Inilah Kondisi Psikologis dan Harapan “Pahlawan Kemanusiaan” RSUD Dalam Menangani Pasien Covid-19

Zubaedah Sembuh Tak Lepas Dari Tangan Dingin Para Petugas Medis
Great Moment, Para Petugas Medis RSUD Bima (Pahlawan Kemanusiaan) Saat Menyambut Kepulangan Zubaedah ke Rumahnya Setelah Dinyatakan Sembuh Dari Covid-19 (29/4/2020)
Visioner Berita Bima-Sejak Covid-19 menyerang sejumlah negara di berbagai pelahan dunia termasuk di Indonesia, tercatat bukan saja masyarakat biasa yang meninggal dunia. Tetapi, juga para petugas medis baik perawat maupun Dokter yang menanganinya. Tingkat kepanikan, keresahan bahkan ketakutan atas serangan Covid-19, pun diakui masih menyelimuti berbagai pihak kendati berbagai upaya mengantisipasi dan memerangi terus dilakukan hingga saat ini.

Kendati ratusan ribu jiwa meninggal dunia di berbagai negara akibat Covid-19, namun bagi para petugas Medis (pahlawan kemanusiaan) tak pernah menyerah, apalagi lelah dalam menangani pasien, terutama yang berstatus positif Covid-19. Sejak pagi, siang, malam dan bertemu pagi-banyak pihak yang menyatakan bahwa para petugas medis seolah “hidup dalam bayang-bayang kematian”. Namun tekad dan kerja kerasnya dalam berjuang guna menyembuhkan para pasien, hingga detik ini dinilai tak pernah kendor. Semangat dan kerja keras para petugas medis RSUD Bima tersebut, diakui atas himbauan dari Ketua Tim Gugus Covid-19 Kabupaten Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE (Bupati Bima, Red)

Berbagai pengakuan, apresiasi, terimakasih, rasa bangga dan penghargaan setinggi-tingginya hingga saat ini terus terlontar dari publik untuk para petugas medis. Namun perasaan takut yang mereka rasakan adalah sama dengan yang dialami oleh masyarakat biasa, kini dijawab oleh Kabid Pelayanan pada RSUD Bima, dr. H. Adiwinarko. “Siapapun jelas takut. Presiden takut. Gubernur takut. Walikota dan Bupati takut. Wartawan takut, dan siapapun juga tentu saja takut dengan Covid-19, termasuk kami sebagai petugas medis,” ujar dr. Adiwinarko kepada awak media di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Namun karena tugas dan tanggungjawabnya sebagai petuga medis, maka menjalankan amanah yang diletakan diounggung para petugas medis bersifat mutlak untuk dilaksanakan. “Andaikan saja kami bisa menolak untuk menangani pasien Covid-19, tentu saja dari awal kami enggan melayaninya. Namun karena tugas dan tanggungjawab sebagai amanah yang diletakan di punggung ini maka tidak ada alasan bagi kami untuk mengabaikanya. Maka konsentrasi kami adalah bekerja keras melayaninya sembari memperkuat tekad untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Alhamdulillah puluhan pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Bima, sampai detik ini semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Mereka bisa berbicara dengan baik, melaksanakan ibadah dengan baik dan makan minum dengan baik pula. Kondisi mereka yang terlihat adalah sama dengan tidak sakit,” tandas Adiwinarko.

Berbagai kebutuhan para pasien Covid-19 selama dirawat dan diisolasi di RSUD Bima, pun diakuinya dilayani dengan baik seperti makanan, minuman, obat virus dan lainya termasuk memenuhi asupan multivitamin bagi peningkatan daya imun tubuhnya.

Bunga Gari Pemkot Bima Untuk Zubaedah (29/4/2020)
“Pasien positif Covid-19 yang diisolasi di lantai dua RSUD Bima ini, dilarang keras untuk berhubungan dengan orang luar. Jika sebelumnya ada kendala yang dihadapi yakni sampel serumnya harus dikirim ke Mataram untuk di swab laboratorium, namun kini Alhamdulillah sudah ada Laboratoirum yang lumayan dekat untuk menanganinya yakni di Kabupaten Sumbawa, Jika sebelumnya ada yang dinyatakan reaktif namun setelah di swab laboratorium maka tentu saja dipulankan ke rumahnya,” terangnya.

Tak ada kata menyerah, apalagi lelah bagi para petugas medis didalam menangani para pasien Covid-19. Anak-istri dan keluarga di rumah, tentu saja dinomorduakan demi mewujudkan tekad menyembuhkan para pasen Covid-19 yang masih diisolasi di RSUD Bima.

“Jika swab laboratorium awalnya mereka dinyatakan negatif dan kemudian diswab laboratorium lagi hasilnya negatif pula, maka mereka akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Swab laboratorium akan dihentkan jika mereka benar-benar dinyatakan negatif. Karena atas nama tugas dan tanggungjawab, kesembuhan pasien adalah hal paling utama buat kami sebagai petugas medis. Jarang pulang dan jarang berkumpul dengan keluarga, semuanya demi kemanusiaan,” terangnya.

Sementara tantangan yang dihadapi oleh para petugas medis, diakuinya lebih kepada kepanikan warga, para petugas medis, pasien dan lainya. Tak ada hanya, tantangan yang dihadapi juga terkait perilaku pasien di RSUD Bima.

Penghormatan Para Petugas Medis RSUD Bima Saat Kepulangan Zubaedah (29/4/2020)
“Menghadapi perilaku pasien tersebut, awalnya diantisipasi dengan menggunakan tenaga aparat keamanan (TNI-Polri). Selanjutnya, mereka diedukasi sehingga benar-benar paham. Sementara hambatan yang dihadapi sebelumnya terkait pengiriman sampel serum ke Mataram untuk di swab laboratorium, namun kini sudah ada Laboratoirum di Sumbawa. Maksudnya, untuk swab laboratoirum terhadap sampel serum pasien Covid-19 sekarang dikirim ke Sumbawa. Sedangkan jarak antara sumbawa dengan Kota Bima juga tidak terlalu jauh,” tandasnya lagi.

Sementara soal APD untuk para petugas medis, diakuinya sudah terpenuhi. Dalam satu hari, penggunakan APD berupa baju untuk para petugas medis bisa menghabiskan sebanyak 20 lembar. “APD itu sekali dipakai dan kemudian dibuang. Selanjutnya diganti lagi dengan yang lainya. Soal APD, semuanya sudah siap. Ada bantuan dari Pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan dari pihak ketiga. Alhamdulillah, APD dirasakan sudah cukup dan terimakasih kepada para pihak yang telah menyalurkan APD kepada kami,” tuturnya.

Lagi-lagi, soal perilaku masyarakat di tengah Covid-19 ini diakuinya masih saja terlihat sampai dengan detik ini. Maksudnya, tak jarang masyarakat masih ditemukan berada di luar rumah kendati sudah malam hari. Hal tersebut, juga menimbulkan keresahan banyak pihak padahal Pemerintah sudah seringkali mengeluarkan edaran dan himbauan secara resmi.

“Kepada seluruh elemen masyarakat, kami hanya bisa berharap agar menumbuh-kembangkan kesadaran seutuhnya. Kami bekerja mulai dari pagi, siang, malam dan ketemu pagi lagi adalah untuk anda yang ada di rumah. Dan anda tetap di rumah adalah untuk kepentingan kami sebagai petugas medis. Dengan anda tetap di rumah, itu artinya telah membantu kami petugas medis di Rumah Sakit (RS),” pintanya.

Moment Zubaedah Berpelukan Dengan Sekda Kota Bima, Drs. H. Muhtar Landa, MH Saat Kepulanganya (29/4/2020)
Jika masyarakat masih berada di luar rumah, maka keresahan dan bahkan sakit juga dialami oleh para petugas medis. Oleh karenanya, sekali lagi Adiwinarko meminta untuk sementara waktu masyarakat tetap dirumah dan mentaati anjuran Pemerintah.

“Jika keluar rumah, jangan lupa menggunakan masker. Itu merupakan salah satu cara untuk memjutus mata rantai Covid-19. Jika berobat ke fasilitas kesehatan maka masyarakat harus jujur. Maksudnya, harus jujur mengakui pernah pergi kemana. Tujuanya agar pasien tersebut mudah untuk diawasi sehingga tenaga kesehatan tidak tertular. Sebab, kami menemukan ada yang tidak jujur. Bentuknya, pertama tidak mengakui pernah pergi ke Gowa Makassar-Sulsel. Namun setelah sampai di RSUD Bima, baru mereka mengakui secara jujur bahwa pernah pergi ke Makassar,” ungkapnya.

Menjawab pertanyaan tentang seberapa besar keyakinan pihaknya untuk menyembuhkan para pasien Covid-19 yang sedang diisolasi di RSUD Bima, Adiwinarko menyatakan bahwa potensi penyembuhanya sangatlah besar. Indikasi itu diakuinya ditemukan melalui kondisi fisik para pasien saat ini. Adiwinarko kemudian menjelaskan, Covid-19 itu akan fatal jika menyerang pasien yang memiliki penyakit bawaan. Antara lain gagal ginjal, diabetes, jantung, gangguan pernafasan dan lainya.

Zubaedah Dikawal Oleh Keluarganya Saat Keluar Dari RSUD Bima (29/4/2020)
“Harapan kami di sini untuk masyarakat di luar sana, mari sama-sama membangun kesadaran seutuhnya dalam upaya memutus mata rantai Covid-19 ini. Doakan agar kami tetap sehat dan baik-baik saja selama menagani pasien Covid-19 di RSUD Bima. Dan doakan pula agar pasien yanga da di RSUD Bima ini lekas sembuh. Tetaplah di rumah demi kami yang ada di RSUD Bima. Sementara kerja keras kami di RSUD Bima di dalam menangani pasien Covid-19 adalah demi anda-anda yang ada di rumah,” harapnya lagi.

Lepas dari itu, Selasa (29/4/2020) para petugas medis RSUD Bima telah membuktikan sejarah spektakuler dalam menangani pasien Covid-19. Bentuknya, Hj. Zubaedah yang sebelumnya diislasi di RSUD Bima dengan status positif Covid-19 namun kini telah dipulangkan ke rumahnya setelah dinyatakan sembuh. Catatan petingnya, semula Zubaedah dinyatakan positif Covid-19 dan kemudian diisolasi di RSUD Bima. Pada tahapan swab laboratorium selanjutnya yang diakui leih dari satu kali, Zubaedah dnyatakan negatif Covid-19, sembuh dan kemudian dipulangkan nke rumahnya.

Kini Zubaedah sudah kembali hidup bersama keluarganya di salah satu Kelurahan di Kota Bima. Kesembuhan-keselamatan Zubaedah dalam kaitan itu, diakui tak bisa lepas dari tangan dingin para petugas medis RSUD Bima. Liputan langsung sejumlah awak media melaporkan, Sekda Kota Bima, Drs. H.Muhtar Landa, MH dan sejumlah pejabat terkait juga ikut menjemput Zubaedah dan kemudian diantarkan ke rumahnya.

Masih dalam liputan langsung sejumlah awak media, kepulangan Zubaedah disambut dengan rasa haru, gembira dan bahagia baik dari para petugas medis maupun Sekda Kota Bima dengan jajaranya serta keluarga Zubaedah itu sendiri. Yang tak kalah menariknya, saat keluar dari ruangan isolasi RSUD Bima, Zubaedah disambut dengan rasa hormat dan bahkan dikalungin Bungan. Senyum ceriah bagi keselamatanya dari serangan Covid-19, juga nampak nyata diwajah Zubaedah, para petugas medis setempat, Sekda Kota Bima dengan jajaranya dan pihak keluarganya yang menjemputnya.

Zubaedah Berpelukan Dengan Anak dan Cucunya Setelah Tiba di Rumahnya (29/4/2020)
Lagi-lagi di RSUD Bima itu, sebelum kembali ke rumahnya Zubaedah sempat berpelukan dengajn Muhtar Landa. Keduanya berpelukan dengan eratnya bak ibu dan anak kandung. Usut punya usut, ternyata Sekda Kota Bima ini adalah sama-sama pernah menjadi guru-guru di SMK I Kota Bima pada puluhan tahun silam. Keduanya terpisah ketika Muhtar Landa berpindah ke struktural alias tak lagi menjadi tenaga pendidik hingga menjabat sebagai Sekda Kota Bima. Sementara Zubaedah, masih konsisten sebagai guru hingga saat ini.

Moment mengharukan ini, terlihat berlangsung beberapa menit lamanya dan sukses mengundang perhatian banyak pihak. Atas kesembuhan Zubaedah, Sekda Kota Bima Drs. H. Muhtar Landa menyatakan apresiasi, rasa bangga, terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para petugas medis RSUD Bima karena telah membuktikan pengabdian terbaiknya hingga yang bersangkutan dinyatakn sembuh dari Covid-19.

“Alhamdulillah Zubaedah dinyatakantelah sembuh dari Covid-19. Kini ia sudah kembali ke pangkuan keluarganya dan hidup bersama dengan warga di sekitarnya. Terimakasi, rasa bangga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para petugas medis RSUD Bima. Selanjutnya, mari kita berharap dan berdo’a agar pasien Covid-19 yang sedang dirawat di RSUD Bima lekas sembuh,” papar Muhtar Landa.  

Muhtar Landa kemudian mengingatkan agar masyarakat membangun kesadaran seutuhnya dalam menghadapi masalah Covid-19. Sebab, anjuran dari Pemerintah dimaksud memiliki tujuan mulia. Yakni demi kebaikan dan keselamatan bersama. “Mari sama-sama membangun kesdaran seutuhnya secara bersama-sama dalam memutus mata rantai Covid-19. Kita berharap agar masalah besar yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara ini segera usai,” pungkasnya. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.