Satu Jam Bersama Caleg DPR RI Nomor Dari PPP, Nurdin Rangga Barani SH, MH
Dari Berjuang Keras Hingga
Cita-Cita Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa
Nurdin Rangga Barani, SH, MH (lima dari kiri) bersama Wartawan Bima |
Visioner Berita
Kota Bima-Tercatat
sudah dua hari Caleg DPR RI periode 2019-2024 nomor urut 1 dari PPP, Nurdin
Rangga Barani SH, MH berada di Kota Bim. Mantan Aktivis jalanan puluhan tahun
silam sekaligus sosok yang sudah lima periode berada di kursi Legislatif ini,
menceritakan banyak hal kepada Wartawan bertemakan “Nurdin Rangga Barani
(NR)Bersama Media Massa” di rumah Ketua DPC PPP Kota Bima, H. Syafiansar S.Sos
(18/1/2019).
“Sekarang
meruoakan hari kedua saya berada di Bima dalam rangka kegiatan Partai (PPP)
baik yang bersifat konsolidasi umum dalam rangka melaksanakan Harla yang ke-46
Partai ini dan LKKD yang sudah terselenggara sejak kemarin (17/1/2019). Hari
ini, saya sengaja mengadakan temu media untuk memperkuat visi kehadiran Partai
ini dan para Caleg periode 2018-2024,” jelas darah Sumbawa-Makassar yang
sebagian besar keluarganya ada di Bima ini.
Ia
berharap, kader-kader PPP ini benar-benar dapat mewakili aspirasi masyarakat di
Daerah Pemilihan (Dapil) masing-masing baik di tingkat Kota, Provinsi maupun tingkat
pusat (DPR-RI). “Kami telah menyiapkan perangkat-perangkat untuk itu baik
melalui penjenjangan maupun penguatan-penguatan visi-misi secara berkala yang
tentu juga sejalan dengan garis-nafas PPP selaku Partai Islam yang
mengedepankan amar ma’ruf nahi mungkar. Dan juga menegakan hal-hal yang mungkin
menjadi harapan-harapan baik kita semua,” harap sosok Politisi yang dikenal
masih dengan kesederhanaannya ini.
Mantan
Wartawan senior ini, juga menjelaskan tentang rasa keadilan bagi masyarakat
Pulau Sumbawa yang sejak dulu hingga yang kini terkesan belum tercapai terutama
di bidang pembangunan jika dibandingkan dengan di Pulau Lombok.
“APBD
Provinsi NTB maupun APBN, itu seperti sebuah pohon. Pohon APBD Kabupaten/Kota
tentu ada buahnya. Pohon APBD Pronvinsi NTB juga ada buahnya. Pun pohon APBN
ada buahnya dan jauh lebih besar.Tetapi kadang-kadang yang kita ingin rebut, padahal
mempersiapkan orang-orang itu hanya untuk memanjat dan mengambil buah-isi pohon
Kabupaten/Kota. Sehingga kadang-kadang benturannya di tengah-tengah masyarakat
itu jauh lebih keras,” terangnya.
Nurdin Rangga Barani, SH, MH (kiri) bersama Ketua DPC PPP Kota Bima sekaligus Anggota DPRD NTB, H. Syafriansar S.Sos (kanan) |
Maksud
dari itu semua jelas Nurdin, masyarakat tidak mempersiapkan orang-orang yang
baik untuk merebut buah maupun isi pohon dimaksud. “Padahal Kota Bima sebagai
bagian dari Provinsi NTB punya hak di pohon APBD Pronvinsi. Kota Bima sebagai
bagian dari NKRI juga punya hak di pohon APBN. Tetapi, apakah kita
mempersiapkan orang-orang untuk mengait buah dan isi pohon itu-saya katakan
tidak,” tandas Nurdin.
Melalui kesempatan ini, PPP menawarkan kepada rakyat Pulau Sumbawa untuk mempersiapkan orang-orang terbaiknya dalam rangka merebut hak Pulau Sumbawa di pohon APBD Provonsi NTB maupun di pohon APBN. “Sekali lagi, saatnya masyarakat untuk melakukan evaluasi secara total tentang orang-orang yang akan diantarkannya ke DPRD Provinsi NTB maupun ke DPR RI dalam rangka merebut buah dan isi pohon dimaksud.
Terkait
dengan Provinsi Pulau Sumbawa, Nurdin menyatakan bahwa dirinya merupakan bagian
dari perjuangan. “Saya juga masuk di dalamnya dalam rangka menyusun persiapan-persiapan
pada acara deklarasi yang sudah dilakukan beberapa tahun silam di Kota Sumbawa
Besar. Namun karena adanya moratorium dan sebagainya, akhirnya pembentukan
Provinsi Pulau Sumbawa menjadi tertunda,” tandas Nurdin.
Sebagai
syarat agar Pulau Sumbawa membentuk Provinsi sendiri alias memisahkan diri dari
NTB,k diakuinya lebih dari cukup. “Kita punya lima Kabupaten/Kota. Kita juga
merupakan Provinsi Kepulauan yang tentu saja terpisah (ada Pulau Lombok dan ada
Pulau Sumbawa). Jumlah pendudu kita cukup. Insfrastruktur kita Insya Allah cukup.
Hanya terkendala dengan persoalan moratorium, sehingga penetapan Provinsi Pulau
Sumbawa untuk ditetapkan menjadi Undang-Undang akhirnya tertunda. Dan itu
penundaan tersebut, bukan saja di Sumbawa saja,” sebutnya.
Maka
kedepan, kalau moratorium kemudian dicabut dan jika dirinya dapat meraih
kepercayaan rakyat untuk duduk di kursi DPR RI maka Fraksi PPP akan menjadi
motor terdepan dalam rangka terbentuknya Provinsi Pulau Sumbawa. “mengenai
kehadiran kita di Bima dengan Tagline “KITA TETAP ADA”, suka tidak suka-mau
tidak mau ada kader Pulau Sumbawa yang sudah memperkenalkan keberadaan,
eksistensi Pulau Sumbawa di pentas Nasional yang cukup menjadi kebanggaan kita
bersama-sama yakni Fahri Hamzah,” tegasnya lagi
“Fahri
hamzah dikenal sebagai orang Sumbawa dan orang di Pulau Sumbawa. Dan itu
kemudian berimbas kepada dikenalnya daerah kita (Pulau Sumbawa). Kami berharap
dapat mengawal itu kedepan. Tujuannya, agar Pulau Sumbawa tetap hadir, tetap
bergema di DPR RI. Demikian juga dengan perjuangan-perjuangannya, dan demikian
pula dengan eksistensi kita. Sehinggga apa yang sudah dicanangkan
sebelumnya-ikhtiarkan dapat terus kita lanjutkan,” harapnya.
Nurdin Rangga Barani, SH, MH |
Nurdin
kemudian berharap, jika dipercaya oleh rakyat di Pulau Sumbawa untuk menjadi
anggota DPR RI periode 2019-2024 tentu saja dapat menjembatani daerah-daerah
dalam rangka merebut haknya di tingkat pusat. Menjembatani para Kepala Daerah,
DPRD Kabupaten Kota untuk dapat berkomunikasi langsung dengan Kementerian
terkait dengan hak-hak yang di miliki oleh Pulau Sumbawa di pemerintah pusat.
“Saya
kecewa, dengan misalnya ada lima DAM besar di NTB pada 2018 yang hampir saja
kita tidak kebagian. Karena lima DAM terbesar di NTB itu, ada 4 di Lombok dan 1
di Pulau Sumbawa. Demikian juga ketika Pemerintah pusat menggencarkan
pembangunan pasar rakyat dalam rangka mengembangkan ekonomi kerakyatan. Maksudnya,
tidak satupun pasar rakyat itu yang ditempatkan di Pulau Sumbawa. Dan banyak
infrastruktur-infrastruktur kita yang masih tertinggal. Misalnya, bandara kita
diberi anggaran sangat minim ketimbang bandara di daerah-daerah lain,”
tudingnya.
Pelabuhan
di Pulau Sumbawa baik di tano, Bima dan kayangan-diakuinya tidak mendapatkan perhatian
begitu banyak dari Pemerintah Pusat. Antrian kapal diakuinya sangat panjang,
dan soal itu pihaknya di Komisi IV DPRD NTB terus berteriak namun tak juga
mendapatkan tanggapan serta jawaban serius.
“Ini merupakan
kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat yang mesti harus diperjuangkan secara
bersama-sama. Kalau ini tidak dikawal secara bersama-sama maka tentu saja kita
di Pulau Sumbawa akan kian tertinggal. Kita lihat jalan lintas di Pulau Sumbawa
sudah sangat bagus. Hal itu bukan karena pengawalan kita. Tetapi, itu merupakan
program dari Pemerintah Pusat. Bagaimana kalau kemudian kita kawal, kita
perlebar, daerah-daerah yang longsor akan diberikan pengamanan dan lainnya,”
tutur Nurdin. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda