Diduga Ada Rekrumen Tenaga Honore Secara Ilegal di Dishub Kota Bima
Kadishub Kota Bima, Ir. Zulkifli |
Visioner Berita Kota Bima-Tak hanya awak media yang menemukan
adanya wajah-wajah baru pada sejumlah Instansi Pemerintah khususnya di Kota
maupun Kabupaten Bima, tetapi hal yang sama juga acapkali ditemukan oleh orang
lain. Tentang siapa, asal dan bagaimana wajah-wajah baru tersebut bisa hadir di
sejumlah instansi tersebut hingga kini masih ditelusuri. Wajah baru tersebut,
adalah tenaga honorer yang diduga tidak jelas model rekrutmennya. Padahal
khususnya di Kota Bima, tahun 2014 Waloikota setempat telah mengeluarkan
instruksi tentang tidak boleh lagi merekrut tenaga honorer.
Ketegasan Walikota tersebut, juga
berjalan beriringan dengan SK Menpan-RB. Tetapi, yang terjadi justeru diduga
tak bebanding lurus dengan kenyataan yang ada di sejumlah instansi di Kota
Bima. Pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bimka dibawah pimpinan, Ir. H. Zulkiflli (Kadishub) misalnya-tahun 2018 diduga terdapat 40 orang wajah baru
bernama honorer yang direkrut. Puluhan honorer baru tersebut, ditengarai
direkrut secara ilegal. Konon kabarnya, masing-masing tenagah honorer baru
tersebut menerima gaji Rp600 ribu per bulan dari Dishub.
“Ya, juga diduga rekrutmen tenaga
honorer tersebut syarat dengan menyetor uang yang angkanya lumayan besar.
Yakni, disinyalir jutaan rupiah per orang,” duga sejumlah sumber kepada Visioner
beberapa hari lalu.
Gaji yang diterima oleh dugaan
puluhan honorer yang direkrut secara ilegal tersebut adalah sama dengan tenaga
honorer lama. Masih menurut sejumlah sumber, hadirnya puluhan honorer baru
tersebut praktis mekahirkan keluhan besar dari tenaga honorer lama. “Tahun
2016, jumlah tenaga honorer K2 di Dishub Kota Bima sebanyak 77 orang. Sementara
kinerja honor yang baru direkrut itu, hanya bermodalkan surat tugas dari dinas.
Besarnya gaji honorer lama dengan yang baru direkrut itu adalah sama, yakni
Rp600 ribu per bulan per orang,” beber sejumlah sumber ini.
Dugaan rekrutmen tenaga honorer
baru secara ilegal tersebut, dilakukan sejak Pebruari 2018. Dan menurut sejumlah
sumber ini, ada juga yang disinyalir direkrut pada Mei 2018. Hingga tahun 2018,
total jumlah honorer baru dengan yang lama pada Dishub Kota Bima sebanyak 114
orang.
“Semuanya digaji oleh Dishub Kota Bima
berdasarkan surat tugas yang ditandatangani oleh Kadis dan Sekdis setempat.
Intinya, hadirnya honorer baru tersebut sangat meresahkan honorer lama. Dan
rekrutmen honorer baru tersebut, jelas-jelas telah melabrak SK Walikota Bima
tahun 2014,” pungkas sejumlah sumber.
Sementara itu, Kadishub Kota Bima
Ir. H. Zulkifli yang dimintai komentarnya membantah dugaan rekrutmen tenaga
honorer secara ilegal sebanyak 40 orang di tahun 2018. “Dugaan itu tidak benar
adanya. Masa sich yang honorer yang direktur tahun 2018 sebanyak 40 orang, akh
nggak segitu jugalah. Tapi, nanti akan saya lihat dulu datanya tentang berapa
jumlah honorer yang direkrut tahun 2018. Dan, data itu ada sama Pak Sekdis,”
sahutnya kepada Visioner mellalui saluran selulernya belum lama ini.
Namun, Zul mengaku adanya
rekrutmen tenaga honore tahun 2018. Namun, angkanya diakuinya tidak sebanyak dugaan
itu. “Memang ada rekrutmen honorer baru, tetapi tidak sebanyak itu. Kita memang
merekrut honorer, karena Dishub kekurangan tenaga. Dan, mereka yang direkrut
itu digaji oleh Dishub. SK Walikota Bima tentang larangan rekrutmen tenaga
honor, memang benar adanya. Namun, apa yang kami lakukan itu bersifat darurat
saja. Tapi, sebaiknya soal ini kita bicara di kantor saja, bukan melalui
telephone,” harapnya.
Zul pun membantah terkait dugaan
penarikan uang terhadap puluhan tenaga honorer yang direkrut tahun 2018. “Nggak
ada penarikan uang, jika benar itu terjadi mana buktinya?. Itu kan hanya dugaan saja, untuk apa saya
uang segitu sementara gaji masing-masing tenaga honorer yang direkrut itu masing-masing
sebesar Rp600 ribu per orang per bulan,” bantahnya.
Menjawab pertanyaan apakah
rekrutmen tenaga honorer yang bersifat darurat tersebut tidak bertabrakan
dengan SK Walikota Bima tahun 2018, Zul mengaku bahwa apa yang dilakukannya
dalam kaitan itu bukanlah sesuatu yang luar biasa.
“Itu bukan rekrutmen yang luar biasa, tetapi mereka
direkrut untuk mengganti petugas yang sudah meninggal dunia dan ada pula yang malas
kerja. Kalau Walikota Bima, malah mempersilahkan merekrut tenaga honorer tetapi
khusus yang dari K2. Sementara yang kami rekrut ini, adalah yang dari K2 dan
yang sukarela di instansi lain. Sekali lagi, mereka yang direkrut itu adalah
diambil dari isnatnsi lain, bukan dari luar,” katanya. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda