AMPI Gelar Kegiatan Diskusi Milenial Bertajuk “Kewirausahaan Milenial”
Juga Disinggung Soal Kerusakan Hutan Karena Jagung
Moment Diskusi Milenial Yang Berlangsung Yang Digelar Oleh AMPI di Dream Coffe Kota Bima, Rabu Malam (26/4/2023) |
Visioner
Berita Kota Bima-Peristiwa ramai kembali terjadi di Dream Coffe di cabang Ranggo
Kelurahan Nae Kecamatan Rasanae Barat-Kota Bima, Rabu malam (26/6/2023) sekitar
pukul 20.30 Wita. Liputan langsug sejumlah Awak Media melaporkan, keramaian
tersebut diusung oleh kegiatan penting yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa
Peduli Indonesia (AMPI).
Yakni diskusi milenial bertajuk “Kewirausahaan Milenial” yang berioentasi kepada membangun ekonomi daerah. Moment penting ini dihadiri oleh sekitar ratusan orang peserta yang terdiri dari berbagai jajaran pengurus OKP Cipayung Plus dan seluruh Presiden Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) baik yang ada di Kota Bima maupun di Kabupaten Bima. Tak hanya it, moment dimaksud juga dihadiri oleh berbagao Tokoh Pemuda.
Masih dalam liputan langsung sejumlah Awak Media, kegiatan tersebut dimulai sejak ba’da Sholat Isya dan berakhir sekitar pukul 23.45 Wita. Dalam sambutanya, Ketua AMPI Caca Handika menyampaikan bahwa secara ilmiah pemuda memiliki posisi dan peranan strategis di dalam menentukan maju mundurnya daerah. Oleh karena demikian pemuda harus mengambil bagian dalam mengawal pembangunan daerah, peran-peran kritis sekaligus kolaboratif. Peran ini akan semakin penting mengingat bonus demografi yang meniscayakan pengarusutamaan pemuda.
Di moment diskusi publik ini, turut hadir Tenaga Ahli Pimpinan MPR RI sekaligus Kepala Biro Pemerintahan Daerah DPP Partai Demokrat yakni Arifuddin Hamid, SH, ME. Tokoh Muda asal Bima yang akrab disapa Arif ini mengawali diskusi ini dengan memaparkan data-data kuantitatif makro ekonomi tentang struktur perekonomian nasional, statistik kemakmuran rakyat dan fakta pengembangan UMKM. Diskusi ini juga menghadirkan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Bima yakni Bachtiar. Pada moment kegiatan ini, Bahtiar lebih banyak tentang peran-peran kewirausahaan yang juga penting diisi oleh milenial.
Di moment ini pula, Arif menyentil beragam persoalan penting yang sejaklama hingga saat ini masih mendera Indonesia, tak terkecuali di Bima. Yakni mulai dari masalah kemiskinan, tingginya angka pengangguran hingga soal terapan keadilan dari sisi ekonomi khususnya pemuda milenial yang masih sangat jauh dengan keadilan.
“Persoalan kemiskinan dan pengangguran masih menjadi tantangan dalam pembangunan ekonomi. Hal ini terjadi sebagai ekses ketidakadilan distributif, sehingga meniscayakan keberpihakan pada ekonomi yang berdimensi kerakyatan. Pembangunan sejatinya ditujukan untuk kemanusiaan, namun faktanya justeru berbeda,” ungkap Arif yang merupakan Alumnus Magister Perencanan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, FEB UI ini.
Berdasarkan pengalamanya selaku Tenaga Ahli pada Kementerian PPN/ Bappenas, Arif menegaskan bahwa dengan alokasi belanja APBN yang menembus Rp3000 T pada 2023 seharusnya kesejahteraan rakyat Indonesia bisa membaik. Namun ternyata pertumbuhan PDB per kapita mengalami perlambatan yang dinilai sangat serius. Menurutnya, ini juga menegaskan bahwa pemerintah gagap dalam membangun politik anggaran yang prorakyat.
“Perkara politik anggaran ini harus dikawal secara bersama-sama. Ini adalah kerja politik, tugas wakil rakyat adalah untuk memastikan anggaran negara ditujukan untuk program-program pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas kehidupan. Jika wakil rakyat tidak berperan dengan maksimal, maka jangan heran jika alokasi anggaran menjadi minim dan tidak tepat arah. Ini yang dirasakan oleh masyarakatdi daerah, tak terkecualidi Bima. Sementara delegasi kita yang ada di DPR-RI yang bertanggungjawab soal itu, hingga kini belum mampu membuktikan kinerja terbaiknya untuk daerahnya. Olehnya demikian, Pemuda harus mengawal kinerja wakilnya itu,” imbuh Lulusan Fakultas Hukum (FH) UI ini.
Soal terpan kebijakan bersifat diskriminatif yang sejak dulu hingga saat ini masih sangat dirasakan oleh masyarakat di daerah tersebut, Arif menegaskan agar berbagai elemen masyarakat yang antara lain para Mahasiswa harus bersikap kritis. Tak hanya itu, Arif menyatakan bahwa forum-forum diskusi seperti ini perlu diperbanyak agar ruang ide dan demokrasi partisipatorik berjalan dengan baik.
“Momentum pesta rakyat pada tahun 2024 harus diinjeksi oleh gagasan dan politik konseptual. Ini adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama. Jika sebelumnya mereka dianggap gagal mengusung kebijakan yang berkeadilan untuk rakyat Indonesia termasuk di Bima, maka hal itu harus dijadikan sebagai pelajaran berharga oleh masyarakat pula. Sebab untuk ke depanya, kita butuh Tokoh yang benar-benar real berjuang untuk kemasalahan rakyat pula, terutama kalangan generasi muda kita,” imbuhnya lagi.
Selain itu, Arif juga menyinggung keras soal gundulnya hutan khususnya di Bima yang diakibatkan oleh aksi pembabatan hutan yang kemudian ditanami jagung oleh masyarakat. Dalam kaitan itu, Arif menyatakan bahwa para petani tidak serta-merta yang harus melimpahkan kesalahan kepada para petani.
“Kewenangan soal kehutanan sudah beralih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov). Dalam kaitan itu, Pemprov NTB (Gubernur NTB) dituntut harus bersikap tegas. Pun demikian halnya dengan aspek penegakan supremasi hukum terhadap para perambah hutan tutupan negara. Sebab, ratusan ribu manusia merasakan kesengsaraan berkepanjangan karena dihajar oleh banjir bandang akibat gundulnya hutan, termasuk pada kawasan hutan tutupan negara. Dalam hal ini pula, semua pihak termasuk Pemuda tidak boleh tinggal diam. Tetapi harus tetap kritis dan konsisten,” desaknya.
Arif kembali menegaskan, berdasarkan data staktistik yang diperolehnya dari pihak BPIS di Bima dan Dompu menjelaskan tak ada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang signifikan yang diperoleh darihasil jagung. Dan data itu, ditegaskanya sangat bisa dipertanggngjawabkan olehnya pula.
“Nilai kesejahteraan yang diperoleh dari hasil jagung tersebut, tentu berbanding terbalik dengan kesengasaraan masyarakat di Kabupaten Bima, Kota Bima dan Dompu yang dihajar oleh banjir bandang akibat gundulnya kawasan hutan. Ini merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi oleh kita semua. Sementara untuk merubah mindset para petani dari menanam jagung ke tanaman lain yang tidak berdampak kepada kerusakan hutan, tentu membutuhkan edukasi yang berlangsung secara terus-menerus,” pungkas Arif. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda