Bangkitnya Budaya Bima Gegerkan Nusantara
Visioner Berita Jakarta-Tercatat puluhan tahun lamanya budaya masyarakat Bima
dan Dompu yang bernama Rimpu, seolah tenggelam dari peredaran. Kecuali, hijab
tradisional ini (Rimpu), selama ini hanya ditampilkan pada kegiatan tertentu
layaknua HUT Bima pada setiap tahunnya. Padahal budaya yang diakui sebagai
warisan leluhur sekaligus identitasnya suku Bima ini, dahulu kala digunakan
oleh para wanita Bima menjadi pakaian kesehariannya.
Aspek
kelemahannya, bukan saja terjadi karena terapan kebijakan oleh pemerintah yang
terkesan acuh. Tetapi, juga dinilai dipicu oleh pergeseran zaman dimana
masyarakat Bima lebih memilih tampil dengan cara modern.
Kendati
demikian, ditengah kesan nyaris hilangnya budaya rimpu ini ternyata masih ada
orang Bima yang memiliki perhatian lebih untuk mengembalikannya. Tujuannya, agar
identitas Bima melalui Rimpu ini tak punah kendati terjadi pergantian zaman.
Minggu
(15/7/2018), sekitar 5000 peserta memadati arena Monumen Nasional
(Monas)-Jakarta Pusat (pusat) dengan menggunakan Rimpu. Para pesertanya bukan
saja perempuan asli Bima, tetapi juga melibatkan warga lainnya seperti Bali,
Lombok, Sumbawa, Jakarta, Bogor, Deok, Tangerang dan Bekasi.
Seluruh
peserta memadati Monas, tampil berbagai macam Rimpu. Antara lain Rimpu Colo bermodelkan
cadar dan Rimpu Mpida bermodelkan wajah yang tidak ditutup. Moment Festival
Rimpu Bima Dompu yang dinilai sukses menggeerkan Nusantara ini, dimulai sejak
pada pagi hari hingga siang hari.
Liputan
langsung sejumlah awak media baik cetak maupun elektronik melaporkan, para
peserta Rimpu berhasil tampil dengan semangatnya dan bahkan menjiwainya.
Elok Wulansari dan Marina Malik (Juara Rimpu) |
Dosen
pada Universitas Mercu Buana Jakarta ini berharap, Rimpu yang diakui sebagai
identitas (ciri khas) Bima ini harus dipertahankan sampai kapanpun. “Rimpu
harus ditumbuh-kembangkan, dan tidak boleh luntur oleh pergantian zaman. Sebab,
Rimpu adalah identitas kita sebagai orang Bima dan Dompu. Dan Pemerintah harus
memiliki perhatian khusus terhadap Rimpu ini,” tegasnya.
Kegiatan
Rimpu secara Nasional ini, juga dihadiri oleh Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti
Putri, Bupati Dompu, H. Bambang M. Yasin (HBY), Ketua TP-PKK Kota bima, Hj.
Yani Marlina HM. Qurais H. Abidin, Anggota DPR-RI, H. Muhammad Syafrudin, ST,
MT, Anggota DPD RI, Hj. Baiq Diyah Ratu Ganefi, SH, MH, Tokoh Nasional Asal
Bima, Dr. H. Hamdan Zoelfa, SH, MH dan sederetan Tokoh lainnya.
Kegiatan
yang juga memperkenalkan Rimpu di mata Nasional dan bahkan dunia ini, dilaksanakan
oleh Panitia Penyelenggara yang diketuai oleh AKBP Ruslan H. Idris dan Hj. Nur
Aini Harun Al-Rasyid. Pada kegiatan dimaksud, bukan saja sekedar Festival.
Tetapi, juga penentuan juara lomba Rimpu. Dinas Pariwisata Kota dan Kabupaten
Bima, juga terlibat pada moment spektakuler ini.
Masih
dalam liputan sejumlah awak media, kegiatan ini juga diikuti oleh etnis Mbojo,
namun juga Lombok, Sumbawa dan Betawi. Etnis Lombok menampilkan Gendang
Beleq, diikuti Sumbawa dan Betawi dengan Ondel-ondelnya.
Kemeriahan
terlihat di Monas, yang diisi juga dengan berragam acara lainnya. Termasuk
memamerkan berbagai produk lokal Mbojo dan hiburan lainnya. Yang tak kalah
menariknya, saru tenunan asli Bima dalam berbagai model pun habis terjual
dengan harga bervariatif. “Semua laku terjual,” jelas salah seorang pejabata
pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, Drs. Muslimin.
Sementara
warga Bima-Dompu yang ikut berpartisipasi pada kegiatan yang dinilai sangat
menarik ini, tidak hanya wilayah Jakarta. Namun, juga datang dari Depok, Bogor,
Tangerang dan Bekasi. Ada juga dari Bali, selain utusan Pemerintah Daerah
(Pemkab) Bima, Dompu, Sumbawa.
Rimpu
yang dipergunakan adalah rimpu colo yaitu rimpu yang tidak menutup seluruh
wajah. Jenis rimpu ini biasanya dipergunakan wanita yang sudah menikah.
Kemudian
ada juga yang menggunakan rimpu Mpida. Ini rimpu yang menutup sebagian besar
wajah sehingga hanya terlihat mata saja. Biasanya dipergunakan wanita yang
belum menikah.
Tokoh
Bima Dompu Dr Hamdan Zoelva SH MH mengatakan, kagum dengan ide yang dimunculkan
panitia ini. Hal tersebut, dipahami sebagai sebagai upaya untuk mempromosi budaya
Bima. “Ini bagian dari menasionalkan budaya Bima di kanca nasional dan
internasional,” ujarnyanya.
Ayu Lestary (Tengah) bersama dua temannya di arena Festival Rimpu di Monas (15/7/2018) |
Disamping
itu kegiatan tersebut merupakan ajang silaturrahmi warga Bima Dompu. Sebab dari
kesibukannya masing-masing, tentunya jarang bertemu satu sama lain. “Tetapi, Alhamdulillah
melalui kegiatan ini semua bisa bersama kembali,” imbuhnya.
Sementara
itu, Ketua panitia Festival Rimpu, AKBP Ruslan H Idris berharap agar kegiatan
ini bisa mendapat dukungan dari pemerintah daerah. sehingga bisa
diselenggarakan dua atau tiga tahun sekali. “Kami berharap agar pemerintah
memberikan ruang untuk penyelenggaraan kegiatan ini. sehingga budaya Bima bisa
terus dilestarikan,” pungkasnya.
Singkatnya,
Festival Rimpu Nasional ini telah usai. Para peserta yang sudah sekian lama
berjuang untuk menjadi yang terbaik pun telah ditentukan. Marlina Malik berhasil
menjadi juara 1 pada Festival Rimpu Bima-Dompu secara Nasional ini. Sementara
posisi kedua diraih oleh Elok Wulansari (Elok Wai Gani). (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda