Dahsyat, Kota Bima Dijadikan Tempat Belajar Semua Daerah di Indonesia Soal Guru dan Sekolah Penggerak
Kadis Dikbud Kota Bima, Drs. H. Supratman, M.AP
Visioner Berita Kota Bima-Keberhasilan Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE dalam mewujudkan visi-misi “PERUBAHAN” diakui bukan saja terletak beragam pembangunan fisik maupunnon fisik. Salah satu keberhasilan spektakuler politisi Partai Golkar pada masa kepemimpinanya selama 3 tahun lebih tersebut, yakni terobosanya terkait BPJS gratis untuk ratusan ribu wara miskin di Kota Bima hingga berhasil memperoleh dua kali piagam penghargaan UHC dari Kemeterian terkait.
Sementara jelang akhir masa kepemimpinanya, nampaknya Lutfi terlihat tak puas dan tidak berhenti membuat terobosan untuk kepentingan Kota Bima serta masyarakatnya. Indikator itu, kini dibngkar oleh Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) setempat, Drs. H. Supratman, M.AP.
Pada moment perbincangan menarik di ruang kerjanya dengan Media Online www.visionerbima.com beberapa hari lalu, bapak asuk dari Cabang Olah Raga (Cabor) sepak tak raw di pentas Poprov NTB tahun 2023 yang sukses menyumbang lebih dari 2 medali emas ini menjelaskan bahwa Lutfi tercatat sebagai kepala daerah pertama di Indonesia yang langsung merespon program sekolah penggerak.
“Program sekolah penggerak ini berlaku selama tiga tahun di Kota Bima. Yakni dimulai sejak tahun 2019. Capaian yang dihasilkan melalui program ini,Alhamdulillah sangat memuaskan. Untuk program sekolah penggerak ini hanya dua daerah di NTB. Yakni Kota Bima dan Kabupaten Lombok Timur (Lotim),” tandas Supra.
Capaian tersebut diakuinya karena kekuatan komiten Lutfi di dalam mengawal dan mengawasi program ini. Dan atas capaian yang sangat baik dalam kaitan itu, Supra memaparkan Kota dijadikan sebagai tempat belajar bagi seluruh daerah di Indonesia.
“Ya, semua daerah di Indonesia menjadikan Kota Bima sebagai tempat belajar. Oleh sebab itu, sebagai warga Kota Bima harus bangga dan bersyukur,” ucap Supra.
Sekolah penggerak di Kota ini diakuinya sudah memasuki tahun ketiga. Dalam kaitan itu, pihak Kementerian diakuinya melakukan pendampingan. Yang didampingi adalah Kepala Sekolah (Kasek), Pengawas dan Guru.
“Jadi semuanya dilakukan pendampingan guna dilakukan pelatihan selama tiga tahun. Hal itu dimulai sejak penandatangan MoU antara Walikota Bima dengan Kementerian Pendidikan yakni tahun 2019. Program perioritas tersebut kini sudah berlangsung tiga tahun. Dan akan berakhir pada Agustus 2024,” terang Supra.
Setelah program tersebut berakhir, maka kemudian Pemerintah Pusat (Pempus) akan menyerahkanya kepada daerah. Hal itu dimaksudkan untuk melanjutkan sekolah penggerak di daerah.
“Polanya adalah melanjutkan pola sebelumnya. Sementara resiko pembiayaanya tentu berpulang kepada ABPD 2 Kota Bima. Sebab, hal tersebut sudah ada MoU dengan pihak Kementerian Pendidikan. Nanti tugas daerah adalah melanjutkanya pengimbasan program-program baik yang sudah diimplementasikan di sekolah-sekolah penggerak di Kota Bima ini, terutama praktek baik yang sudah dijalankanya,” papar Supra.
Hal itu diakuinya yang terkait dengan profile belajar Pancasila. Dalam kaitan itu, tentu saja ada enam item. Jadi, semua siswa harus memahami tentang profile belajar Pancasila.
“Yang pertama, mereka harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan sesuai dengan Agamanya masing-masing. Maka di sekolah penggerak itu, tiap pagi sudah mengamalkan Agamanya masing-masing dengan project profile Pancasila. Hal tersebut meruapakan praktek baik yang ada di daerah dan harus dikembangkan sehingga anak-anak memiliki praktek,” paparnya.
Kedua yakni terkait dengan kemandirian. Untuk itu, seluruh siswa diharapkan untuk bisa mandiri. Ketiga, yakni terkait dengan Kebhinekaan. Dalam kaitan itu mereka harus punya wawasan yang terkait dengan wawasan Nasional maupun Internasional, saling hargai-menghargai dan lainya.
“Mereka juga dituntut harus kreatif. Ini yang harus terus dibangun,” tegasnya.
Seanjutnya mereka harus mengamalkan nilai-nilai gotong royong. Implementasinya yakni mereka harus mengamalkan nilai-nilai gotong-royong, untuk menghargai antara satu dengan yang lain.
“Nah, ini yang ditanamkan di sekolah itu. Pada akhirnya hal terebut merpakan satu praktek nilai baik yang wajib dijalankan secara terus-menerus. Kalau ini tidak dijalankan, maka tentu saja mereka akan merasa kekurangan. Inilah yang dalam salah salah program yang diharapkan hasilnya sangat baik,” ujarnya lagi.
Tujuan akhir dari sekolah penggerak, guru penggerak, organisasi penggerak (IKM) tentu saja memiliki empat tujuan akhir. Yang pertama adalah meningkatkan mutu pendidikan dari sebelumnya. Yang kedua yakni menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.
“Dalam kaitan itu tidak ada lagi bully-membully. Tidak ada lagi perkelahian di satuan pendidikan. Tidak ada lagi ha-hal yang tidak diinginkan di setiap sekolah. Nah itu yang harus dihilangkan melalui sekolah penggerak ini,” urainya.
Kegiatan berikutnya adalah pelajaran yang berbasis pada murid. Sementara yang dulu, diakuinya itu adalah pembelajaran yang berbasis pada guru. Dulu apa yang dikatakan oleh guru, maka itu yang harus diikuti oleh siswa.
“Sementara sekarang, paradigma itu sudah berbeda. Ini namanya pembelajaran berbasiskan pada murid, atau dengan kata lain pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran ini adalah pelajaran yang berorientasi kepada keharusan untuk menggali potensi anak. Artinya kita tidak bisa menyamaratakan anak dalam memberikan proses pembelajaran. Tetapi harus kita kelompokan sesuai dengan potensi anak itu sendiri,” tuturnya.
Lebih jelasnya, dalamnkaitan itu anak hanya dirangsang dan selanjutnya anak diajak untuk berpikir. Selanjutnya anak diharuskan untuk menyelesaikan masalahnya pada setiap materi yang disuguhkan. Itulah yang dinamakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
“Dengan pola itu, tentu saja tidak ada hal yangrumit. Sebab pada prinsipnya, anak-anak tidak ada yang bodoh. Semua anak pintar. Tetapi kita tidak mampu membedakan tentang potensi anak. Artinya dengan pola IKM ini, potensi anak harus dirangsang dan digali serta berpikir untuk punya wawasan serta mampu menyelesaikan masalahnya,”tuturnya lagi.
Sementarakesiapan terkait dengan IKM tersebut, diakuinya bahwa Pempus melakukan Loka Karya, Diklat dan pendampingan selama tiga tahun. Kalau guru penggerak, diakuinya hanya selama 9 bulan. Jadi selama 9 bulan tersebut, guru penggerak menghadapi tentang bagaimana sumber daya bisa diciptakan.
“Selanjutnya kita harus mampu melakukan pengembangan diri dan kemudian mengajarkan pembelajaran berbasiswa. Dan pemerintah sudah menyediakan platform Program Merdeka Mengajar (PMM). Hal itulah yang tentu saja menjadi sumber pembelajaran di setiap sekolah. Jadi dalam kaitan itu, para guru tinggal masuk pada PMM. Melalui PMM tersebut tentu saja sudah disiapkan tentang pembelajaran yang berdiferensiasi, cara menggali potensi anak hingga melakukan assesment terhadap anak,” terangnya lagi.
Melalui kegiatan tersebut, sebelum guru memulai mengajar maka terlebih dahulu harus melakukan assesment awal terhadap anak. Hal tersebut memiliki tujuan yakni memetakan tentang potensi anak. Setelah dilakuka pemetaan, maka sesi yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan pengelompokan terhadap potensi anak.
“Itu merupakan goal yang ketiga. Sementara goal yang keempatadalah refleksi dan pengimbasan. Inilah yang menjadi tugas daerah setelah program ini diserahkan oleh pihak Kementerian terkait pada 2024. Kalau dulu tentu saja tidak ada refleksi. Misalnya proses mengajar dikelas, dulu Pengawasnya hanya melihat. Sekarang ini tentu saja beda. Setelah selesai mengajar maka guru harus duduk bersama dengan Pengawas, kasek untuk membahas materi yang telah disampaikanya kepada anak, apakah itu sudah sesuai atau sebaliknya dan apa pula kendalanya serta apa yang perlu dikembangkan lagi,” paparnya lagi.
Jika tahapan refleksi itu sudah dilakukan, maka esoknya para guru harus mengevaluasi kembali tentang kekuranganya dan menyusun bersama langkah selanjutnya. Hal itu dulu diakuinya tidak pernah ada.
“Dulu kita tidak pernah tahu tentang kekurangan kita. Sementara sekarang kita wajib tahu tentang kekurangan tersebut,” katanya.
Sementara tingkat keberhasilan terkait program periritas tersebut, diakuinya nyata adanya di Kota Bima dan luar biasa. Salah satu indikatornya, dijelaskanya melalui sumber daya guru. Kalau dulu guru bisa santai-santai, namun sekarang hal itu tidak boleh ada lagi. Tetapi semuanya harus bergerak. Jika sedikit saja tidak bergerak, maka tentu saja mereka akan ketinggalan.
“Sekarang ini yang namanya sekolah penggerak maupun guru penggerak itu tidak ada berhentinya untuk belajar. Hal itu baik lewat pertemuan luring maupun during. Jadi, mereka tidak ada waktu untuk istirahat. Hal tersebut belaku mulai dari TK, SD hingga Perguruan Tinggi (PT). Hanya saja di Kota Bima ini, program tersebut hanya belaku pada TK, SD hingga SMP,” tandasnya.
Program ini diakuinya sebagai kegiatan yang dilaksanakan secara serentak. Hal itu bertujuan untuk mempercepat transformasi pendidikan. Dan mempercepat transformasi teknologi.
“Ada program digitalisasi sekolah. Dalam kaitan itu, kita menyiapkan TIK. Oleh karenanya, guru dan siswa wajib memahami tentang teknologi. Itulah salah satu yang menentukan keberhasilan di dunia pendidikan kita,” tambahnya. (TIM VISIONER/BERSAMBUNG)
Tulis Komentar Anda