Hari Kedua Pengawasan dan Pemeriksaan di Posko Covid-19 Semuanya Dinyatakan OTG
Alasan Pulang Kampung Karena
Kekurangan Pangan dan Menghindari Covid-19
Nampak Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE dan Ketua DPRD Kota Bima di Pos Pengawasan dan Pengendali Covid-19 di Ni'u Pada Malam Hari |
Posko yang juga disebut sebagai pengendali ini, dilengkapi
dengan Tim Medis yang memeriksa tentang suhu badan terhadap para pendatang dari
luar daerah yang masuk ke Bima. Data terkini yang diperoleh Visioner
melaporkan, baik di Posko pengendali di kabupaten maupun di Kota Bima
menyatakan bahwa semua warga yang masuk ke Bima di nyatakan sebagai Orang Tanpa
Gejala (OTG) Covid-19.
Proses pengawasan, pemantauan sekaligus pengendalian yang
dilakukan oleh Tim Gugus Covid-19 di dua daerah ini dimulai sejak pagi hari
sampai dengan pagi hari berikutnya dengan menggunnakan shift bergantian (tiga
shift). Yang terlibatnya adalah TNI, Polri, Sat Pol PP, Dinas Perhubungan dan
elemen lainya termasuk Banser dari GP Ansor Bima.
Warga Yang Datang Dari Luar Daerah Yang Diturunkan di Jalan Untuk Diperiksa Kesehatanya Oleh Tim Medis |
Baik pada pengendalian dan pengawasan Covid-19 di Kabupaten Bima
maupun di Kota Bima, jumlah para pendatang dari luar daerah baik melalui jalur
darat maupun udara adalah hampir sama. Dan rata-rata masih berstatus sebagai
mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi
Swasta (PTS).
Proses pengawasan, pengendalian sekaligus pemeriksaan terhadap
para pendatang tersebut di Kabupaten Bima, dinakhodai secara langsung oleh
Sekda Kabupaten Bima, Drs. HM. Taufik, H.AK. Kerja Tim, terlihat tidak mengenal
panas (pada siang harinya) dan dingin pada malam harinya. “Dalam dua hari ini,
rata-rata para pendatang khususnya dari luar daerah yang diperiksa berstatus
OTG. Tim masih terus bekerja, hingga sekarang belum ditemukan adanya warga yang
berstatus PDP. Tim akan bekerja siang, malam hingga subuh sampai dengan batas
waktu yang belum ditentukan oleh Pemerintah,” ungkap Kabag Humas Setda
Kabupaten Bima, Muhammad Chandra Kusumah, AP pada Visioner, Rabu (1/4/2020).
Warga Yang Datang Dari Luar Daerah Saat Dicek Kesehatanya Oleh Tim Medis Covid-19 |
Bahkan dalam dua hari ini, Walikota Bima bersama berbagai pihak
tersebut terlihat bermalam di Pos Pengendalian dan Pengawasan Covid-19. Dan
malam ketiga, Walikota Bima bersama berbagai pihak tersebut masih berada di
sana hingga jam 1.30 Wita. Hal lainya, pada Pos tersebut juga disediakan alat
cuci tangan berupa anti septik oleh timk media. Hal tersebut, sejak awal
sengaja dipersiapkan untuk para pihak yang diperiksa oleh tim medis dan untuk
Tim itu sendiri.
Pihak Media pada pos tersebut mengungkap, angka para pendatang
dari luar daerah terutama dari wilayah terjangkit tersebut berjumlah ratusan
orang dengan kesan kian bertambah. Penambahan jumlah tersebut, lebih kepada
jalur transportasi baik darat maupun udara hingga detik ini belum ditutup oleh
Pemerintah (masih lancar). “Hari pertama jumlahnya 260 orang. Sementara pada
hari kedua tepatnya pada pukul 1.30 Wita berjumlah 84 orang. Rata-rata
berstatus sebagai mahasiswa dari PTN dan PTS,” ungkap Kadis Kesehatan Kota
Bima, Drs. H. Azhari.
Mahasiswa UIN Malang, Anisa Afifah Saat Diperiksa Kesehatanya Oleh Tim Medis Covid-19 |
Untuk memastikan alasan kepulangan mereka, Visioner berhasil
mewawancara seorang Mahasiswi asal UIN Malang-sebut saja Anisa Afifah. Mahasiswi
semester III ini menyatakan, pulang ke Kota Bima karena kondisi Malang sudah
sangat sepi. “Selain itu, Toko yang biasanya buka 1x24 jam di sana kini sudah
sangat sepi, tukang ojek yang semakin jarang terlihat,” ungkapnya di Pos
Pengawasan dan Pengendalian Covid-19 bentukan Kota Bima, Rabu (1/4/2020).
Mahasiswi berparas cantik dan berkulit putih ini menjelaskan,
alasan lain bagi kepulanganya di Kota Bima karena saat ini di Malang kesulitan
untuk mendapatkan Sembilan Bahan Pokok (Sembako). Dan ia juga membantah bahwa
kepulangan ke Kota Bima karena alasan rasa kangen terhadap orang tua maupun keluarganya.
“Tanpa
Sembako, tentu saja kami tidak bisa berlama-lama di Malang. Untuk itu, kami
harus memilih pulang kampung. Karena di kampung ada orang tua dan keluarga yang
bisa memberikan jaminan. Sebelumnya tiba beranjak ke Kota Bima, Pemerintah di
Malam melarang kami pulang. Namun, dengan terpaksa kami karena pulang kampung
karena kebutuhan bagi kami di sana benar-benar tidak ada,” pungkas Anisa. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda