‘G U R U’ Proffesi Yang Tak Direstui
Oleh: Syaiful Islam al-Thohe
“
Waras juga mereka bilang bahwa Buku adalah Sumber segala Ilmu, tetapi ada satu
hal yang mereka lupa bahwa Guru adalah Virus terpenting dari terciptanya semua
Buku ”
_______ Sepenggal pengalaman Pribadi sengaja Penulis
tuangkan diawal tulisan ini. Kejadian ini bermula pada pagi Senin, 13 Juli 2015 awal pertama saya menjalankan profesi sebagai Guru
di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak terlalu terkenal dan
Familiar didaerah ku, hari pertama biasanya hari wajib bagi seorang Guru baru
untuk tahap berkenalan dengan Siswanya. ditengah suasana kelas yang begitu riuh
dan menegangkan dengan berbagai jenis pertanyaan Siswa seputar data diri dan
pengalaman pribadi saya sebelumnya, tiba-tiba ada satu pertanyaan yang cukup
mengesankan bagi saya. Pertanyaan itu datang dari salah seorang siswa yang
tergolong nakal menurut informasi yang saya himpun dari beberapa Guru senior
disekolah tersebut.
“Saya sering dengar akhir-akhir ini banyak Guru yang di
penjarakan? Sementara yang saya tahu guru itu Teladan yang baik bagi
kami,kenapa mesti dipenjarakan? Apa salah mereka Pak? Dalam suasana kelas
heningpun saya memanfaatkan sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan Siswa
tersebut. “saya juga Guru, mereka juga Guru, dan kelak kalian juga sebagian
didalam ruangan ini akan menjadi Guru layaknya mereka. Artinya nanti kalau
menjadi seorang Guru, Jadilah Guru yang baik yang Mencintai dan di Cintai
Murid-murid mu.
Dari
kisah ini Penulis menemukan bahwa tidak semua Siswa (mereka) yang menginginkan
Gurunya dipenjara apalagi sampai terbunuh, hanya saja dari sepuluh Siswa hanya
Satu yang menginginkan Guru dipenjara ketika mereka di beri Sanksi berupa Fisik
dan lain-lain.Sebab mereka semua percaya, bahwa Maju Mundurnya suatu Bangsa
sangatlah bergantung kepada bagaimana peran serta Guru di dalam mengembangkan
lembaga pendidikan sehingga terbentuknya karakter generasi yang beriman dan
berakhlak yang baik, serta Generasi yang memiliki kekayaan Inteletual sehingga
mampu menciptakan Inovasi baru untuk masa depannya sendiri selebihnya untuk
Bangsa.
Mengapa tidak.? Jika di salah satu bangsa besar seperti Indonesia,
dikenal memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang sangat luar biasa, akan tetapi disisi
lain Sumber Daya Manusia dinilai sangat kurang maka sangatlah di sayangkan. Meski lahan yang tersedia di Indonesia dikenal
subur, bagai pepatah mengatakan “tongkat ditanampun akan tumbuh“, namun apalah
daya, kalau Si pemilik tongkat pun buta cara dalam memupuk dan memelihara tumbuhan
tongkat pun akan berubah menjadi sampah tak berguna.
_______
Saudaraku sebangsa dan setanah air.
Semua kita berkeyakinan, bahwa berkembangnya sebuah Bangsa sangatlah bergantung
kepada bagaimana wawasan ilmu pengetahuan dan wibawa yang dimiliki tenaga Pendidik
yang akan merubah watak karakter generasi penerus bangsa tercinta ini. Semua
tak terbayangkan, andai kita menghilangkan Profesi Guru di Negeri ini, mungkin
Bangsa ini akan kehilngan segala-galanya. Kita akan kehilangan pemimpin yang
berkeadilan, kita akan kehilangan para Ki’ai dan Ulama yang dapat dijadikan
sebagai Pemimpin Agama, kita akan kehilangan para Politisi yang berpihak kepada
Rakyat kelas rendah, dan pada akhirnya sebuah Bangsa besar ini akan kehilangan
arah dan tujuan hingga jatuh pada jurang kehancuran. Betapa besarnya resiko Bangsa
ini ketika guru tidak ikut serta dalam membangun Negeri ini.
Akhir-akhir
ini, sejak ditetapkan Undang-Undang Perlindungan Anak., sebuah Bangsa besar
bernama Indonesia telah terjadi diskriminasi Guru di berbagai daerah. Bukan
bermaksud mengkritisi apalagi menyalahi aturan yang ada, tetapi setidaknya Konsep
dan kebijakan aturannya sama sekali tidak berpihak kepada mereka yang berprofesi
Guru.
Mempertegas
sekali lagi, sejak lahirnya Undang Undang Perlindungan Anak, maka sejak itu
pula lahirnya Generasi pecinta Narkoba, lahirnya Generasi Anti Bhineka,
lahirnya Generasi buruk Akhlaknya, lahirnya Generasi pembunuh Orang Tua,
lahirnya Generasi pemerkosa Adik Kandung, lahirnya Generasi penyembah Batu.
lantas kepada siapa lagi Bangsa ini kita percayakan kalau bukan kepada mereka ?
sekarang sembari menunggu beranjak Dewasanya Generasi tersebut yang akan
menjadi Raja di Negeri ini, dan Mereka-mereka itulah yang akan Menahkodai
sebuah Bangsa Besar ini hingga berujung kepada runtuhnya semua Agama, pudar
semua Budaya, hilanglah marwah Bangsa yang dijunjung tinggi, dan pada akhirnya
pun Indonesia tersisa puing-puing sejarah.
Guru
sering di Istilahkan sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, maka sudah sepatasnya
kita mengenang dan menghormati segala jasa-jasa mereka yang pernah di berikan
kepada kita.Guru
juga disebut sebagai orang tua Delapan Jam bagi semua yang pernah singgah pada
pendidikan Dasar dan Menengah.
Diakhir
Paragraf ini, Penulis ingin mengajak
kepada semua sahabat pembaca untuk Bertamasya ke masa lalu Bangsa ini. Penulis
menemukan beberapa Fakta bahwa Bangsa Indonesia sejak sebelum ditetapkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak :
Bangsa
Indonesia tidak pernah mengalami kejadian-kejadian Aneh seperti kasus Penganiayaan
apalagi sampai membunuh seorang Guru oleh Murid,
Bangsa
Indonesia tidak pernah ada kabar menyedihkan tentang kasus Pemerkosaan/Perjinahan
antara anak dengan orang tua kandung hamil 3 bulan, antara adik dengan kakak
kandung produksi seorang Anak, apalagi
sampai membunuh orang tua kandung sendiri.
Bangsa
Indonsia tidak pernah menemukan Bayi tak bernyawa ditempat tempat Sampah
seperti kisahnya para Generasi hari ini.
Bangsa Indonesia tidak pernah saling sikut
menyikiut, adu kekuatan antara yang
Minoritas dengan yang Mayoritas. Dalam hal ini Indonesia dikenal sangat
menghargai perbedaan Agama, Budaya, dan Suku.
Bangsa Indonesia bersih dari
ancaman Daruratnya Narkotika
Inilah
Fakta Mirisnya Indonesia yang tidak pernah terjadi pada Masa itu, tetapi sudah
mendarah daging dalam jiwa Generasi Indoesia masa kini. Dan pada akhirnya
penulispun tidak berani menyimpulkan bahwa Fakta ini apakah akan berakhir atau
justru akan terus dibudi dayakan hingga Bangsa Indonesia akan mengakhiri Hayatnya.
Maka
oleh sebab itu, penulis berkesimpulan bahwa penyebab lemahnya nilai Akhlak dan
Moral Generasi hari ini disebabkan mereka berlindung dibalik payung Undang
undang Perlindungan Anak tersebut. Seolah olah Generasi hari ini telah memiliki
taring yang berkekuatan Baja. Layaknya Singa yang ketika turun gunung, maka
barang apa dan siapa saja yang dijumpai diperjalanannya siap diterkam dan
dimakan.
Penulispun
tidak ingin Berandai-andai apatah lagi sampai berteriak dijalanan atas nama
Guru dan Rakyat mendesak Undang Undang tersebut ditiadakan, tetapi setidaknya
ada Pemikiran Positif yang timbul dari Hati Nurani Aparat Pencetus Hukum hakikatnya
akan Kebijaksanaan Undang-Undang
tersebut demi Masa Depan Generasi hari ini dan yang akan datang.
Simpul
dari semua tulisan ini, kami titipkan harapan kecil kami kepada semua Elemen
Pemerhati Bangsa, perhatikan kami atas nama Guru, sebab Ke-Ikhlas-An kami dalam
Membimbing dan Mendidik Anak Bangsa tidak cukup dibayar dengan Himbau akan
Kesabaran, akan tetapi ada hal yang tak kalah penting dari itu, sesungguhnya
kami hidup, kami berkeluarga, kami juga punya tanggung jawab Besar terhadap
Anak dan keluarga kami untuk meneruskan perjungan hidup ini. Harapan kami
semoga selanjutnya Keadilan berpihak kepada seluruh Anak Bangsa tanpa pandang
bulu.
Teriring Salam dan Doa dari kami atas nama
Guru Seluruh Indonesia teruntuk Pemimpin Bangsa Indonesia.Semoga suara kami
didengarkan. Terimakasih.
Wassalamu
Alaikum. Wr.Wb.
Donggo,
09 September 2018
Tulis Komentar Anda