Inilah Kondisi Psikologis dan Harapan “Pahlawan Kemanusiaan” RSUD Dalam Menangani Pasien Covid-19
Zubaedah Sembuh Tak Lepas Dari Tangan
Dingin Para Petugas Medis
“Pasien positif Covid-19 yang diisolasi di lantai dua RSUD Bima
ini, dilarang keras untuk berhubungan dengan orang luar. Jika sebelumnya ada
kendala yang dihadapi yakni sampel serumnya harus dikirim ke Mataram untuk di
swab laboratorium, namun kini Alhamdulillah sudah ada Laboratoirum yang lumayan
dekat untuk menanganinya yakni di Kabupaten Sumbawa, Jika sebelumnya ada yang
dinyatakan reaktif namun setelah di swab laboratorium maka tentu saja
dipulankan ke rumahnya,” terangnya.
“Menghadapi perilaku pasien tersebut, awalnya diantisipasi
dengan menggunakan tenaga aparat keamanan (TNI-Polri). Selanjutnya, mereka
diedukasi sehingga benar-benar paham. Sementara hambatan yang dihadapi
sebelumnya terkait pengiriman sampel serum ke Mataram untuk di swab
laboratorium, namun kini sudah ada Laboratoirum di Sumbawa. Maksudnya, untuk
swab laboratoirum terhadap sampel serum pasien Covid-19 sekarang dikirim ke
Sumbawa. Sedangkan jarak antara sumbawa dengan Kota Bima juga tidak terlalu
jauh,” tandasnya lagi.
Jika masyarakat masih berada di luar rumah, maka keresahan dan
bahkan sakit juga dialami oleh para petugas medis. Oleh karenanya, sekali lagi
Adiwinarko meminta untuk sementara waktu masyarakat tetap dirumah dan mentaati
anjuran Pemerintah.
“Harapan kami di sini untuk masyarakat di luar sana, mari
sama-sama membangun kesadaran seutuhnya dalam upaya memutus mata rantai
Covid-19 ini. Doakan agar kami tetap sehat dan baik-baik saja selama menagani
pasien Covid-19 di RSUD Bima. Dan doakan pula agar pasien yanga da di RSUD Bima
ini lekas sembuh. Tetaplah di rumah demi kami yang ada di RSUD Bima. Sementara
kerja keras kami di RSUD Bima di dalam menangani pasien Covid-19 adalah demi
anda-anda yang ada di rumah,” harapnya lagi.
Lagi-lagi di RSUD Bima itu, sebelum kembali ke rumahnya Zubaedah
sempat berpelukan dengajn Muhtar Landa. Keduanya berpelukan dengan eratnya bak
ibu dan anak kandung. Usut punya usut, ternyata Sekda Kota Bima ini adalah sama-sama
pernah menjadi guru-guru di SMK I Kota Bima pada puluhan tahun silam. Keduanya
terpisah ketika Muhtar Landa berpindah ke struktural alias tak lagi menjadi
tenaga pendidik hingga menjabat sebagai Sekda Kota Bima. Sementara Zubaedah, masih
konsisten sebagai guru hingga saat ini.
Great Moment, Para Petugas Medis RSUD Bima (Pahlawan Kemanusiaan) Saat Menyambut Kepulangan Zubaedah ke Rumahnya Setelah Dinyatakan Sembuh Dari Covid-19 (29/4/2020) |
Visioner
Berita Bima-Sejak Covid-19 menyerang sejumlah negara di berbagai pelahan
dunia termasuk di Indonesia, tercatat bukan saja masyarakat biasa yang
meninggal dunia. Tetapi, juga para petugas medis baik perawat maupun Dokter
yang menanganinya. Tingkat kepanikan, keresahan bahkan ketakutan atas serangan
Covid-19, pun diakui masih menyelimuti berbagai pihak kendati berbagai upaya
mengantisipasi dan memerangi terus dilakukan hingga saat ini.
Kendati ratusan ribu jiwa meninggal dunia di berbagai negara
akibat Covid-19, namun bagi para petugas Medis (pahlawan kemanusiaan) tak
pernah menyerah, apalagi lelah dalam menangani pasien, terutama yang berstatus
positif Covid-19. Sejak pagi, siang, malam dan bertemu pagi-banyak pihak yang
menyatakan bahwa para petugas medis seolah “hidup dalam bayang-bayang kematian”.
Namun tekad dan kerja kerasnya dalam berjuang guna menyembuhkan para pasien,
hingga detik ini dinilai tak pernah kendor. Semangat dan kerja keras para petugas medis RSUD Bima tersebut, diakui atas himbauan dari Ketua Tim Gugus Covid-19 Kabupaten Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE (Bupati Bima, Red)
Berbagai pengakuan, apresiasi, terimakasih, rasa bangga dan
penghargaan setinggi-tingginya hingga saat ini terus terlontar dari publik
untuk para petugas medis. Namun perasaan takut yang mereka rasakan adalah sama
dengan yang dialami oleh masyarakat biasa, kini dijawab oleh Kabid Pelayanan
pada RSUD Bima, dr. H. Adiwinarko. “Siapapun jelas takut. Presiden takut. Gubernur
takut. Walikota dan Bupati takut. Wartawan takut, dan siapapun juga tentu saja
takut dengan Covid-19, termasuk kami sebagai petugas medis,” ujar dr.
Adiwinarko kepada awak media di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Namun karena tugas dan tanggungjawabnya sebagai petuga medis,
maka menjalankan amanah yang diletakan diounggung para petugas medis bersifat
mutlak untuk dilaksanakan. “Andaikan saja kami bisa menolak untuk menangani
pasien Covid-19, tentu saja dari awal kami enggan melayaninya. Namun karena
tugas dan tanggungjawab sebagai amanah yang diletakan di punggung ini maka
tidak ada alasan bagi kami untuk mengabaikanya. Maka konsentrasi kami adalah
bekerja keras melayaninya sembari memperkuat tekad untuk menyembuhkan pasien
Covid-19. Alhamdulillah puluhan pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Bima,
sampai detik ini semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Mereka bisa berbicara
dengan baik, melaksanakan ibadah dengan baik dan makan minum dengan baik pula.
Kondisi mereka yang terlihat adalah sama dengan tidak sakit,” tandas
Adiwinarko.
Berbagai kebutuhan para pasien Covid-19 selama dirawat dan
diisolasi di RSUD Bima, pun diakuinya dilayani dengan baik seperti makanan,
minuman, obat virus dan lainya termasuk memenuhi asupan multivitamin bagi
peningkatan daya imun tubuhnya.
Bunga Gari Pemkot Bima Untuk Zubaedah (29/4/2020) |
Tak ada kata menyerah, apalagi lelah bagi para petugas medis didalam
menangani para pasien Covid-19. Anak-istri dan keluarga di rumah, tentu saja dinomorduakan
demi mewujudkan tekad menyembuhkan para pasen Covid-19 yang masih diisolasi di
RSUD Bima.
“Jika swab laboratorium awalnya mereka dinyatakan negatif dan
kemudian diswab laboratorium lagi hasilnya negatif pula, maka mereka akan
dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Swab laboratorium akan dihentkan jika
mereka benar-benar dinyatakan negatif. Karena atas nama tugas dan tanggungjawab,
kesembuhan pasien adalah hal paling utama buat kami sebagai petugas medis.
Jarang pulang dan jarang berkumpul dengan keluarga, semuanya demi kemanusiaan,”
terangnya.
Sementara tantangan yang dihadapi oleh para petugas medis,
diakuinya lebih kepada kepanikan warga, para petugas medis, pasien dan lainya.
Tak ada hanya, tantangan yang dihadapi juga terkait perilaku pasien di RSUD
Bima.
Penghormatan Para Petugas Medis RSUD Bima Saat Kepulangan Zubaedah (29/4/2020) |
Sementara soal APD untuk para petugas medis, diakuinya sudah
terpenuhi. Dalam satu hari, penggunakan APD berupa baju untuk para petugas
medis bisa menghabiskan sebanyak 20 lembar. “APD itu sekali dipakai dan
kemudian dibuang. Selanjutnya diganti lagi dengan yang lainya. Soal APD,
semuanya sudah siap. Ada bantuan dari Pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
dan dari pihak ketiga. Alhamdulillah, APD dirasakan sudah cukup dan terimakasih
kepada para pihak yang telah menyalurkan APD kepada kami,” tuturnya.
Lagi-lagi, soal perilaku masyarakat di tengah Covid-19 ini
diakuinya masih saja terlihat sampai dengan detik ini. Maksudnya, tak jarang
masyarakat masih ditemukan berada di luar rumah kendati sudah malam hari. Hal
tersebut, juga menimbulkan keresahan banyak pihak padahal Pemerintah sudah
seringkali mengeluarkan edaran dan himbauan secara resmi.
“Kepada seluruh elemen masyarakat, kami hanya bisa berharap agar
menumbuh-kembangkan kesadaran seutuhnya. Kami bekerja mulai dari pagi, siang,
malam dan ketemu pagi lagi adalah untuk anda yang ada di rumah. Dan anda tetap
di rumah adalah untuk kepentingan kami sebagai petugas medis. Dengan anda tetap
di rumah, itu artinya telah membantu kami petugas medis di Rumah Sakit (RS),”
pintanya.
Moment Zubaedah Berpelukan Dengan Sekda Kota Bima, Drs. H. Muhtar Landa, MH Saat Kepulanganya (29/4/2020) |
“Jika keluar rumah, jangan lupa menggunakan masker. Itu
merupakan salah satu cara untuk memjutus mata rantai Covid-19. Jika berobat ke
fasilitas kesehatan maka masyarakat harus jujur. Maksudnya, harus jujur mengakui
pernah pergi kemana. Tujuanya agar pasien tersebut mudah untuk diawasi sehingga
tenaga kesehatan tidak tertular. Sebab, kami menemukan ada yang tidak jujur.
Bentuknya, pertama tidak mengakui pernah pergi ke Gowa Makassar-Sulsel. Namun
setelah sampai di RSUD Bima, baru mereka mengakui secara jujur bahwa pernah
pergi ke Makassar,” ungkapnya.
Menjawab pertanyaan tentang seberapa besar keyakinan pihaknya
untuk menyembuhkan para pasien Covid-19 yang sedang diisolasi di RSUD Bima,
Adiwinarko menyatakan bahwa potensi penyembuhanya sangatlah besar. Indikasi itu
diakuinya ditemukan melalui kondisi fisik para pasien saat ini. Adiwinarko
kemudian menjelaskan, Covid-19 itu akan fatal jika menyerang pasien yang
memiliki penyakit bawaan. Antara lain gagal ginjal, diabetes, jantung, gangguan
pernafasan dan lainya.
Zubaedah Dikawal Oleh Keluarganya Saat Keluar Dari RSUD Bima (29/4/2020) |
Lepas dari itu, Selasa (29/4/2020) para petugas medis RSUD Bima
telah membuktikan sejarah spektakuler dalam menangani pasien Covid-19. Bentuknya,
Hj. Zubaedah yang sebelumnya diislasi di RSUD Bima dengan status positif
Covid-19 namun kini telah dipulangkan ke rumahnya setelah dinyatakan sembuh.
Catatan petingnya, semula Zubaedah dinyatakan positif Covid-19 dan kemudian
diisolasi di RSUD Bima. Pada tahapan swab laboratorium selanjutnya yang diakui
leih dari satu kali, Zubaedah dnyatakan negatif Covid-19, sembuh dan kemudian
dipulangkan nke rumahnya.
Kini Zubaedah sudah kembali hidup bersama keluarganya di salah
satu Kelurahan di Kota Bima. Kesembuhan-keselamatan Zubaedah dalam kaitan itu,
diakui tak bisa lepas dari tangan dingin para petugas medis RSUD Bima. Liputan
langsung sejumlah awak media melaporkan, Sekda Kota Bima, Drs. H.Muhtar Landa,
MH dan sejumlah pejabat terkait juga ikut menjemput Zubaedah dan kemudian
diantarkan ke rumahnya.
Masih dalam liputan langsung sejumlah awak media, kepulangan
Zubaedah disambut dengan rasa haru, gembira dan bahagia baik dari para petugas
medis maupun Sekda Kota Bima dengan jajaranya serta keluarga Zubaedah itu
sendiri. Yang tak kalah menariknya, saat keluar dari ruangan isolasi RSUD Bima,
Zubaedah disambut dengan rasa hormat dan bahkan dikalungin Bungan. Senyum
ceriah bagi keselamatanya dari serangan Covid-19, juga nampak nyata diwajah
Zubaedah, para petugas medis setempat, Sekda Kota Bima dengan jajaranya dan
pihak keluarganya yang menjemputnya.
Zubaedah Berpelukan Dengan Anak dan Cucunya Setelah Tiba di Rumahnya (29/4/2020) |
Moment mengharukan ini, terlihat berlangsung beberapa menit
lamanya dan sukses mengundang perhatian banyak pihak. Atas kesembuhan Zubaedah,
Sekda Kota Bima Drs. H. Muhtar Landa menyatakan apresiasi, rasa bangga,
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para petugas medis
RSUD Bima karena telah membuktikan pengabdian terbaiknya hingga yang
bersangkutan dinyatakn sembuh dari Covid-19.
“Alhamdulillah Zubaedah dinyatakantelah sembuh dari Covid-19.
Kini ia sudah kembali ke pangkuan keluarganya dan hidup bersama dengan warga di
sekitarnya. Terimakasi, rasa bangga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kami sampaikan kepada para petugas medis RSUD Bima. Selanjutnya, mari kita
berharap dan berdo’a agar pasien Covid-19 yang sedang dirawat di RSUD Bima
lekas sembuh,” papar Muhtar Landa.
Muhtar Landa kemudian mengingatkan agar masyarakat membangun
kesadaran seutuhnya dalam menghadapi masalah Covid-19. Sebab, anjuran dari
Pemerintah dimaksud memiliki tujuan mulia. Yakni demi kebaikan dan keselamatan
bersama. “Mari sama-sama membangun kesdaran seutuhnya secara bersama-sama dalam
memutus mata rantai Covid-19. Kita berharap agar masalah besar yang sedang
dihadapi oleh bangsa dan negara ini segera usai,” pungkasnya. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda