Informasi Hoax Disampaikan Orang Lebih Berbahaya Dari Virus Corona
![]() |
Kadiskes Kota Bima, Drs. H. Azhari, M.Si (Kiri), Wati (Kanan) |
Visioner Berita
Kota Bima-Kecemasan
masyarakat terkait isu adanya warga Kabupaten Sumbawa (KSB) dan dua orang warga
di Kabupaten Dompu yang diperparah oleh informasi hoax khususnya di Media
Sosial khususnya di NTB, diakui benar adanya oleh Kadis Kesehatan (Kadiskes)
Kota Bima, Drs. H. Azhari, M.Si. Indikasi tentang kecemasan masyarakat khususnya
di Pulau Sumbawa terkait hal itu, bukan saja terjadi di Medsos. Tetapi juga di
dunia nyata.
"Saya baru pulang Umroh. Saat transit di Malaysia misalnya, saya hampir tidak menemukan adanya orang yang menggunakan masker. Begitu juga dengan di Bali, saya juga hampir tidak menemukan adanya warga yang menggunakan masker. Kecuali, mereka terlihat sangat santai-santai saja. Justeru cerita yang berbeda terjadi di daerah ini ini," ukngap Azhari kepada Visioner di ruang kerjanya, Rabu (4/3/2020).
Akibat isu tak bertanggungjawab tersebut, masyarakat berbondong-bondong memburu masker, dan dampak psikologis lainya. “Pada saat Rakornas di Jakarta beberapa waktu lalu yang menghadirkan Menkes RI, dijelaskan data-data tentang virus corona di berbagai negara. Dan di Indonesia, isu soal virus corona ini juga terjadi di berbagai daerah. Namun di Indonesia, hampir semuanya negative virus corona, kecuali dua sebagaimana diumumkan secara resmi oleh Presiden RI, dan sudah diisolasi. Sementara di NTB, itu tidak ada masalah,” ungkapnya
"Saya baru pulang Umroh. Saat transit di Malaysia misalnya, saya hampir tidak menemukan adanya orang yang menggunakan masker. Begitu juga dengan di Bali, saya juga hampir tidak menemukan adanya warga yang menggunakan masker. Kecuali, mereka terlihat sangat santai-santai saja. Justeru cerita yang berbeda terjadi di daerah ini ini," ukngap Azhari kepada Visioner di ruang kerjanya, Rabu (4/3/2020).
Akibat isu tak bertanggungjawab tersebut, masyarakat berbondong-bondong memburu masker, dan dampak psikologis lainya. “Pada saat Rakornas di Jakarta beberapa waktu lalu yang menghadirkan Menkes RI, dijelaskan data-data tentang virus corona di berbagai negara. Dan di Indonesia, isu soal virus corona ini juga terjadi di berbagai daerah. Namun di Indonesia, hampir semuanya negative virus corona, kecuali dua sebagaimana diumumkan secara resmi oleh Presiden RI, dan sudah diisolasi. Sementara di NTB, itu tidak ada masalah,” ungkapnya
Dari data-data actual tersebut tegasnya, masyarakat tak seharusnya cemas. Namun, kecemasan warga terjadi karena beredarnya isu-isu hoax dari oknum tak bertanggungjawab di Medsos. “Informasi hoax tersebut diduga diramu sedemikian rupa seolah benar adanya sehingga masyarakatpun ikut meyakininya. Akibatnya, masyarakat menjadi sangat cemas. Inilah yang disebut oleh Menkes RI bahwa informasi Hoax tersebut lebih berbahaya dari virus corona. Oleh sebab itu, saya menghimbau agar masyarakat tidak menelan begitu saja informasi yang tak jelas sumbernya itu,” imbuhnya.
Hasil
Rakornas yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 21/2/2020, diakuinya menjadi
rujukan paling mutlak untuk memastikan adanya warga yang terjangkit oleh virus
corona atau sebaliknya. “Pasca Rakornas tersebut, Gubernur NTB, Walikota dan
Bupati se NTB sudah mengeluarkan surat edaran resmi. Khususnya di Kota Bima, hari
ini (4/3/2020) Walikota Bima mengeluarkan surat edaran secara resmi. Sementara
kepanikan masyarakat, semuanya bertitik tolak pada informasi hoax di Medsos,” tudingnya.
Sementara
soal masker yang dibutuhkan oleh masyarakat, akuinya telah dipersiapkan. Namun
hal tersebut tidak bisa dibagikan secara sembarangan. Jika sebaliknya, justeru
akan membuat masyarakat semakin cemas. “Maksudnya, ketika masker itu dibagikan
secara sembarangan justeru akan memicu adanya image seolah virus corona di
daerah ini benar adanya. Sekali lagi, karena image masyarakat pasca munculnya
isu hoax tersebut maka kami tidak boleh membagikan masker itu,” paparnya.
Pada
prinsipnya, pihaknya siap soal masker, obat-obatan dan fasilitas yang
dibutuhkan. Hanya saja, pihaknya juga merujuk pada instruksi Menkes RI yang
telah menujuk RSUD Bima sebagai Rumah Sakit (RS) rujukan bagi pasien yang
terjangkit virus corona. “Sampai sejauh ini, khususnya di Pulau Sumbawa tidak
ada warga yang terjangkit viruz corona. Hal itu diketahui berdasarkan data
medis pada masing-masing RS di Pulau Sumbawa. Untuk itu, jangan lagi percaya terhadap
isu hoax yang berkeliaran di Medsos. Tetapi kami juga harus berterimakasih
kepada media online visionerbima.com yang sukses melawan isu-isu hoax dimaksud,”
terangnya.
Pada
moment tersebut, Azhari yang didampingi oleh Petugas P2P yakni Wati menyatakan
bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan KKP Pelabuhan Bima, KKP Bandar Udara
Salahudin Bima dan pihak Imigrasi dalam rangka menyikapi Warga Negara Asing
(WNA) dan TKI asal Bima dari Luar Negeri yang datang ke daerah ini. “Kami
membangun koordinasi dengan KKP Bima maupun KKP di Mataram, jika pada pintu
masuk ditemukan adanya WNA atau TKI yang suspect langsung ditangkap di situ
juga. Koordinasi dimaksud, juga terkait dengan RS persiapan untuk menanganinya,”
terangnya.
Proses
pemantauan terhadap WNA dan TKI pada pintu masuk tersebut, diakuinya sudah
berlangsung selama 14 hari. “Ketika melihat adanya WNA di Kota Bima misalnya,
mereka bisa lolos karena sudah dipantau oleh KKP dan diputuskan bebas dari
virus corona. Oleh sebab itu, jangan kaget ketika menemukan adanya WNA di Kota
Bima,” saranya.
Azhari
kemudian menceritakan perjalanan Umrohnya dari Indonesia menuju Makkah beberapa
waktu lalu. Tiba di Badara Ngurah Rai Denpasar-Bali, pihaknya diperiksa.
Setelah dinyatakan bebas dari viruz corona, akhirnya di lepas. “Semua diperiksa
mulai dari darah dan lainya. Setelah dinyatakan bebas dari viruz corona, kami
akhirnya dilepas oleh petugas KKP. Yang diperiksa itu adalah yang ke Luar
Negeri maupun WNA yang datang ke Indonesia,” bebernya.
Azhari
menjelaskan tentang pernyataan Menkes RI, orang Indonesia meninggal dunia
karena Demam Berdarah (DBD) dan influenza, bukan karena viruz corona. “Kalau
orang Indonesia meninggal karena DBD dan Flu, ya kenapa harus panik. Kata
Menkes RI, orang justeru takut dengan virus corona yang tidak jelas di mana
tempatnya ketimbang DBD dan membersihkan rumahnya masing-masing. Kan terbalik
akhirnya, mereka tidak membersihkan rumah dan mengedepankan pola hidup sehat
akibat ketakutan karena adanya isu-isu hoax soal virus corona,” sebutnya.
Paahal
DBD itu jauh lebih berbahaya dari virus corona. Maksudnya, jika dilihat dari
CVRnya, angka kematian akibat viruz corona lebih rendah dari DBD. “Masa
incubasinya DBD itu dipantau selama 77 hari. Sementara pemantauan terhadap
viruz corona ini hanya dalam waktu 14 hari. Sementara stigma yang dibangun oleh
orang bahwa jika hari ada warga terjangkit virus corona maka akan mati dalam
waktu 14 hari kedepan, sungguh itu tidak benar. Dan stigma itu lahir akibat
kepanikanya,” tudingnya lagi.
Azhari
kemudian mengungkap, tingginya jumlah pasien di Wuhan China yang terjangkit
virus corona karena suhu udara yang sangat dingin hinhgga mencapai angka 18
derajat celcius. Dan lazimnya, virus corona itu akan masuk pada cuaca yang
sangat dingin. “Nah kalau di NTB, khusunya di Pulau Sumbawa kan suhunya sangat
panas. Karena suhunya di sini sangat panas, maka virus corona itu akan mati
dengan sendirinya. Sekali lagi, karena suhu panas di NTB ini sangat tinggi maka
tipis kemungkinan adanya virus corona,” ucapnya.
Singkatnya, Azhari
menekankan agar masuarakat di manapun berada khususnya di Bima agar membiasakan
diri dengan pula hidup sehat. Yakni cuci tangan baik sebelum maupun sesudah
beraktivitas, mengkonsumsi multivitasmin yang cukup untuk eningkatkan daya imun
tubuh, intens dalam berolah raga dan istirahat lebih awal. “Isu soal virus
corona ini memang mendunia, tetapi kita tidak harus panik. Biasakan dengan pola
hidup sehat. Isu-isu hoax itu jangan langsung ditelan begitu saja. Karena hal
itu jauh lebih buruk dari virus corona,” pungkasnya. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda