Khitanan Putra Dae Ferry - Umi Dinda Tergolong Mewah
Khitanan Muhammad Petera Pratama. |
Visioner Berita Kabupaten Bima-Acara Suna Ro Ndoso atau yang disebut dengan khitanan Muhammad Putera Pratama, Putra tercinta mendiang almarhum Sultan H. Ferry Zulkarnaen ST dengan Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE, tergolong mewah dan luar biasa. Mewahnya, bukan saja karena ritual selama 4 hari 4 malam, tapi juga tempat jamuan para tamu dan lain sebagainya.
Luar biasanya lagi bukan saja dihadiri oleh sejumlah warga baik itu warga yang ada di tiap kecamatan, bahkan tamu dari luar daerah memadati Asi Mbojo.
Tapi juga hadir tamu penting lainnya seperti Ketua MK RI, H. Anwar Usman berserta Istri, Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi dan istri, Ketua DPRD Kota Bima, Kapolres Bima, Anggota DPRD dan lain sebagainya.
Hanya saja, hingga saat ini belum diketahui berapa total anggaran yang dihabiskan untuk acara penting keluarga besar kesultanan Bima tersebut.
Liputan langsung wartawan, terlihat warga berbondong-bondong mendatangi Asi Mbojo.
Selain Muhammad Putera Pratama, yang ikut dikhitan adalah, M. Athala Zulkarnain Bin Tajul Sirajuddin, SE, M. Naufal Haydar Bin Ardhi SE, yang diikuti oleh para keluarga istana seperti, Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri SE, Muhammad Putera Ferryandi, S.Ip dan lainnya.
Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri SE dalam sambutan mengatakan, dirinya sangat bersyukur. Karena pada hari ini putra ke duanya yaitu Muhammad Putera Pratama dapat dilakukan Suna Ro Ndoso atau khitanan yang diawali dengan Compo Sampari.
"Terima kasih pada bapak dan ibu yang telah hadir di acara ini dan merupakan suatu kebanggaan bagi kami dari keluarga sultan," tutur Umi Dinda sapaan akrabnya pada Sabtu (1/10/2022).
Ketua Majelis Adat Syara Dana Mbojo, Hj. Ferra Amalia, SE, MM, mengatakan, pada (01/10/ 2022) hari puncak prosesi Khitanan Putra Bungsu Almarhum Sultan Ferry Zulkarnain, ST yang bernama Muhammad Putera Pratama. Dan ditanggal yang sama pula adalah hari lahirnya mantan Bupati Bima dua periode 2005- 2015, Alam Sultan Ferry Zulkarnain, ST.
Dijelaskannya, prosesi suna ra ndoso (khitanan) Kebudayaan adalah cerminan jati diri. Sehingga perlu secara terus menerus untuk tetap dilindungi, dikembangkan dan dilestarikan, hingga akhirnya memiliki nilai manfaat yang berkesinambungan bagi seluruh masyarakat Bima.
"Upacara daur hidup menjadi bagian dari kebudayaan yang mencerminkan tiga fase penting dalam kehidupan, yaitu kelahiran, perkawinan, dan kematian," ungkapnya.
Sebagai Ketua Majelis Adat Syara’ Dana Mbojo, lanjut Umi Ferra, akan mengemas prosesi Suna Ra Ndoso sebagai ajang pelestarian budaya yang akan menampilkan berbagi atraksi budaya seperti lomba mpa’a Gantao, peta kapanca, atraksi gambus, eksebisi marawis dan compo sampari.
Lomba mpa’a Gantao, kata Umi Ferra, adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak zaman Kesultanan Bima. Atraksi kesenian ini diperkirakan ada sejak massa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1648-1685).
"Mpa’a Gantao dimainkan oleh dua orang penari, Alat musik pengiringnya adalah dua buah Gendang, Tawa-Tawa, Gong serta alunan Sarone yang cukup menggambarkan musik tradisional Bima," pungkasnya. (FAHRIZ)
Tulis Komentar Anda