Fakta Kisruh PKL di Amahami Dibelokan, Oknum Wartawan Juga Caleg Diduga Kuat Sumbang Kebohongan
Tampak jelas salah satu Rombong Bantuan CSR dari Bank NTB Syari'ah Yang Dirusaki di Amahami |
Total jumlah rombongan yang dibagikan dan didahului
oleh intensitas koordinasi Pemkot Bima dengan pihak Bank NTB Syari’ah tersebut,
yakni sebanyak 20 unit dan sudah diterima oleh PKL itu sendiri. Sementara
bentuk kekisruhan yang terjadi pada Rabu itu, yakni sejumlah PKL menghancurkan
rombong bantuan. Dalihnya, mereka enggan dipindahkan ke jalan lingkar pasar
Amahami. Kecuali, dinilai masih betah beroperasi di taman Amahami yang justeru
kian merusak nilai estetika taman itu sendiri.
Padahal, jauh sebelumnya para PKL setuju
pindah ke jalan lingkar pasar dengan catatan Pemkot Bima siap mefasilitas
sekaligus memasang listriknya. Dan komitmen tersebut, juga telah dipublikasikan
melalui Media Online Visioner pada saat itu. Sementara tuntutan mereka soal
listrik, pun sudah dipenuhi oleh Pemkot Bima melalui Dinas PUPR setempat.
Postingan Oknum Wartawan Plus Caleg itu Pada Akun Medsosnya |
“Seorang oknum Wartawan media lokal Bima
sekaligus caleg pada salah satu Parpol”, pun diduga ikut menyumbang kebohongan
besar soal peristiwa itu. Pasalnya, fakta tentang kebenaran terkait kekisruhan
tersebut disinyalir kuat sengaja dibelokan. Oknum dimaksud, juga ikut
memostingan gambar dimaksud yang dibubuhi dengan kalimat yang justeru jari dari
fakta sesungguhnya.
Pada postingannya, salah satunya ia menuding
Pemkot Bima tidak pro rakyat dimana kekisruhan di Amahami itu sebagai
landasannya. Masih soal postingan yang jauh dari fakta itu, Pemkot Bima melalui
Sat Pol PP yang diback up oleh aparat Polri dan TNI diduganya merusak rombong
bantuan untuk PKL dimaksud.
Padahal, kasus pengrusakan rombongan itu
dilakukan sendiri oleh sejumlah PKL di sana. Akibatnya, para nitizen dan pihak
Sat Pol PP yang justeru sangat tahu fakta sesungguhnya dari peristiwa tersebut
justeru menyerang oknum Wartawan yang juga Caleg pada salah satu Parpol itu
melalui Medsos.
“Jangan menebar fitnah jika tidak tahu apa
yang sesungguhnya terjadi. Rombong itu bukan dirusaki oleh Sat Pol PP. Tetapi,
dilakukan sendiri oleh sejumlah PKl di sana. Mereka enggan pindah ke lokasi
baru di jalan lingkar pasar Amahami. Sekali lagi, postingan oknum itu di Medsos
adalah kebohongan besar yang dinilai sesat serta menyesatkan banyak orang,”
tegas salah seorang anggota Sat Pol PP Kota Bima bernama Faruk Rangga melalui
akun Medsosnya.
Bantahan keras Faruk Rangga ini, juga
diapresiasi dan praktis saja mendapat dukungan kebenarannya oleh Nitizen
lainnya di Medsos. Kata-kata kasar sebagai bentuk kekecewaannya terhadap oknum
tersebut, pun muncul melalui akun Medsos mereka masing-masing. Pantauan langsung
Visioner menjelaskan, hingga larut malam ini para nitizen terlihat masih tak
henti-hentinya menyerang oknum dimaksud melalui Medsos.
Celoteh Ncuhi Parewa Melalui Akun Medsosnya |
Postingan yang dinilai syarat dengan provokasi terkait kekisruhan di Amahami tersebut, juga muncul dari akun Medsos abal-abal bernama Ncuhi Parewa. ““Perubahan mulai muncul..pedagang kali lima di Amahami mulai dihancurkan. Tanpa solusi mereka ditata atau ditempatkan bagaimana. Dan solusi tanpa menghilangkan lapangan pekerjaan mereka...#TAROAAA...Ta’i,” begitu celoteh pemilik akun dimaksud (Ncuhi Parewa).
Kekisruhan yang terjadi pada di Amahami
tersebut, bukan sekedar peristiwa merusak rombong bantuan dari bank NTB melalui
dana CSR oleh sejumlah PKl. Tetapi, juga disertai dengan aksi pemblokiran jalan
dengan durasi waktu tak terlalu lama karena kesigapan aparat keamanan untuk
membubarkannya.
Bukan hanya itu, “mereka yang kecewa atas
pemindahan lokasi PKl” di jalan lingkar pasar Amahami pun diduga mengeluarkan
kata-kata tak lazim kepada Walikota Bima, Muhammad Lutfi, SE. Kata-kata yang
dinilai tak lazim itu, juga sempat didengar oleh sejumlah warga di tempat
kejadia perkara (TKP).
Seorang sumber yang identitasnya dirahasiakan
mengungkap, diduga ada oknum tertentu yang hadir di Amahami tepatnya beberapa
saat sebelum terjadinya kekisruhan hingga aksi pemblokiran jalan dimaksud. “Diduga
mereka hadir memberikan sesuatu yang berbeda,” duga sumber yang mewanti-wanti
agar identitasnya tidak dimediakan ini kepada Visioner, Rabu malam
(26/12/2018). “Usut tuntas peristiwanya, dan ungkap pula pemicu utamanya,”
desak sumber tersebut.
Klarifikasi Arif Mbojo Melalui Akun Medsosnya |
Catatan penting lainnya jauh sebelum terjadi
kekisruhan tersebut menjelaskan, Pemkot Bima merelokasi PKl di Amahami dengan
alasan agar Taman Amahami tetap memberikan nilai estetika sebagaimana mestinya.
Dan upaya relokasi tersebut, pertama kali muncul karena para PKl saat itu
beroperasi di atas Taman yang dibangun dengan anggaran Rp8 M. Catatan lainnya,
saat itu ada PKL yang setuju pindah ke jalan lingkar pasar dengan syarat Pemkot
Bima mefasilitasnya sekaligus memasang listrik yang dibutuhkan oleh PKL karena
bersifat kebutuhan.
Selain itu, upaya sosialisasi yang dilakukan
oleh Pemerintah melalui Diskoerindag maupun Sat Pol PP setempat termasuk Dinas
PUPR tentang upaya relokasi tersebut, dilakukan lebih dari satu kali kepada
para PKL. Hasilnya, Pemerintahpun memenuhi tuntutan PKL yakni dalam bentuk
memasangkan listriknya dan sudah bisa dioperasikan.
Memindahkan PKL ke lokasi yang sudah
disediakan oleh Pemerintah tersebut karena pertimbangan pentingnya nilai
estetika, bukan saja muncul dari Pemkot Bima. Tetapi hal yang sama, juga muncul
dari dominan pengunjung yang berkunjung ke kawasan Amahami dan sekitarnya. Hingga
berita ini ditulis, para dominan nitizen melalui Medsos menyatakan setuju jika
PKL dipindahkan ke lokasi baru. Dasar pertimbangnya, lebih kepada menjaga sekaligus
mempertahakan nilai estetika bagi taman itu sendiri.
Jawaban Tegas Faruk Rangga Lewat Akun Medsosnya |
Secara terpisah, Pimpinan Cabang Bank NTB
Syari’ah Bima melalui Wakilnya yakni Erni Rosdiana, kepada Visioner meluruskan
tentang asumsi yang muncul terkait bantuan yang telah diserhkan kepada para PKl
di Amahami. “Itu bukan bantuan dari Pemkot Bima, tetapi bersumber dari Bank NTB
Syari’ah melalui dana CSR tahun 2018. Tolong ini diluruskan ya, Pemkot Bima
dalam hal ini hanya bersifat mefasilitas pemberian bantuan. Namun sebelumnya,
kami dari pihak Bank melalukan komunikasi dan koordinasi dengan Walikota-Wakil
Walikota Bima,” tegas Erni di kantornya, Rabu (26/12/2018).
Erni kemudian menyatakan kekagetannya ketika
mendengar adanya peristiwa pengerusakan terhadap rombong bantuan dari pihaknya
itu. “Masa sich rombong itu telah dirusaki, lho kok bisa begitu ya,’ tanya Erni
dengan nada keheranan. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda