“Kebingungan” Disparpora Kota Bima Pada Rakor Melibatkan Ketua Cabor
Masalah Mencair Karena Kehadiran
Ketua KONI
Dari Arena Rakor Melibatkan Ketua-Ketua Cabor Yang Digagas Oleh Disparpora Kota Bima (24/6/2019) |
Visioner Berita
Kota Bima-Dinamika
Rapat Koordinasi (Rakor) yang melibatkan seluruh Ketua Cabang Olah Raga (Cabor)
yang digagas oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Kota Bima
di aula Pemkot Bima pada Senin (24/6/2019), terkesan memanas. Pada moment
tersebut, baik Ketua Cabor, pelatih maupun pembina atlet dari berbagai Cabor
mengungkap semua kelemahan yang terjadi selama ini sebagai bahan perbaikan di
masa mendatang.
Kelemahan-kelamahan
yang tertuju pada tanggungjawab Dinas terkait tersebut, diakui bukanlah barang
baru. Tetapi, hal clasik yang sampai saat ini tak kunjung diperbaiki. Sementara
berbagai prestasi sejumlah atlet Kota Bima mu;ai dari Pra Pekan Olah Raga
Nasional (Prapon) hingga ke PON bahkan ke tingkat dunia (sebut saja Volly
Pantai), diakui lebih kepada kerja keras KONI setempat dan kekuatan jiwa para
atlet atas nama Bima.
Pada
rapat tersebut, terkuak sejumlah kelemahan clasik yang paling mendasar. Yakni,
sarana latihan bagi para atlet, Matras, asupan gizi, performa (pakaian atlet),
lemahnya koordinasi antara Dinas terkait dengan pihak BUMN-BUMD sebagai pihak
sponsor, minimnya anggara bagi pembinaan atlet dan honor para pelatih, “hadiah
special” bagi atlet berprestasi yang bukan saja bonus, nyaris tak pernah adanya
event antar pelajar sebagai ajang pencarian bakat (usia minimum), upaya menarik
kembali atlet berprestasi adal Kota Bima yang sudah menjadi atlet daerah lain
lantaran minimnya perhatian, kesan abainya terhadap intensitas latihan jelang
event diberbagai tingkatan alias tiba masa tiba akal, dan masih banyak persoalan
lain termasuk masalah penarikan biaya kepada atlet yang melaksanakan kegiatan
latihan di gedung KONI oleh pihak pengelola (pihak ketiga).
Pada
kegiatan Rakor tersebut, ada juga peserta yang menyentil soal lemahnya
pemahaman-pemaknaan Dinas terkait terhadap kebutuhan sekaligus ekspektasi besar
para atlet dari berbagai Cabor. Maksudnya, belum terbangun kesenyawaan persepsi
dan orientasi antara atlet dari seluruh Cabor dengan pihak Dinas terkait.
Sementara selama ini, Dinas terkait hanya bisa berharap agar pembinaan terus
berjalan secara maksimal agar para atlet tampil sebagai juara diberbagai event.
“Jangan berbicara soal dunia olah raga ketika
anda tidak paham soal marwahnya. Prestasi terbaik itu hanya lahir atas dasar
menyatunya jiwa antara atlet, pelatih, peembina dengan Dinas terkait. Sementara
kesan yang terjadi selama ini adalah semua beban dan tanggungjawab diserahkan
kepada KONI. Padahal KONI hanya bertanggungjawab soal atlet berprestasi dan
prestasi yang diraihnya. Sementara ajang pencarian bakat atlet dan atlet berekreasi
adalah tanggungjawab Dinas terkait. Sekali lagi, kelemahan paling clasik itu
terletak pada kehiangan jiwa Dinas terkait, dan hanya mampu berharap agar atlet
bisa meraih prestasi,” timpal salah seorang Pengurus KONI Kota Bima.
Salah
seorang Pengurus Senior KONI Kota Bima, HM. Tayeb alias Guru To’i misalnya,
menyentil kurangnya sarana bagi atlet berlatih. Lapangan Manggemaci Kota Bima
ditudingnya belum memenuhi syarat untuk atlet pelari, sepak bola dan lainnya
lantaran luasnya. “Dulu waktu Rakor KONI NTB, mau dicairkan anggaran Rp5 M
untuk pengembangan lapangan tersebut. Namun setelah tim melakukan pengukuran,
ternyata panjang dan lebarnya tidak memadai. Akibatnya, anggaran tersebut
justeru dialihkan ke Indonesia Timur. Dari dulu sampai sekarang, kita lesu soal
sarana dan fasilitas pendukungnya. Itu kan gaweanya Dinas terkait,” timpal Guru
To’i.
Tak
hanya itu, Guru To’i juga menyentil soal alih fungsinya lapangan pahlawan Raba
yang dulu dibangun dengan anggaran miliaran pada zaman Pemerintahan Walikota
Bima, Drs. HM. Nur. A. Latif.
“Karena
sudah beralih fungsi, lampu-lampu yang ada di Lapangan Pahlawan Raba itu sudah
dibawa ke lapangan Volly di halaman eks kantor Bupati Bima. Uniknya, Dinas
terkait hanya bisa menyediakan anggaran sekaligus menekan agar para atlet bisa
menjadi juara pada berbagai event. Sementara soal sarana latihan bagi mereka
tidak diperjuangkan. Selama ini kebiasannya, semuanya ditikberatkan kepada KONI,
padahal itu adalah kerjanya Dinas terkait. Sekali lagi, pembangunan sarana yang
representatif adalah kebutuhan atlet paling mendesak dan itu adalah gawenanya
Dinas terkait,” desaknya.
Pada
moment itu pula, para peserta Rakor juga menyentil soal kemiskinan cakrawala
berpikir Dinas terkait khususnya pelaksanaan event pencarian bakat ditingkat
pelajar. Mulai dari event Persatuan Olah Raga Pelajar Daerah (POPDA) hingga O2SN
yang biasanya intens dilaksanakan di Kota Bima, namun kini akuinya semakin
sepi. Ini diakuinya menjadi salah satu kendalam sekaligus tantangan akibat
minimnya ide, gagasan hingga persiapan anggaran oleh pihak Dinas terkait.
“Tantangan
yang satu ini harus segera diretas dalam rangka meretas masalah tersebut secara
cepat. Sebab, dalam waktu dekat kita akan berhadapan dengan Pekan Olah Raga
Provinsi (Poprov) NTB. Jika tidak, tentu saja kita tidak bisa berharap banyak pada
konten pencarian bakat itu,” imbuhnya.
Kendala
sekaligus tantangan pada ajang pencarian bakat tersebut, juga dikemukakan oleh
Ketua Forum Komunikasi Guru Olah Raga (FKGO) Kota Bima, Ikbal Tanjung S.Pd. Salah
satu yang menjadi kendala besar pasca terjadinya banjir bandang di Kota Bima
yakni terkait Peralatan Olah Raga Anak (POA). “Kendala sekaligus tantangan ini
juga beresiko terhadap harapan besar dalam kaitan pencarian atlet berbakat pada
tingkat pelajar di Kota Bima. Oleh karenanya, kita semua berharap agar masalah
serius yang satu ini segera diretas,” harapnya.
Singjkatnya,
keluhan minimnya sarana-fasilitas sekaligus perhatian Dinas terkait juga
menimpa Cabor-Cabor lainnya seperti tenis meja, catur, atletik, PSSI, Voly
Ball, Billiard dan lainnya. Hal tersebut, juga terkuat pada Rakor dimaksud. Cabor-Cabor dimaksud berharap agar sarana
sekaligus fasilitas yang dibutuhkan oleh para atlet segera diwujudkan guna
mewujudkan harapan untuk mendapatkan atlet berprestasi hingga mencetak prestasi
di berbagai event.
Sementara
itu, Kadisparpora Kota Bima Sunarti S.Sos mengakui adanya berbagai kelemahan bersifat
clasik tersebut. Pun Sunarti menyatakan bahwa hal clasic tersebut masih terjadi
sampai saat ini. Oleh karenanya, Rakor kali ini bertujuan untuk menampung
berbagai keluhan, saran dan masukan dari berbagai Cabor untuk kemudian
dievaluasi secara maksimal.
“Masalah
sarana olah raga, Insya Allah kita akan perjuangkan anggaran untuk pembangunan
GOR yang representatif di Sambinae. Sementara soal anggaran, juga akan kita
perjuangan melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora). Selain itu,
kita juga berharap adanya rencana kerja dan program kerja dari berbagai Cabor.
Jujur saja, sampai saat ini kita belum nama-nama atlet di Kota Bima dan hari
ini merupakan koordinasi perdana diantara kita,” kata Sunarti.
Masalah
lapangan Pahlawan Raba yang sudah beralih fungsi ujarnya, akan dilakukan
evaluasi kembali dan kemudian digunakan sebagaimana mestinya seperti sediakala
oleh para atlet dari sejumlah Cabor. “Insya Allah harapan agar Lapangan
Pahlawan dikembalikan fungsinya seperti sediakala akan kita perjuangkan,” janji
Sunarti.
Liputan
langsung sejumlah awak media pada moment tersebut melaporkan, sempat terjadi
silang pendapat antara para Ketua Cabor dengan Disparpor Kota Bima sebagai penyelenggara
kegiatan. Sejumlah peserta Rakor terlihat banyak yang keluar ruangan, diduga
dipicu oleh tidak adanya kesamaan pemahaman tentang dunia olah raga antara
Ketua-Ketua Cabor dengan Disparpor Kota Bima.
Singkatnya,
masalah tersebut diselesaikan atas kehadiran Wakil Walikota Bima sekaligus
Ketua KONI setempat, Feri Sofiyan, SH. Pada moment tersebut, Feri Sofiyan
secara gamblang mengungkap bahwa masalah yang terjadi pada dunia olah raga di Kota
Bima merupakan peristiwa clasik yang sampai saat ini belum berhasil
diselesaikan.
Antara
lain soal sarana-prasarana sekaligus fasilitas yang memadai, dan seolah-olah
hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggungjawab KONI. Padahal, masalah clasik
tersebut merupakan beban sekaligus tanggungjawab Dinas terkait. “Event
pencarian bakat dan olah raga rekreasi merupakan tugas dan tanggungjawab Dinas
terkait. Demikian pula soal sarana-prasarana yang represetantif bagi kegiatan
latihan seluruh atilet di berbagai Cabor. Sementara tugas dan tanggungjawab
KONI lebih kepada soal olah raga prestasi. Maka kedepannya, Bidang Olah Raga
pada Disparpora jangan urus Bidang Pariwisata Dong. Tetapi harus fokus dan
mempunyai program pada bidang olah raga,” tegas Feri.
Berbagai keluhan Ketua-Ketua
Cabor tersebut, diharapkannya dapat membuka cakrawala berpikir Disparpora Kota
Bima agar kedepan dapat melahirkan ide dan gagasan guna mewujudkan cita-cita
besar bagi seluruh atelt di berbagai Cabor di Kota Bima. Alhasil, Rakor
tersebut melahirkan lima point rekomendasi. Yakni akan memperbaiki Sarana-Prasarana
olah raga, menggelar kompetisi antar pelajar tiap tahun terutama pada 11 Cabor
seperti Pekan Olah Raga Antar Pelajar Daerah (POPDA), memperjuangkan insentif bagi
para pelatih dari dana pusat, pembangunan gelanggang olah raga di Sambinae dan
merealisasikan kerjasama dengan pihak BUMN-BUMD di Kota dalam upaya mewujudkan
kebutuhan para atlet di berbagai Cabor. (TIM
VISIONER)
Tulis Komentar Anda