Kondisi Amar Diakui Alami Kemajuan, Walikota Bima Berikan Bantuan Pribadi Rp10 Juta
Farid: Karena Biayanya Cukup Besar-Mohon
Agar Gubernur NTB Bisa Membantu
Walikota Bima (Berkemeja Merah Hati) Menjenguk Amar dan Menyerahkan Bantuan Pribadi Rp10 Juta |
Visioner Berita
Mataram, NTB-Peristiwa
mengenaskan terjadi pada Kamis malam (9/5/2019) sekitar pukul 22.30 Wita,
tepatnya di depan Kantor Kesbang[ol
Kabupaten Bima di wilayah Kelurahan Lewirato Kecamatan Mpunda Bima. Pada malam
yang bertepatan dengan moment olah raga volly waria tersebut (9/5/2019), Muhammad
Fazrun Rahman (siswa kelas XI pada SMAN I Kota Bima) dipanah dengan sengaja
oleh terduga pelaku yang kini diinformasikan sudah diamankan oleh pihak Polres
Bima Kota. Korban adalwah warga asal RT 05/02 Kelurahan Rabadompu Timur
Kecamatan Rasanae Timur.
Anak
panah mengena pada bagian leher korban hingga tak sadarkan diri. Usai kejadian
tersebut, Amar sempat dibawa ke RSUD Bima untuk mendapatkan pertolongan. Beberapa
jam ditangani, pihak Medis setempat seolah angkat tangan. Karena panah yang
tertancap di leher Amar tidak bisa dikeluarkan.
Alhasil,
pihak Medis RSUD Bima mengeluarkan surat rujukan agar Amar di tangani di RSUP
Mataram-NTB.Sementara desakan warga Kelurahan Rabadompu agar terduga pelakunya
segera ditangkap dan diadili sesuai ketentuan hukum yang berlaku pun dinilai
direspon secara baik oleh pihak Polres bima Kota melalui Sat Reskrim dibawah
kendali Kasat Reskrim Iptu Hilmi Manossoh Prayuga, S.IK.
Betapa
tidak, tercatat sudah 13 orang yang telah diminta keterangannya dalam kasus ini,
dan informasi yang dihimpun Visioner menyebutkan bahwa terduga pelaku utamanya
juga telah diamankan. Hingga berita ini ditulis, penanganan kasus ini masih
terus berjalan secara intensif. Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
NTB juga ikut terlibat mengawal penanganan kasus yang terjadi bertempatan
dengan Bulan Ramadhan 1440 H (2019) ini.
Kembali
kepada kondisi terkini Amar di RSUP Mataram-NTB, Senin (20/5/2019) Walikota
Bima H. Muhammad Lutfi, SE sempat menjenguknya walau dalam waktu tidak terlalu
lama. Pada moment tersebut, selain menyatakan keprihatinan yang sangat mendalam
Lutfi juga menyerahkan bantuan pribadi sebesar Rp10 juta untuk membantu
meringankan biaya pengobatan Amar.
“Bantuan
tersebut adalah bentuk kepedulian saya secara pribadi kepada Amar sebagai warga
Kota Bima. Amar adalah pelajar SMAN I Kota Bima, dan saya atas nama Walikota
Bima menyatakan sangat prihatin atas kejadian yang menimpa korban ini,” ujar
Walikota Bima ini kepada Visioner melalui saluran selulernya, Senin malam
(20/6/2019).
Lutfi
kemudian mengungkap, dari kerja keras Tim Medis pihak RSUP NTB ini terdapat
adanya kemajuan pada kondisi korban. “Alhamdulillah penanganan Medis terhadap
Amar ini sudah banyak mengalami kemajuan. Salah satunya, sekarang Amar sudah
bisa membuka matanya. Namun, yang bersangkutan belum bisa bicara tetapi
terlihat sudah sudah siuman. Kalau kita lihat kondisinya sekarang, Amar sudah 90 porsen sadar. Mudah-mudahan
secepatnya dia sehat Wal Afiat. Oleh karenanya, mari kita sama-sama berdoa agar
secepatnya Amar kembali normal seperti sedia kala,” harapnya.
Mendengar
informasi tentang biaya yang sangat berat pihak keluarga korban yakni terkait penanganan
Medisnya di RSUP Mataram-Walikota Bima ini berjanji akan segera membangun
komunikasi dengan pihak BPJS. “Secepatnya masalah ini akan kami komunikasikan
dengan pihak BPJS. Insya Allah, resiko biaya bagi pengobatan Amar ini akan kita
tanggung dengan BPJS,” jelasnya.
Tentang
permohonan keluarga korban kepada Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah agar
membantu biaya pengobatan Amar, juga akan dikomunikasikannya dalam waktu
segera. “Insya Allah permohonan keluarga korban tersebut akan segera saya
usahakan untuk berkomunikasi dengan Pak Gubernur NTB,” terangnya.
Sementara
desakan agar penegakan hukum dari keluarga korban atas kasus yang menimpa Amar
ini, pihaknya akan melihat terlebih dahulu tentang langkah-langkah yang sudah
dan sedang dilakukan oleh aparat penegak hukum. “Dalam kasus ini KPAI juga
telah menindaklanjutinya dan melakukan pendekatan-pendekatan karena yang diduga
terlibat dalam peristiwa ini adalah anak-anak dibawah umur. Tetapi bagaimanapun
juga, peristiwa-peritiwa berat yang menimpa Amar ini tentu saja memiliki
konsekuensi secara hukum,” tuturnya.
Peristiwa
miris yang terjadi bertepatan dengan Bulan Ramadhan ini, diakuinya masih banyak
pembenahan yang harus dilakukan oleh semua pihak bahwa dampak dari perkelahian pelajar
tentu saja harus diselesaikan.
“Harapan
untuk kedepannya, ini merupakan pembelajaran bagi kalangan pelajar. Artinya
dibutuhkan kecerdasan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya agar
kenakalan-kenakalan berdampak sangat parah seperti yang dialami oleh Amar tidak
terulang lagi di Kota Bima. Sekali lagi, tugas dan tanggungjawab terhadap anak tidak
serta-merta diserahkan kepada guru saja. Tetapi, juga menjadi tanggungjawab
seluruh orang tua murid,” imbuhnya.
Secara
terpisah, Farid selaku ayah kandung Amar yang dimintai komentarnya menyatakan
apresiasi dan terimakasihnya yang sangat kepada Walikota Bima yang membuktikan
kepeduliannya dalam bentuk mengunjungi Amar di RSUP Bima sekaligus memberikan
bantuan pribadi sebesar Rp10 juta. “Lepas dari itu, kami berharap agar Pemkot
Bima bisa menanggung seluruh biaya pengobatan Amar di RSUP Mataram NTB dengan
BPJS. Dan atas nama keluarga Amar, kami juga memohon uluran tangan Gubernur NTB
untuk membantu,” pintanya kepada Visioner melalui saluran selulernya, Senin
malam (20/5/2019).
Farid
kemudian menjelaskan, kerja keras Tim Medis RSUP NTB dalam menangani Amar telah
banyak mengalami kemajuan. Jika sebelumnya Amar tak sadarkan diri, kini sudah
mengalami kemajuan.
“Alhamdulillah
Amar sudah bisa membuka matanya. Selang yang dipasang di kepalanya kemarin
untuk menyedot pendarahan kedalam sudah mulai dibuka. Selang yang dimasukan ke
bagian hidungnya kini sudah bisa disuapi susu. Selang yang dimasukan pada
bagian kerongkongannya masih terpasang alias belum bisa dicabut karena belum
normal. Sementara kemajuan soal pernafasannya Alhamdulillah sudah agak lumayan.
Pernafasannya masih terganggu dan masih batuk-batuk karena air liurnya di
bagian kerongkongan masih lengket,” jelasnya.
Dari
hasil konsultasinya dengan tiga orang Dokter bedah mendapat penjelasan bahwa
Amar sangat cepat memberikan respek akibat tertikam panah pada bagian lehernya.
“Kerja keras Tim Medis di sini dalam menangani Amar telah memberikan kemajuan
besar. Indikatornya, kini Amar sudah tidak kritis lagi. Saya sudah 10 hari di
RSUP Mataram NTB, tetappi saya tidak sempat bertanya tentang berapa porses
perubahan fisik Amar kepada pihak Dokter yang menanganinya. Namun secara kasat
mata, Alhamdulillah tanda-tanda menuju kebaikan terlihat pada fisiknya Amar.
Namun, harapan besar bagi untuk Hidup Insya Allah besar kemungkinannya,”
terangnya.
Farid
mengungkapkan, asupan makanan yang bisa dimasukan ke dalam tubuh amar hanya
susu. Lepas dari itu, soal biaya untuk pengobatan Amar selama 10 hari di RSUP
Mataram NTB diakuinya sangat besar. Berdasarkan hasil konsultasinya dengan
pihak RSUP Mataram, angkanya sampai dengan Senin (20/5/2019) sekitar pukul
10.00 sudah mencapai Rp40 juta lebih. “Selanjutnya tentu saja biayanya akan
semakin membengkak. Oleh karenanya, kami berharap agar Pemkot Bima bisa mengatasinya
dengan BPJS,” harapnya.
Sementara
biaya makanan-minuman yang dikeluarkannya setiap hari selama berada di RSUP
Mataram, diakuinya ditanggung secara pribadi. “Makan-minum keluarga yang
menjenguk Amar di sini saya tanggung dengan biaya pribadi. Oleh karena itu,
saya mohon kepada Gubernur NTB dapat membantu kami selama berada di RSUP NTB
ini. “Untuk makan-minum setiap hari biayanya mendekati angka jutaan rupiah,”
tandasnya.
Saking
besarnya harapannya agar Amar tetap Hidup, Farid menegaskan kepada pihak RSUP
Mataram agar tidak lagi membicarakan soal BPJS atau seberapapun biaya yang akan
dikeluarkannya nantinya. Namun yang terpenting baginya adalah pihak Medsis
bekerja keras menangani Amar agar kembali hidup normal seperti sediakala. “Saya
sudah tegaskan demikian kepada pihak RSUP Mataram NTB, walaupun saya ini adalah
orang tidak mampu.Tapi sebagai manusia, saya akan melakukan apa saja untuk
keluar dari RSUP Mataram ini ketika Amar bisa keluar dari sini pula,” tegas
Farid.
Menyinggung soal upaya
penegakan hukum atas kasus yang menimpa Amar, Farid menyatakan tidak ingin lagi
bicara soal penegakan hukum. Namun ia menghimbau agar kepastian hukum dalam
kasus ini tetap bersifat mutlak. “Kita dengar sudah 13 yang diamankan dan mau
dijadikan sebagai saksi. Dan saya juga dengan bahwa hanya satu orang yang
diduga sebagai pelaku utamanya. Tetapi ingat, bahwa kejadian yang menimpa anak
saya dilakukan oleh kelompok ini dan terlebih dahulu direncanakan,” pungkasnya.
(TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda