Tenunan Bima, Dibalik Pengakuan Hebat Juga Ada Kekurangan-Tantangan
Direktur IKM Kimia Sandang Kerajinan dan Industri dan Aneka, Ratna Utarianingrum (kanan)
|
Visioner Berita
Kota Bima-Kain tenunan
tradisuional Bima baik Kota maupun Kabupaten, bukan saja memiliki trend
tersendiri di Nusantara. Tetapi, juga diakui berhasil melenggang hingga ke
manca negara. Betapa tidak, salah satunya tenun Bima pernah ditampilkan pada
moment fashion show di Prancis beberapa tahun silam (pengakuan Walikota Bima,
H. Muhammad Lutfi, SE).
Tak
hanya itu, mantan Presiden RI yakni SBY pun pernah menggunakan tenunan asli
Bima pada kegiatan penting (kenegaraan). Harganya yang relatif murah dengan
keragaman corak, motif dan warna memposisikan tenunan Bima menjadi salah satu
kekayaan daerah ini yang juga diakui acap kai diburu oleh konsumen di berbagai
daerah di Nusantara. Kecuali, Tembe Donggo karena diakui langkah dengan harga
yang relatif mahal.
Pemerintah
Pusat melalui Kemeneterian perindustrian dan Perdagangan, tampaknya sangat
serius menyikapi sekaligus mengembangkan tenunan khas Bima ini. Marina Hotel
Kota Bima pada Minggu siang hingga sore (22/9/2019), menjadi saksi dimana
Direktur IKM Kimia Sandang Kerajinan dan Industri Aneka pada Direktorat Jenderal Industru Kecil Menengah dan Aneka (Dirjend
IKM) yakni Ratna Utarianingrum hadir sekaligus melakukan bimbingan teknik
(Bimtek) kepada 15 IKM dari beberapa Kelurahan sebagai pengrajin tenun di Kota
Bima.
Moment
tersebut, juga dihadiri oleh Walikota Bima H. Muhammad Lutfi, SE, Asisten II
setempat Hj. Indriani, Kadis Koperindag Kota Bima Drs. Abdul Haris, Designer
dari Bandung dan para pendamping pengrajin tenun di Kota Bima. Kegiatan ini
dibuka secara resmi di Marina Hotel dan akan berlangsung selama 8 hari kedepan.
Direktur IKM Kimia Sandang Kerajinan dan Industri dan Aneka yakni Ratna Utarianingrum menjelaskan, tentunan yang terbuat dari
hasil kerajinan tangan kelompok IKM di Kota Bima sangat baik. Namun dibalik
itu, ditemukan adanya kekurangan serta tantangan yang harus dihadapi. Oleh
karenanya, Ratna menghimbau agar faktor elaborasi mutlak diperlukan untuk
menumbuh-kembangkan tenunan khas ini. “IKM memiliki posisi yang strategis dalam
meningkatkan perekonomian nasional, dan memiliki kontribusi yang besar dalam
penyerapan tenaga kerja serta pemerataan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Ia
kemudian mengungkapkan, berdasarkan data statistik dari BPS, terdapat kurang
lebih 4,5 juta unit IKM yang tersebar di wilayah Indonesia dengan penyerapan
tenaga kerja mencapai 10,5 juta orang atau setara dengan kurang lebih 65 persen
dari total tenaga kerja sektor industri pengolahan non migas. Dan Saat ini ada
368 sentra IKM tenun, diakuinya tersebar di hampir seluruh wilayah nusantara,"
ujarnya.
Moment Foto Bersama di Kegiatan Pembukaan Bimtek IKM Kota Bima di Marina Hotel (22/9/2019) |
Ratna
menghimbau, untuk memperkuat kualitas produk tenun-Ditjen IKMA juga akan
melakukan serangkaian pembinaan bagi IKM. Yakni melalui fasilitas penguatan
sumber daya manusia (SDM) dengan kegiatan bimbingan teknis dan pendampingan.
Selain itu, juga akan memberikan bantuan mesin dan peralatan, peningkatan
kualitas produk dan pengembangan pasar, penguatan sentra penguatan kemampuan
Unit Pelayanan Teknis serta penumbuhan Wirausaha Baru.
Ratna
memaparkan, Kementerian Perindutrian melalui Ditjen IKMA terus mengembangkan potensi
tenun yang ada di Kota Bima. Sebelumya pada tahun 2018 telah dilaksanakan
Bimtek fesyen berbahan baku tenun Bima. Pun pada tahun ini (2019) Ditjen IKMA,
diakuinya melakukan Bimtek untuk 15 pengajin tenun Bima dan memfasilitasi mesin
serta peralatan yang memadai. Bimtek ini diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan para pengerajin tenun Bima untuk membuat dan mengembangan pola serta
desain tenunan Bima yang sudah ada.
Ratna
kembali menjelaskan, dibalik kehebatan kain tenunan tradisional tersebut tentu
saja memiliki kekurangan dan tantangan yang dihadapi serta membutuhkan langkah
nyata untuk meretasnya. Kekurangan yang paling kuat ungkap Ratna, lebih pada
sesi pemasaranya. Padahal upaya mempromosikan sekaigus mengekpansi tenunan Bima
ujarnya, dapat dilakukan di berbagai media. Misalnya Media Sosial (FB, Twitter,
IG), Media Online dan dibukanya website oleh instansi terkait.
“Era
digital sekarang justeru sangat mudah dan efektif serta efisien untuk
mempromosikan tenunan khas Bima ke berbagai belahan dunia. Modalnya, ya hanya
paket internet dan bisa juga melalui website yang dibuat oleh instansi terkait
kok. Semuanya tergatung kepada adanya niat dan kemauan keras,” urainya.
Masih dalam liputan langsung Visioner, pada moment pembukaan Bimtek IKM Kota Bima ini juga dirangkaikan dengan penyerahan alat tentun kepada 15 IKM sebagai peserta Bimtek, 15 lembar baju IKM dan 15 buat tas ransel kepada 15 IKM pula. Penyerahan hal tersebut oleh Direktur IKM dan Anek pada Kemendag RI kepada Walikota Bima (secara simbolik).
Masih dalam liputan langsung Visioner, pada moment pembukaan Bimtek IKM Kota Bima ini juga dirangkaikan dengan penyerahan alat tentun kepada 15 IKM sebagai peserta Bimtek, 15 lembar baju IKM dan 15 buat tas ransel kepada 15 IKM pula. Penyerahan hal tersebut oleh Direktur IKM dan Anek pada Kemendag RI kepada Walikota Bima (secara simbolik).
Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE |
“Kota
Bima merupakan wilayah transaksi perdagangan sekaligus melayani Kabupaten Bima
dan Kabupaten Dompu. Tak hanya itu, Kota Bima melalui pelabuhan yang ada juga
melayani berbagai daerah di Indonesia Timur, Makassar-Sulsel dan lainnya. Bukan
itu saja, Kota Bima melalui pelabuhan yang ada juga melayani Indonesia bagian
barat seperti Surabaya dan lainnya,” urainya.
Lutfi
menegaskan, tenunan khas Bima harus bwerada pada posisi perioritas. Sebab, hal
tersebut sudah menjadi tradisi leluhur yang wajib di tumbuh-kembangkan serta
terlestari sampai kapanpun. “Karena tenunan itu merupakan tradisi leluhur kita,
maka rata-rata di 9 Kelurahan di Kota Bima beraktivitas sebagai pengerajin
tenunan Bima. Tak hanya itu, tenunan Bima juga kini telah memiliki koperasi
sendiri,” tandasnya.
Kain
tenun Bima paparnya, bukan saja memiliki trend tersendiri karena kekhasanya yang
berbeda di NTB. Dan Indonesia. Tetapi, juga sukses ditampilkan di pada moment
fashin show di sejumlah negara yang salah satunya di Prancis. Tenunan
bermotifkan Bima yang lahir dari buah tangan penenun di daerah ini, juga dipakai
oleh mantan Presiden RI Bambang Su=oesilo Yudhoyono (SBY), Ketua DPR RI,
Bambang Soesutiyo (Bamsos) dan pejabat penting lainnya di Indonesia,” tandas
Lutfi.
Motif
tenunan Bima bebernya, tentu saja lain dengan yang lainya. Tenunan Bima,
diakuinya selalu saja tidak simetris. Oleh karenanya, diharapkan kepada
Kementerian Perinsudtrian dan Perdagangan RI bima membantu baik dari sisi
peralatan maupun anggarannya guna menumbuhkembangkan serta melestarikannya. “Bima
memiliki identitas warna dengan harga yang cukup tinggi mulai dari Rp300 ribu
hingga Rp1 juta,” papar Lutfi.
Untuk
mengembangkan, menumbuhkembangkan serta melestarikan kain tenunan Bima mutlak
membutuhkan sentuhjan dari Pemerintah terutama pemerintah pusat. “Di Kota Bima
khususnya, telah diberlakukan sebuah kebijakan dalam bentuk menggunakan kain
tenunan khas Bima pada setuap hari Kamis. Insya Allah, kebijakan yang sama juga
akan diterapkan di berbagai sekolah di Kota Bima,” tuturnya.
Lutfi menambahkan, di
NTB terdapat kain pakaian yang terbuat dari kain tenunan di berbagai
Kota/Kabupaten bernama Sasak Samawa Mbojo (SASAMBO). Dalam kaitan itu, tentu
memiliki motif dan corak yang berbeda. Maksudnya, menampilkan kekhasan
masing-masing daerah. “Untuk kedepannya, sekali lagi kami memohon kepada Menkoperindag
RI agar terus membimbing kelompok IKM khususnya yang ada di Kota Bima dan
membantu pada sisi anggarannya,” harap Lutfi. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda