Ratusan Tahun Tenar, Namun Baru Kali Ini Dodol Wera dan Nata Dihadirkan di Arena HUT Bima
Proses Pembuatan Dodol Wera di Taman Panda Kabupaten Bima (7/7/2019) |
Visioner Berita
Kabupaten Bima-Nama
dodol Wera sesungguhnya tak asing lagi bagi masyarakat di Kabupaten Bima dan
bahkan di NTB. Tetapi, dodol yang merupakan warisan leluhur masyarakat di
Kecamatan Wera ini cukup dikenal sejak ratusan tahun silam dan bahkan sampai
hari ini. Rasa dodol Wera dinilai sangat menggoda hingga ketagihan untuk terus
menikmatinya pun tak dapat dihindari.
Karena,
Dodol Wera memiliki keragaman rasa. Sebab, dodol Wera dibuat dari telur, santan
kelapa, bawang goreng, minyak kelapa asli, tepung ketan asli dan gula merah.
Kendati umurnya sudah sangat lama dan selama ini hanya hadir pada setiap
kegiatan sosial kemasyarakatan seperti hatamal Qur’an, sunatan massal, pesta
pernikahan warga, do’a dan lainnya namun Dodol Wera tak pernah hadir pada
setiap Hari Ulang Tahun Bima.
Camat
Wera, Drs. H. Ridwan didampingo oleh Ketua TP-PKK Kecamatan Wera yakni Hj.
Maemunah H. Ridwan mengakui bahwa dodol Wera hadir di Taman Panda dalam rangka
menyambut HUT Bima ke-379 tahun 2019 (7/7/2019) atas permintaan Bupati Bima,
Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE. Dasn diakuinya pula, baru kali ini Dodol Wera
dihadirkan dalam rangka menyambut HUT Bima.
“Dodol
Wera hadir di Panda ini atas permintaan Bupati Bima. Karena, beliau (Bupati
Bima, Red) ingin melihat secara langsung proses pembuatan dodol Wera,” jelas
keduanya kepada Visioner, Minggu pagi (7/7/2019).
Foto Bersama Visioner Dengan Camat Wera dan Ketua TP-PKK Camat Wera Sembari Memperlihat Dodol |
Dalam
satu wajan, diakuinya berisi sekitar 17 Kg alias 24 liter. Proses pembuatan
Dodol Wera ini hingga benar-benar matang, ternyata mempekerjakan 6 orang.
Mereka bekerja bukan tanpa upah. Tetapi satu orang digaji sebesar Rp150 ribu. “Ya,
mereka digaji masing-masing sebesar Rp150 ribu. Upah mereka bukan bersumber
dari Dinas terkait, tetapi murni dari kami pribadi,” tandas keduanya.
Sejak
Dodol Wera ada hingga sekarang, diakuinya tak pernah hadir Dinas terkait baik
Parwisata maupun Koperindag Kabupaten Bima dalam hal memberikan bantuan berupa
anggaran maupun pangsa pasar. “Kendati demikian, pembuatan dodol wera oleh
masyarakat masih berlangsung sampai sekarang ini oleh masyarakat setempat. Hal
itu dilakukan oleh masyarakat di sana demi mempertahankan nama dodol Wera
sebagai warisan leluhur yang lahir sejak lama,” terang keduanya.
Diakuinya
pula, selama ini bahkan sampai sekarang dodol Wera tidak pernah
diperjual-belikan kepada siapapun. Tetapi, masyarakat Wera membuatnya hanya
untuk kepentingan sosial kemasyarakatan di Wera pula. “Dana yang dikeluarkan
mulai dari pembelian bahan dodol hingga ke gaji pekerjanya mencapai jutaan
rupiah,” bebernya.
Lagi, Foto Bersama di Moment Pembuatan Dodol Wera di Taman Panda Kabupaten Bima |
Ternyata
yang sudah lama tenar dan ketenarannya masih berlangsung sampai sekarang adalah
dodol dari Desa Nata Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima-NTB. Dodol yang berasal
dari Desa Nata ini, memiliki rasa yang berbeda dari dodol Wera. Yakni rasa
nangka. Liputan langsung Visioner di Taman Panda pada Minggu pagi (7/7/2019)
juga menemukan warga yang sedang melakukan proses pembuatan dodol Nata.
Camat
Palibelo Drs. Darwis yang didampingi oleh Ketua PKK Desa Nata yakni Suhada juga
mengungkap, baru kali ini dodol Nata dihadirkan dalam rangka menyambut HUT
Bima. Kehadiran dodol Nata ini, diakui keduanya, yakni atas permintaan Bupati
Bima yang ingin melihat secara langsung tentang bagaimana proses pembuatannya. “Dodol
Nata sudah berumur cukup lama. Dan ketenarannya masih berlangsung sampai
sekarang. Tetapi, baru kali ini dodol Nata dihadirkan dalam rangka menyambut
HUT Bima,” ungkap keduanya.
Foto Bersama Saat Pembuatan Dodol Nata di Taman Panda (7/7/2019) |
“Proses
pembuatannya mulai dari meracik bahannya hingga matang membutuhkan waktu 5-6
jam lamanya. Dimasak sambil diaduk menggunakan kayu di atas wajan besar,
sementara apinya bersumber dari kayu bakar seperti proses pembuatan dodol wera.
Setelah matang dan kemudian dinikmati, dodol Nata ini beroma dan berasa nangka,”
terang keduanya.
Keduanya
kemudian menjelaskan, sejak dulu sampai sekarang dodol Nata masih dibuat oleh
masyarakatnya. Namun, hal tersebut tidak diperjual belikan. Tetapi, dibuat dan
kemudian dibagikan pada setiap kegiatan sosial kemasyarakatan.
“Masyarakat
Desa Nata membuat dodol hanya untuk kepentingan sosial kemasyarakatan seperti
pernikahan warga, acara do’a dan lainnya, bukan untuk diperjual belikan.
Kreativitas pembuatan dodol oleh warga Nata sejak dulu sampai sekarang,
berorientasi kepada mempertahankan warisan leluhurnya,” tandas keduanya.
Ketua PKK Palibelo, Visioner, Camat Palibelo dan Ketua PKK Desa Nata Berpose Bersama Sambil Memperlihatkan Dodol (7/7/2019) |
Diakuinya
pula, terkait anggaran pembuatan dodol Nata baik sejak dulu hingga sekarang
bukan bersumber dari Dinas Pariwisata maupun Diskoperindag Kabupaten Bima.
Tetapi murni bersumber dari pihak Desa Nata.
“Ibu Suhda sekaligus
istri Kades Nata ini juga punya andil besar dalam mempertahankan nama Dodol
Nata sampai sekarang. Untuk kedepannya, kami akan mencoba menguatkannya dengan
menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Nata guna mempertahankan nama dodol
Nata sebagai warisan leluhur ini. Sekali lagi, sejak dulu sampai sekarang tak
ada campur tangan Pemerintah di bidang anggaran terkait dodol Nata ini,”
pungkas keduanya. (GILANG/FAHRIZ)
Tulis Komentar Anda