Potret Kemiskinan di Kota Bima, 1 KK Hidup di Bekas Kandang Kuda-Pemerintah Diharapkan Segera Menyentuhnya
Inilah Rumah Bekas Kandang Kuda itu |
Visioner Berita
Kota Bima-Potret
kemiskinan yang terjadi lebih dari setengah tahun di RT 10/02 Kelurahan Sadia
Kota Bima-NTB. Sebuah kandang kuda dengan ukuran 3x4 telah dirubah menjadi
rumah tempat tinggal oleh 1 Kepala Keluarga dengan jumlah 4 orang (suami-istri
dan dua orang anak). Fakta menyedihkan ini, ternyata belum pernah disentuh
dengan bantuan oleh Pemerintah setempat melalui Dinas Sosial-sebut saja bantuan
tanggap darurat.
Senin
pagi (23/9/2019), crew Visioner melihat secara langsung sebuah kondisi
memilukan dan bahkan mengundang air mata ini. Reni adalah istri dari Lukman
bersama seorang anak perempuanya yang masih kecil, pada pagi itu menyambut
Visioner dengan wajah sedih. “Oh ya, saya istrinya Lukman. Suami saya sedang bekerja
sebagai buruh pada salah satu air perusahaan air mineral di Kota Bima. Gajinya
sebulan Rp1 juta. Anak kami berjumlah dua orang. Yang satunya sedang sekolah,
dan yang kecil ini bersama kami di rumah,” sambut Reni.
Bersama
salah seorang warga setempat yakni Ipul, Visioner secara perlahan memasuki
rumah beratapkan seng, berdindingkan terpal bekas, karung bekas dan bekas
baligo itu. Di dalam ruangan yang sangat sempit itu, terlihat perabotan rumah
tangga seperti kasus, TV yang sudah tidak berfungsi (mati) sebuah kipas angin,
rak buku anaknya yang masih sekolah, sebuah kasur yang dnilai sudah usang, dan
lantainya hanya diplus biasa dengan semen. “Tadinya di sini adalah kandang
kuda. Setelah itu kami bersihkan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Ya,
rumah yang kami tempati ini adalah bekas kandang kuda,” jelas Reni.
Usut-punya
usut, bekas kandang kuda yang dijadikan sebagai tempat berdomisili pasangan
suami istri (Pasutri) bersama dua orang anaknya ini ternyata milik kakaknya
Reni. Artinya, mereka hidup numpang di bekas kandang kuda ini. “Kami menumpang
di sini karena tidak punya rumah sendiri. Ada tanah seluas kurang dari 1 are
yang kami beli dengan cara mencicil, harganya Rp10 juta. Baru Rp 1 juta kami bayarkan
kepada yang punya tanah. Kami belum punya uang yang cukup untuk membangun
rumah. Kami berharap agar Pemerintah bisa membantu kami,” pinta Reni.
Gaji
suami yang diakunya tak cukup tak mencukupi kebutuhan hidupnya per bulan, renmi
mengakui sering mendapatkan bantuan makanan dari tetangga sekitar. Kondisi
kemiskinan yang sudah lebih dari setahun menerpanya, maka selama itu pula
Pemerintah tak hadir menjawabnya secara kongkriet. “Dinas Sosial Kota Bima
hanya datang mencatat, tetapi sampai sekarang tak pernah hadir lagi di tempat
ini. Selama ini tak ada bantuan apapun yang Dinas Sosial berikan kepada kami,”
ungkap Reni.
Reni Masih Terswenyum Walau Diterpa Kemiskinan |
Kendati
kondisi kemiskinan yang dinilai sudah lama menimpanya, namun ibu dua anak ini
masih bisa tersenyum dan bahkan sesekali tertawa. Apa tidak bosa menjadi orang
miskin?. “Alhamdulillah tidak, kami masih bisa hidup, beribadah, tidur dan
harmonis di rumah bekas kandang kuda ini. Dengan kondisi seperti ini, kami
tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali, berharap agar Pemerintah bisa hadir
membantu kami. Hanya itu saja harapan kami,” harapnya.
Tetangga
Reni yakni Ibu Hasnah, juga membenarkan bahwa rumah yang ditempati oleh si
miskin tersebut adalah bekas kandang kuda. Dan tanah itu diakuinya miliki
saudaranya Reni. Pasalnya, mereka tidak punya rumah sendiri. “Karena kondisinya
yang demikian adanya dan itu bukan hal baru, maka sesekali kami juga ikut
membantunya memberikan makanan seadanya. Sekali lagi, atas kondisi ini kami
berharap agar Pemerintah hadir untuk membantu keluarga miskin ini. Hanya itu
saja harapan kami,” harap Hasnah.
Pernyataan
yang sama juga dipaparkan oleh Syaiful (Ipul). Kisah nyata bahwa tempat domisli
keluarga miskin ini bermula dari kandang kuda dan kemudian dirubah menjadi
rumah tinggal bukanlah cerita bohong. Tetapi, fakta yang sudah terjadi lebih
dari setahun lamanya. “Kita hanya bisa berharap agar Pemerintah bisa hadir
membantunya. Tujuanya, agar Reni beserta suami dan anaknya bisa hidup nyaman
seperti tetangganya.Saya mau tambahkan, aparat Kelurahan Sadia, Dinas Sosial
dan lainnya hingga sekarang belum pernah muncul di tempat ini,” ungkap Ipul.
Kepala Kelurahan Sadia, A. Rajak, SE (kiri) Saat Diwawancara Visioner |
Rajak
membantah tudingan bahwa dirinya tidak pernah turun ke lapangan untuk melihat
secara langsung tentang kondisi kemiskinan yang menimpa keluarga tersebut. “Asumsi
tersebut tidaklah benar. Kami sudah berusaha melakukan pendataan dan kemudian
menyetorkan data itu kepada instansi terkait. Namun, sampai detik ini belum ada
jawaban dari Instansi terkait tersebut. Kita juga harus melihat bahwa kondisi
Reni beserta keluarganya itu masuk dalam kategori apa. Mau dibantu dengan
program bedah rumah misalnya, tentu terbentur dengan syarat sesuai ketentuan
yang berlaku. Ya, mereka memang miskin, dan bahkan di Sadia ini ada dua tiga
orang dalam satu rumah yang mengalami hal yang sama. Soal Reni, kami akan terus
memperjuangkanya,” janji Rajak.
Menariknya,
pada moment tersebut Rajak justeri menjelaskan tentang materi kemiskinan yang
perlu dan tidak untuk ditangani secara cepat. Namun urusan reni beserta
keluarganya, diakuinya sebagai sebuah keadaan yang mendesak yang perlu
ditangani. Sayangnya, hingga detik ini kondisi tersebut belum juga dijamah
secara realistis. “Di Sadia ini bukan saja Reni dan keluarganya yang miskin.
Tetapi bahkan ada dua sampai tiga orang dalam satu keluarga yang bernasib sama.
Hanya saja, mereka tidak kelihatan karena ada yang sudah menjadi TKI ke luar
negeri,” katanya.
Rajak
kembali membantah keras tentang tudingan bahwa dirinya tidak pernah hadir di rumahnya
Reni. “Asumsi itu tidak benar. Kita tahu bahwa kondisi tersebut memang benar
adanya. Tetapi, saya sebagai Lurah di sini tidak bisa menetapkan mereka untuk
diakomodir secara teknis. Sebab, itu adalah wilayahnya instansi terkait. Persepsi
bahwa dalam kaitan itu saya hanya sebagai penonton adalah salah. Kita tetap
menyampaikan hal itu ke atas. Kita bukan sedang berjuang. Tetapi sudah
berjuang, dan bahkan sedang melakukan hal itu,” katanya lagi.
Secara
terpisah, kadis Sosial Kota Bima Drs. H. Muhidin, MM yang dimintai komentarnya
membantah adanya koordinasi antara pihak Kelurahan Sadia dengan pihaknya
terkait kondisi kemiskinan yang menimpa Reni dan keluarganya. “Harusnya Lurah setempat yang memberitahukan kepada kami soal itu sejak dulu. Namun seingat saya hal
itu tidak pernah dikoordinasikan oleh Lurah sadia kepada saya selaku Kadis
Sosial Kota Bima. Tapi, soal Reni beserta keluarganya, Insya Allah besok saya
akan turun ke lapangan dengan Fasilitator di Sadia untuk membantu yang
bersangkutan,” janjinya dengan nada singkat.
Selama ini Anda tidak
mengetahui tentang kondisi yang menimpa Reni beserta keluarganya?. “Nanti saya
akan tanyakan kepada bidang terkait di Dinas Sosial untuk menjelaskan hal itu.
Tetapi yang pasti, besok (24/9/2019) saya bersama tim akan turun ke lapangan
untuk memberikan bantuan kepada keluarga dimaksud,” janjinya lagi.
Muhidin menambahkan, masing-masing Kelurahan telah terbentuk fasilitator yang mengakomodasi data tentang kondisi kehidupan yang menimpa masyarakat di masing-masing wilayah di Kota Bima. Oleh karenanya, sebelum ke sana pihaknya akan berkoordinasi dengan Fasilitator Kelurahan Sadia. "Masing-masing Lurah ada fasilitatornya. Apakah fasilitator tahu soal itu atau sebaliknya, tentu saja akan segera saya koordinasikan dengan mereka," katanya. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda