“Mantan Napi” Diduga Minta Sumbangan Dengan Modus Mencatut Nama Organisasi Profesi Kewartawan
ILUSTRASI |
Visioner Berita
Bima-Akhir-akhir
ini seluruh personil Wartawan yang tergabung pada sejumlah organisasi seperti
PWI, MOI, AJI dan IJTI mengalami keresahan yang cukup serius. Pemicunya, diduga
sejumlah orang yang bukan berprofesi sebagai Jurnalistik meminta sumbangan
kepada sejumlah pihak dengan mencatut nama salah satu organisasi profesi
Kewartawanan. Padahal, terduga pencatut tersebut bukan berprofesi sebagai
Wartawan.
Keresahan
para wartawan khususnya di Bima yang lantaran tindakan tak lazim oknum-oknum
tak bertanggungjawab tersebut, juga dibahas secara tajam melalui group-group
WA, diberitakan oleh sejumlah media baik cetak maupun Online dan di Media
Sosial (Medsos). Sementara desakan seluruh wartawan agar salah satu organisasi
Kewartawanan tersebut melaporkan oknum-oknum pencatut itu ke meja hukum, hingga
detik ini tak kunjung dilaksanakan.
Sementara
alasan salah satu organisasi kewartawanan tidak melaporkan oknum-oknum pencatut
tersebut, hingga detik ini belum diketahui. Sikap diam salah satu organisasi
profesi Kewartawanan tersebut, hingga sekarang masih dipertanyakan oleh seluruh
Wartawan di Bima. Dan kasus pencatutan nama salah satu organisasi Kewartawanan
tersebut, hingga saat ini masih diperdebatkan.
Pada
perdebatan yang cukup manas di group WA, juga menguak foto-foto oknum yang
meminta sumbangan kepada sejumlah pihak dengan mencatut nama salah satu
organisasi profesi Kewartawanan. Setelah dilihat secara sesaksama, salah satu
dari oknum pencatut tersebut diduga mantan Nara Pidana (Napi) yang telah divonis penjara karena terbukti
terlibat dalam kasus tindak pidana kejahatan di Kota Bima beberapa tahun silam.
Usut
punya usut, oknum tersebut bersama rekannya diduga telah berhasil meraup
keuntungan dalam bentuk uang dari usaha tak lazim yang dilakukannya itu (minta
sumbangan dengan cara mecatut nama salah satu organisasi profesi Kewartawanan).
Hanya saja nominal dari usaha haram yang diperankannya itu, pun belum
diketahui. Sementara dugaan yang menjadi sasarannya adalah di wilayah pertokoan
dan kepada sejumlah orang yang sebelumnya telah mereka kenal.
Berdasarkan
informasi yang dihimpun oleh sejumlah media menduga, para pihak menyerahkan
sumbangan yang diminta oleh oknum tak bertanggungjawab itu karena melihat lebel
sebuah organisasi profesi Kewartawanan yang ditunjukannya. Konon, sumbangan
berupa uang yang telah diterimanya kepada sejumlah orang itu, akan digunakanya
untuk kegiatan penting bagi kalangan wartawan di Bima.
Padahal,
seluruh Wartawan di Bima yang tergabung pada empat organisasi profesi tersebut
sama sekali tidak pernah mengadakan kegiatan penting seperti yang
disebut-sebutkan oleh oknum-oknum pencatut itu. “Nama salah satu organisasi
profesi Kewartawanan telah disalahgunakan oleh oknum tak bertanggungjawab itu. Sungguh,
ini merupakan peristiwa yang telah merusak citra kita semua. Sayangnya, sampai
detik ini tak ada sikap tegas dari organisasi profofesi Kewartawanan yang
dicatut oleh sejumlah oknum dimaksud,” keluh seluruh Wartawan di Bima.
Berangkat
dari tindajk kejahatan pencatutan nama organisasi profesi Kewartawanan oleh
sejumlah oknum itu, seluruh Wartawan di Bima menghimbau kepada semua pihak agar
tetap waspada. “Kenali rangnya, minta identitas resminya, suruh tunjukan ID
Card untuk mengetahui dari Organisasi Pefofesi Kewartawanan mana dia bernaung,
suruh dia tunjukan hasil karyanya dan pada Media mana dia bekerja, dan suruh
dia perlihatkan namanya pada kolom redaksi jika dia benar-benar bekerja pada
salah satu Perusahaan Media. Jika semua itu tidak mampu dia tuntukan, tentu
saja kapasitasnya adalah gadungan. Untuk itu, untuk kedepannya kita berharap
agar publik lebih berhati-hati,’ imbuh seluruh Wartawan di Bima.
Lepas
dari itu, fenomena oknum Wartawan gadungan, oknum yang tiba-tiba Muncul Tanpa
Berita (Muntaber), oknum Wartawan Tanpa Surat Kabar (WTS), oknum Wartawan
bodrek hingga oknum yang mengaku berprofesi sebagai Wartawan pada sejumlah
media tetapi tidak memiliki hasil karya.
“Kelompok-kelompok
tak jelas tersebut, diduga acapkali melakukan penekanan, pemerasan, pemalakan
terhadap pihak-pihak tertentu terutama yang terlibat dalam kasus-kasus tertentu.
Dan kelompok-kelompok tersebut, sama sekali terus berupaya menjauhi wartawan
sungguhan. Cara kerjanya, diduga terlebih dahulu mengintai pihak-pihak yang
terlibat kasus. Selanjutnya, mereka akan berusaha untuk mendapatkan nomor
Handphone objeknya dan kemudian melakukan penekanan hingga berujung pada
negosiasi,” ungkap sejumlah Pimpinan Media di Bima.
Sedangkan dari sisi
penampilan, oknum-oknum dimaksud jauh lebih hebat dari wartawan sesungguhnya.
Caranya berkomunikasi pun dinilai cukup faseh dan mampu memberikan keyakinan
kepada sejumlah pihak terutama yang terlibat pada kasus-kasus tertentu. “Publik
harus tegas dan berani menghadapi oknum-oknum dimaksud. Sekali lagi, publik juga
harus melawan kejahatan tersebut. Bial perlu, seret dia ke meja hukum apabila menemukannya,” desak sejumlah Pimpinan Media di Bima. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda