Soal Kasus Penggerebekan Oknum Pimpinan Media Dengan Istri Orang, MA Nyatakan Tak Mundur-Bongkar “Hal Lain”
MA Sentil Soal Pembalut Yang Dibeli Oleh Y Untuk LM
MA Yang Masih Menjadi Suami Sahnya LM |
Baik
pihak pelapor (MA) maupun kedua terlapor yakni Y dan LM telah memberikan
keteranganya kepada Penyidik Unit PPA. Bahkan keterangan pelapor maupun
terlapor, diakui telah dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh
Penyidik. Hanya saja, dalam kasus ini belum ada yang ditetapkan sebagai
tersangka. Sebab, hingga detik ini gelar perkara belum dilaksanakan oleh Sat
Reskrim Polres Bima Kota. Namun, sejumlah saksi dalam kasus ini dikabarkan
telah dimintai keteranganya oleh Penyidik.
Dibalik
Polisi sedang intens menangani kasus ini, muncul sebuah dugaan ancaman dari Y
melalui Medsos. Yakni, akan menuntut MA dan media online Visioner jika dalam
kasus ini tidak terbukti bersalah sebagaimana dugaan perzinahan sebagaimana
laporan resmi MA kepada pihak Polres Bima Kota. Terkait dugaan ancaman
tersebut, dengan tegas menyatakan tak akan mundur sedikitpun. “Silahkan saja
menuntut secara hukum sebab itu haknya dia sebagai warga negara. Untuk itu,
saya siap menghadapinya,” tegas MA kepada Visioner, Kamis (12/12/2019).
Amir
kemudian mengutarakan adanya “hal lain” yang diakuinya sangat penting dalam
kasus itu. Yakni, sampai sekarang LM masih legal sebagai istrinya. “Dia yang
masih legal secara formal sebagai istri saya, kok pada malam penggerebekan itu
ada di kamar kos bersama Y yang bukan muhrimnya. Dan di dalam kamar kos itu
baik sebelum maupun saat penggerebekan berlangsung, hanya Y dan LM di dalamnya.
Oleh karenanya, baik secara norma, agama, budaya dan lainya tentu saja hal itu
tak lazim. Kita tidak tahu apakah telah terjadi “seuatu” atau sebaliknya antara
istri saya itu dengan Y di kamar kos tersebut. Tetapi yang pasti, saat itu
keduanya berada di dalam kamar kos tanpa ditemani oleh orang lain. Saya
mengintainya dari awal, di dalam kamar kos itu hanya mereka berdua. Sementara
pintu masuk kamar kos dalam keadaan terkunci, ada apa,” tanya MA dengan nada
serius.
MA
kemudian mengungkap sesuatu yang dinilai sangat “janggal” dalam kasus ini,
sebut saja soal pembalut sebagaimana yang dikemukakan oleh Y pada bantahanya
pada media online visionerbima.com. “LM dengan Y jelas bukan muhrim, bukan
abangnya, dan tak ada hubungan emosional sebagai keluarga. Y mengatakan baru
kenal istri saya, tetapi kok sampai dia mau membeli pembalut hanya karena
dimintai tolong oleh istri saya. Tanyakan kepada para wanita, apakah mereka mau
memintai tolong kepada orang yang bukan suaminya, bukan saudaranya dan bukan
pula pacarnya untuk membeli pembalut. Masih soal itu, apa sesungguhnya yang
terjadi?,” tanya MA lagi.
MA
kembali mempertanyakan, jika alasan Y membawa LM ke kamar kos tersebut hanya
karena alasan memintai bantuan lantas kenapa tidak menjelaskan secara detail
seperti apa banduan dimaksud. “LM memintai bantuan ke Y hingga dibawa ke kamar
kos itu hanya karena alasan LM terlambat bus angkutan umum sehingga
ditinggalkan oleh teman-temanya, itu juga sangat menarik untuk disimak. Lantas
kenapa setelah sampai di Kota Bima saat itu ia tidak menelephone teman-temanya
tersebut untu kemudian bersama-sama temanya itu pula ke kamar kos milik Y.
Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan seperti penggerebekan, kenapa LM tidak
dibawa saja ke rumah keluarganya di Kota Bima,” tanyanya lagi.
Pernyataan
Y melalui bantahanya pada media online bahwa ia bersama LM hanya beberapa menis
saja di kamar kos itu, diakuinya sangat kontradiktif yang dirinya (MA) saksikan
saat sebelum penggerebekan berlangsung. “Sejak awal saya mengikiutinya dari
belakang. Tepatnya saat maghrib hingga isya, mereka berdua di dalam kamar kos
itu. Dan saat itu pula kamar kos dalam keadaan terkunci.Setelah itu Y keluar
dari kamar kos tersebut, sementara di dalamnya ada LM sendiri. Dan saat Y
keluar, kamar kos tersebut pun dalam keadaan terkunci. Beberapa saat kemudian,
Y kembali ke ke kos tersebut. Tak lama kemudian, Polisi, Bhabinsa, Ketua RT dan
saya terlibat dalam peristiwa penggerebekan. Saat itu, hanya ada Y dan LM di
dalam kamar kos tersebut. Usai digerebek, keduanya dibawa ke Mapolres Bima
Kota. Dan pada malam itu pula saya melaporkan keduanya secarav resmi ,”
bebernya.
Ayah
tiga anak yang masih menjabat sebagai Kasi Pemberdayaan pada salah satu
Instansi di Kabupaten Dompu ini (MA, Red), kembali mengungkap “hal lain” yang
tak kalah menariknya. Yakni pakaian yang dikenakan oleh LM saat berangkat ke
Kota Bima menggunakan bus angkutan umum dengan pakaian yang dikenakanya disaat
penggerebekan berlangsung, diduga kuat berbeda.
“Diduga kuat pakaian yang
dikenakanya saat berangkat ke Kota Bima dengan yang dia kenakan pada saat
peristiwa penggerebekan itu berbeda. Tentang apakah dia mengganti pakaianya
tersebut di kamar kos milik Y atau di tempat lain, tentu saja menjadi
pertanyaan menarik,” paparnya. "Sementara terkait peristiwa penggerebekan itu, keluarga LM pun mengaku merasa malu," terangnya. "Mereka mengaku baru kenal, namun ada percakapanya di FB yang sudah saya screen shoot. Melalui FB tersebut, ditengarai ada percakapan bahwa keduanya janjian bertemu di Bima," tandas MA.
Selain
itu, MA mengungkap perjalanan hidupnya dengan LM. Umur pernikahanya dengan LM
sudah berlangsung 15 tahun dengan sekarang dan memiliki tiga anak. Namun pada
Agustus 2019 ungkapnya, LM meninggalkan rumah. Sejak saat itu hingga sekarang,
ia mengaku sudah tak hidup serumah dengan LM. “Suatu waktu ia pernah menggugat
cerai saya ke PA Dompu. Namun gugatanya dia cabut kembali. Namun demikian,
tidak ada kata baik dari dia untuk kembali ke rumah,” tandasnya.
Kisah
selanjutnya katanya, LM datang melabrak MA yang sedang makan-makan bersama
stafnya. Dalam kasus itu, LM melaporkan MA dengan pasal perzinahan. “Nah,
pembuktian dari laporanya itu tidak ada. Tidak ada pula saksinya. Sementara
hubungan antara saya dengan teman-teman makan waktu itu adalah atasan dengan
bawahan. Hal lainya, ia melaporkan saya tentang KDRT. Nah, KDRT yang mana yang
ia maksud. Melalui laporanya tersebut, dia menyatakan saya menganiayanya. Namun,
bukti dari KDRT tersebut tidak ada dan akhirnya laporanya mental. Setelah itu,
dia m,elaporkan saya telah melakukan penelantaran. Penelantaran seperti apa
yang dia maksud, sementara yang keluar dari rumah adalah dia. Jadi, menntal
lagi laporan dan kemudian dia melaporkan lagi saya ke BKD dan Inspektorat
Kabupaten Dompu. Hasilnya, ya mental lagi,” tuturnya.
Tak
sampai disitu, LM kemudian melaporkan MA ke KPAI tentang KDRT dan penelantaran.
Padahal, soal KDRT tidak mampu ia buktikan. Sementara soal penelantaran,
justeru dia sendiri yang keluar dari rumah. “Laporan tersebut, saya nilai hanya
lelucon saja. Hal lainya, sejak September 2019 sampai 15 tahun kedepan saya
tidak terima gaji. Karena, gaji saya sudah jadi jaminan pengambilan uang di Bank.
Saya bilang ke dia, kalau mau cerai ya gugat secara baik. Jangan laporan saya
kiri-kanan. Sebab, saya tidak sendiri. Dan kami ini adalah keluarga baik, ayah
dan ibu saya juga orang terpandang di sini. Saya sudah minta kepada dia agar
menceraikan secara baik-baik. Kalau sudah cerai baik-baik, maka kami bisa
kembali menjadi teman baik dan kemudian mengurus anak-anak secara bersama,”
sebutnya.
MA
kemudian menduga, keinginan LM adalah MA dipecat dan ditengarai diperas.
Modelnya, sejak tahun 2017-2019 MA mengaku memberikan modal kepada LM. “Terakhir
saya memberikan modal sebesar Rp60 juta. Namun, uang tersebut sudah habis.
Kemungkinan dia itu keluar dari rumah ini karena takut saya menanyakan kembali
uang tersebut,” duganya.
“Modal tersebut
diberikan sejak Maret 2019, sementara pada Agustus 2019 uang itu sudah tidak
ada. Selanjutnya, terjadi percekcokan di rumah hingga saya mempertanyakan sudah
digunakan untuk apa uang yang diberikan. Selanjutnya dia menghilang, katanya ke
Bima tidur di rumah temanya. Namun ketika saya tanya kepada temanya, temanya
mengaku tidak diru bersama LM. Namun kata temanya, LM hanya mampir di rumah
temanya itu. Diduga, saat itu dia bersama seoran pria. Tetapi, temanya itu
tidak tahu siapa pria dimaksud. Alasanya dia, bahwa laki-laki yang bersamanya
ke rumah temanya itu adalah tukang ojek. Lho, masa menggunakan ojek lagi
sedangkan ke Kota Bima saat itu ia bawa motor sendiri,” duga MA lagi. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda