Kerasnya Hidup Tak Membuat Bocah Yatim ini Menyerah, “Seolah Menampar Para Pengemis-Pemeras Intelektual”
Faruk Rangga (Kiri) Bersama Bocah Yatim Bernama Ilham Penjual Cobe (Tengah) |
Visioner Berita
Kabupaten Bima-Anggapan
sejumlah pihak bahwa sejak terjadinya krisis moneter di Indonesia tak
terkecuali di Bima, diduga telah merambah hingga kepada terjadinya krisis
moral. Kerasnya dinamika kehidupan yang dihadapi, tak semua orang mampu
melewatinya dengan baik. Namun, terkadang diduga ada yang memanfaatkannya untuk
menyambung hidup dengan cara tak lazim.
Sebut
saja, ditengah meningkatnya angka pengangguran diduga berjalan berbarengan
dengan perilaku-tindakan menekan, memalak dan memeras oleh sekelompok orang dengan
sinyalemen untuk menyambung hidupnya. Stigma soal adanya “pengemis hingga
pemeras inteektual” di Bima, tercatat bukanlah hal baru.
Namun,
acapkali menjadi bahan perbicangan berbagai pihak baik di dunia nyata maupun
melalui Media Sosial (Medsos). Berita-berita soal kasus korupsi dibidang
pelaksanakaan pembangunan fisik yang dipublikasi oleh berbagai Media Massa,
diduga dijadikan sebagai sarana bagi Pengemis-Pemeras Intelektul untuk
melakukan penekanan “demi recehan”.
Tak
sedikit orang menduga, suara-suara sumbang yang awal mereka lantunkan diduga
hanya sebagai bargaini position yang pada akhirnya disinyalir berujung pada
terciptanya negosiasi. Salah satu contoh dari dugaan itu, terindikasi melalui
tak satupun koruptor yang berhasil digiringnya ke jeruji besi (penjara).
“Kisah
destruktif” tersebut, hingga kini diamati masih menjadi buah bibir sebagaian
besar masyarakat Bima. Dan bahkan diduga, praktek-praktek tersebut masih
berlangsung sampai hari ini. Sementara yang ditengarai sebagai sasaran empuknya
adalah pejabat-pelaksana proyek yang dianggap bermasalah dengan pekerjaan
pembangunan fisik.
Salah
seorang pejabat penting yang enggan disebut namanya, mengungkap bahwa hal
tersebut memang benar adanya. Kata seorang pejabat tersebut, jumlah lumayan
banyak. “Mereka berasal dari kelompok yang berbeda-beda. Tiap hari datang ke
kantor, awalnya bahas soal adanya proyek pembangunan fisik bermasalah. Tetapi,
akhirnya minta sesuatu. Nilai yang diminta bukanlah sedikit, tetapi angkanya
besar-besar. Kisarannya adalah minimal jutaan rupiah per sekali datang ke
ruangan,” ungkapnya kepada Visioner beberapa waktu lalu.
Ia
kembali mengungkap, setelah kelompok yang satu telah diberikan sesuatu maka di
kemudian hari muncul lagi kelompok-kelompok lain dengan modus yang sama. “Bukan
saja minta uang, tetapi juga paket proyek. Anehnya, sudah dapat uang dan paket
malah bernyanyi lagi. Kalau begini terus keadaanya, bisa mati kita ini. Jujur
saja, kami jarang memberikan uang sebesar Rp50 ribu-Rp10 ribu sehari kepada
anak-anak di rumah. Tetapi, kelompok-kelompok dimaksud justeru hampir tiap hari
data minta uang dan paket proyek. Ngomongnya berasal dari ini dan itu, tetappi
ujungnya minta, meras dan malak pula. Tulis saja beritanya secara umum, dan
jangan bilang sumbernya dari saya,” tegasnya.
Ia
menduga, kelompok-kelompok tersebut diduga sengaja diperlihara oleh orang-orang
tertentu. Pasalnya, kelompok-kelompok dimaksud dari dulu hingga sekarang masih
sangat dekat dengan orang-orang tertentu tersebut. “Semoga mereka membaca
berita ini, dan sepertinya peristiwa ini bukan sesuatu yang tabu di mata
rekan-rekan Media Massa,” duganya.
Kondisi
berbeda nan mulia justeru hadir pada seorang bocah yatim bernama Ilham (warga
asal Desa Kawinda Na’e Kecamatan Tambora Kabupaten Bima-NTB). Kerasnya kehidupan,
tak membuatnya harus melakukan sesuatu yang tak lazim. Tetapi, ia memilih
menjadi penjual cobe (ulekan) yang terbuat dari batu dengan berat masing-masing
sekitar 10 Kg per tiga biji.
Cobek
yang terbuat dari bahan batu asli tersebut, dia jual dari gang ke gang di
seluruh wilayah di Kota Bima. Bocah yang masih dibawah umur ini, menjual cobe
untuk tujuan membantu ibunya. “Sungguh sebuah fakta yang jarang kita temukan,
anak kecil ini rela datang ke Kota Bima dari Kecamatan Tambora hanya untuk
berdagang cobe. Di bawah emperan rumah tetangga, saya melihatnya sedang
berteduh sembari mengusung cobe berbahan dasar asli. Paling tidak, beratnya 10
Kg per 3 biji,” ungkap Faruk Rangga melalui akun Facebooknya (FB).
Faruk
Rangga kemudian mengungkap, sepertinya saat itu dia sedang kelelahan berjalan
menjajakan jualanya di setiap sudut gang di Kota Bima. “Saat itu saya
mengajaknya masuk ke rumah dan menawarkan makanan. Tetapi, dia menolak makan.
Karena, dia mengaku sebelumnya sudah makan,” tandas Faruk Rangga.
Selanjutnya,
Faruk Rangga mengajaknya Sholat Magrib berjamaah dan bocah itu pun menurutinya.
Usai Sholat, Faruk mengakui sempat berdisukusi dengan anak kecil ini. “Ternyata
namanya Ilham, berasal dari Desa Kawinda Nae Kecamatan Tambora. Ia mengaku, ayahnya
telah meninggal dunia di saat dia masih usia balita. Kini dia hanya hidup dengan
ibunya sembari mencari tambahan biaya sekolahnya dan pendidikan abang kandung
satu-satunya yang sedang kuliah di Kota Bima,” bebernya.
Dari
diskusi singkatnya, bocah kecil ini mengaku mendapatkan keuntungan yak tak
begitu banyak dari hasil penjualan cobe di Kota Bima bersama teman-teman
sebayanya. Dari pengakuannya, sudah tiga hari menjual cobe di kota Bima. “Sukses
hanya untuk mereka yang bekerja keras. Semoga Allah mengangkat Derajatmu kelak
Nak,” harap Faruk kepada bocah kecil ini.
Faruk
mengaku karena di rumahnya sudah ada cobek, diharapkan kepada warga yang
membutuhkan cobek agar menguhubunginya. “Bagi yang butuh cobe tersebut,
silahkan kontak saya dan atau mengambilnya di rumah secara gratis,” pungkas Faruk.
Postingan
Faruk rangga tentang kisah nyata bocah yatim penjual cobe ini di FB, praktis mendapat
tanggapan positif dari para nitizen. Para nitizen, terlihat terus mendoakan
agar bocah Yatim ini tetap saja, ikhlas dan tulus serta jujur dalam menghadapi
tantangan hidup. Tak hanya itu, para nitizen pun terus mendoakan agar bocah
yatim ini terus diberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani oleh Allah SWT.
Bocah
yatim penjual cobe ini, pun sering ditemukan oleh visioner di sejumlah tempat
oleh Visioner. Ia bersama sejumlah teman sebayanya, terlihat nyata memasarkan
cobe dari gang ke gang di sejumlah wilayah di Kota Bima. Hanya saja, saat itu
Visioner belum berhasil mewawancarainya. Kisah nyata yang ditekuni oleh bocah
yatim bernama Ilham ini, juga sama dengan anak-anak kecial yang menjual nampan
di Kota Bima, Kabupaten Kabupaten Bima dan bahkan hingga ke Kabupaten Dompu.
Bocah-bocah itu, menjual
cobe bukan hanya untuk tujuan membantu orang tuanya. Tetapi, juga untuk
membiayai kebutuhan sekolahnya. Sekiitar setahun lalu, Visioner yang
bekerjasama dengan seorang hamba Allah pernah menyerahkan bantuan berupa tas
sekolah kepada sejumlah bocah penjual nampan ini. Dan, tas tersebut telah di
serahkan secara langsung oleh Bidan Farah kepada sejumlah bocah penjual nampan
asal Desa Taralawi Kecamatan Wawo Kabupaten Bima itu. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda