teknik Sepeda Motor (TBSM) berinisial MH di SMKN 1 Woha-Kabupaten Bima, dijelaskan telah berakhir dengan kesepakatan damai. Kesepakatan damai itu dilaksanakan di Mapolsek Woha-Polres Bima, Selasa (7/11/2023).
Perdamaian keduanya disaksikan oleh sejumlah pihak. Antara lain Bhabinkamtibmas Donggo Bolo, Tokoh Masyarakat (Tomas) dan pihak Polsek Woha. Meski penanganan kasus yang dilaporkan itu telah berakhir, namun publik terutama di beranda Media Sosial (Medsos) terpantau hingga saat ini masih menyesalkan sikap dan tindakan oknum pelajar dimaksud.
Hingga berita ini ditulis, postingan nitizen terkait peristiwa yang dinilai menampar dunia pendidikan tersebut masih saja terjadi. Tak hanya itu, para nitizen masih bersih keras mendesak pihak sekolah setempat agar segera mengeluarkan oknum pelajar tersebut dari sekolah dimaksud dan kemudian dikembalikan kepada kedua orang tuanya.
Tak hanya itu, ditemukan adanya sejumlah nitizen yang mendesak
seluruh SMA di NTB untuk tidak menerima oknum siswa dimaksud. Sementara soal
kesepakatan damai tersebut juga tak luput dari sorotan para nitizen. Menurut para
nitizen, kesepakatan damai tersebut adalah identik dengan membiarkan peristiwa
yang sama terjadi di kemudian hari.
Yang diiinginkan oleh nitizen dan para pihak adalah memproses pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Namun harapan sekaligus ketegasan tersebut sudah berlalu. Sebab, kedua belah pihak sudah bersepakat untuk damai. Pelaku mengakui perbuatannya dan kemudian meminta maaf. Sedangkan korban, dalam surat pernyataan damai tersebut menyatakan sudah memaafkan pelaku dengan tulus ikhlas.
Masih soal peristiwa viral yang dinilai memalukan itu, kini muncul pengakuan dengan kesan berbeda antara Kepala Sekolah (Kasek) SMKN Woha, Tursana S.Pd dengan korban (Sofiyan). Kendati tidak ikut menyaksikan secara langsung peristiwa pemukulan Sofiyan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) di salah satu ruang kelas di sekolah itu, Tursana membantah mukanya Sofiyan babak belur karena dipukul oleh MH.
“Tidak ada penganiayaan terhadap Sofiyan. Soal informasi bahwa mukanya Sofiyan babak belur karena dipukul oleh MH, itu perlu saya klarifikasi. Yang benar adalah, wajah Sofiyan terlihat pada foto yang tersebar luar itu bukan karena dipukul oleh MH. Tetapi yang terlihat di wajah Sofiyan itu karena terkena spidol yang dipegangnya sendiri,” kata Tursana saat diwawancara oleh Media Online www.visionerbima.com melalui saluran selulernya, Selasa malam (7/11/2023).
Sebab saat mengajar di kelas itu kata Tursana, Sofiyan membawa spidol. Dan warna terlihat di wajahnya Sofiyan tersebut, diakuinya akibat terkena semburan tinta spidolnya sendiri lantaran menangkis pukulan dari MH.
“Sebelum peristiwa itu terjadi, Pak Sofiyan menemukan ada lima orang siswa yang merokok di dalam kelas. Saat itu Sofiyan menegurnya dan menasehatinya agar tidak merokok di ruang kelas. Dari kelima orang siswa tersebut, empat orang diantaranya mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Sofiyan. Namun tidak demikian dengan MH. Maksudnya, MH justeru tidak terima saran dan nasehat dari Pak Sofiyan. Dan anak itu (MH) memang bandel,” ujar Tursana.
Kata Tursana, pada saat yang bersamaan MH langsung menyerang Sofiyan. Saat diserang oleh MH katanynya lagi, Sofiyan menangkis dan tinta spidol yang dipegangnya langsung mengena bagian wajahnya Sofiyan pula.
“Saat MH memukul Sofiyan, Sofiyan langsung menangkisnya. Lantaran menangkis pukulan MH, akhirnya bagian muka Sofiyan terkena tinta spidolnya sendiri. Sekali lagi, wajah sofiyan itu bukan babak belur. Tetapi yang terlihat di wajahnya itu dikarenakan terkena semburan tinta spidolnya sendiri,” ulas Tursana.
Dari mana Anda tahu bahwa wajah Sofiyan itu terkenal tinta spidolnya sendiri dan apakah Anda melihat secara langsung di TKP?.
“Itu penjelasan dari Pak Sofiyan sendiri kepada saya. Saat kejadian berlangsung, saya memang masih ada di ruangan Kepsek. Karena mendengar adanya keributan, akhirnya saya langsung menuju TKP. Saat saya tiba di TKP, MH sudah kabur dari sekolah dengan cara loncat pagar. Sekali lagi, saya tegaskan bahwa tidak ada peristiwa pukul-memukul saat itu,” ucap Tursana.
Tursana kembali memastikan, pada peristiwa itu Sofiyan tidak pernah memukul MH. Jika Sofiyan memukul MH, dijelaskannya tentu saja MH langsung pingsan. Sebab, badan MH katanya sangat kecil.
“Karena MH kabur dari sekolah saat itu, saya perintahkan pegawai di sekolah itu untuk mencarinya. Setelah dicari akhirnya MH ditemukan di kampung sana. Selanjutnya MH dibawa oleh pegawai tersebut bersama masyarakat ke SMKN setempat.
“Sebenarnya saat itu masyarakat setempat sangat geram kepada MH. Namun pada saat yang bersamaan, kami mengamankan MH di salah satu ruangan. Hal itu dimaksudkan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada diri MH,” tutur Tursana.
Selanjutnya katanya, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas Donggo Bolo. Tak lama kemudian, Bhabinkamtibmas tersebut langsung datang ke SMKN Woha.
“Saat itu pula, Bhabinkamtibas setempat melakukan pemeriksaan terhadap MH dan sejumlah saksi yang ada di TKP. Saksi-saksi yang diperiksa tersebut adalah siswa jurusan TBSM,” terangnya.
Soal siswa yang merokok di ruang kelas, diakuinya baru terjadi kali ini saja. Sebelumnya katanya, tidak ada siswa yang merokok di ruang kelas.
Bukankah hal itu karena pihak sekolah yang tidak tegas alias melakukan pembiaran?.
“Bukan begitu, anda jangan menyimpulkannya seperti itu. Maka dengarkan penjelasan saya. Yang benar itu adalah baru kali ini ada siswa yang merokok di dalam kelas. Sementara sebelumnya, tidak ada siswa yang merokok di ruang kelas,” tangkis Tursana.
Terkait peristiwa yang dinilai mencabik-cabik harkat, martabat dan kehormatan guru tersebut maka dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan sejumlah langkah. Yakni akan segera memanggil kedua orang tua MH. Soal desakan agar MH segera dikeluarkan dari sekolah itu, Tursana menyatakan akan melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu dengan para guru yang ada di sekolah itu.
“Soal apakah anak itu harus dikeluarkan dari sekolah ini, itu tergantung hasil kesepakatan dari rapat koordinasi dengan para guru yang akan kami laksanakan dalam waktu segera. Tetapi kemungkinan besar MH akan dikembalikan oleh pihak sekolah kepada kedua orang tuanya. Sedangkan empat orang siswa yang ditemukan merokok di dalam kelas tersebut, sudah kami bina dan mereka mengakui kesalahannya serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya,” pungkas Tursana.
Secara terpisah Guru Olah Raga yang dipukul oleh HM, juga menyatakan tidak benar wajahnya babak belur karena pukulan MH. Untuk itu, ia kemudian mengklarifikasinya.
“Informasi yang menyebutkan bahwa muka saya babak belur karena dipukul oleh MH, itu tidak benar. Sementara yang terlihat di wajah saya itu adalah semburan tinta pulpen snow man dari MH. Tinta pulpen itu tersembur hingga ke wajah saya karena saya berkali-kali menangkis pukulannya yang mengarah ke bagian wajah saya,” terang Sofiyan kepada Media ini melalui saluran selulernya, Selasa malam (7/11/2023).
Peristiwa pemukulan itu terjadi, diakuinya dipicu lantaran dirinya menegur dan menasehati MH dan empat orang siswa TBSM yang ditemukan merokok di ruang kelas. Karena melihat yang dinilai tak lazim tersebut, dirinya pun langsung menegur dan menasehatinya agar mereka tidak merokok di dalam kelas.
“Empat orang siswa mengakui kesalahannya dan meminta maaf setelah saya menegur dan menasehatinya. Namun tidak demikian dengan MH, pada saat yang bersamaan secara spontan dia memukul bagian dahi kiri saya dengan sangat keras. Dan hingga saat ini, saya masih merasakan sakit pada bagian dahi ini,” ungkap Sofiyan.
Karena pukulan tersebut, Sofiyan mengaku baru sadar bahwa dirinya diserang oleh MH. Pada moment yang bersamaan, kesan ketegangan diakuinya masih terjadi. Selanjutnya, Sofiyan mengaku langsung memiting lehernya MH hingga terjatuh di lantai di TKP itu.
“Pergulatan antara saya dengan dia dalam waktu tidak terlalu lama di lantai itu, pun saat itu terjadi. Namun saya terus memiting lehernya. Pada saat itu lah beberapa kali MH memukul bagian wajah saya menggunakan tangannya,” beber Sofiyan.
Disaat yang bersamaan, MH diduga memegang pulpen merk snow man. Disaat tangannya melancarkan serangan ke bagian wajah, Sofiyan mengaku bahwa saat itu pula tinta pulpen milik MH tersembur hingga ke wajah Sofiyan.
“Warna yang terlihat di wajah saya sebagaimana foto yang beredar luas di beranda Medsos itu adalah tinta pulpen merk snow man milik MH, bukan tinta spidol saya. Terkait pukulan pada bagian dahi kiri saya tersebut, Selasa malam saya sudah divisum oleh pihak Puskesmas Woha. Hasil visumnya, tentu saja saya tidak tahu. Sebab kata pihak Puskesmas tersebut, yang berhak mengambil hasil visum itu adalah pihak Kepolisian. Namun yang jelas, sampai saat ini saya masih mengeluhkan rasa sakit pada bagian dahi kiri,” ulasnya.
Peristiwa “pahit” yang menimpanya itu, diakuinya sudah berakhir dengan kesepakatan damai di mapolsek Woha. Dia pun mengaku sudah memaafkan pelaku. Dan pelaku sudah meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang sama di kemudian hari. Jika demikian, kenapa harus melakukan visum?.
“Pasca kejadian berlangsung, saya didatangi oleh Ketua PGRI Kabupaten Bima. Beliau menyarankan agar saya segera melakukan visum. Upaya itu dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan-kemungkinan di kemudian hari,” tegas Sofiyan.
Sofiyan menjelaskan, jumlah siswa jurusan TBSM di sekolah itu sebanyak 18 orang. Namun 5 orang diantaranya ketahuan merokok di dalam ruang kelas. Salah satunya adalah MH.
“Empat orang siswa yang kedapatan merokok di dalam ruang kelas itu sudah kami bina. Dan mereka mengerti, mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang sama di kemudian hari. Dari keempat orang yang saya bina dan nasehati itu, hanya MH yang bereaksi,” ucap Sofiyan. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda