Kisah Kusir Gerobak Bersama Keluarganya-Puluhan Tahun Hidup di Dapur Berukuran 3x4 Meter
*Warga Kumpulkan Uang Keberangkatan Siswa Berprestasi ke Luar Kota*
Sudirman Yasin (kusir geroba) di kamar tidur keluarganya, Foto.dok. Visioner (3/4/2018) |
Visioner Berita Kota Bima-Sudirman Yasin adalah warga asal RT 05/02
Kelurahan Pane Kecamatan Rasanae Barat-Kota Bima. Sudirman bekerja sebagai
kusir gerobak pengangkut pasir yang setiap hari menunggu muatan di sebelah
selatan Kantor Pos lama, tepatnya di depan tempat prakteknya drg. Yuni Ardi.
Pendapatan per harinya melalui usaha tersebut, terkadang ada-juga terkadang nihil.
Sayangnya, dia enggan membuka tentang berapa nominalnya. Namun terkadang pendapat
per harinya tak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
Sudirman memiliki seorang isteri
dan tiga orang anak. Anak pertamanya bernama Targhiburrahim. Dua orang anaknya
yang lainnya, masih duduk di bangku SD di salah satu sekolah di Kota Bima. Targhiburrahim,
tercatat sebagai siswa berprestasi dan beberapa kali menjuarau Olimpiade mata
pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Kimia. Karena prestasinya yang luar
biasa, Targhiburrahim mendapat untuk untuk memilih kuliah di Kampus Negeri. Atas
undangan resmi tersebut, Targhiburrahim, mendaftarkan diri dua Negeri di
Indonesia yakni di Universita Mataram (Unram) NTB dan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).
Inilah Dapur di kamar itu, terlihat isterinya Sudirman sedang memasak sesuatu |
“Saat ini, keluarga miskin
tersebut sudahn puluhan tahun hidup di dapur bibinya yakni Halimah. Di dapur
ukuran 3x4 meter itu, juga dijadikan sebagai dapur, kamar tidur, tempat belajar
anak-anak, tempat penyimpanan pakaian keluarga dan lainnya. Sumber kehidupan
bagi keluarga ini, hanya diperoleh dari hasil pengangkutan pasir menggunakan
gerobak dengan nilai per harinya tak seberapa. Kuda dan gerobak milik Sudirman
ini, adalah pemberian ayah kandungnya yang bekerja pencari ikan di kali-kali,”
ungkap Ketua RT 05/02 Kelurahan Pane yakni Dodi kepada Visioner, Selasa (3/4/2018).
Awalnya Visioner meragukan
informasi menarik dari Dodi ini. Namun pada selasa siang (3/4/2018), Visioner
berhasil melakukan Investigasi secara akurat tentang kondisi kehidupan si miskin
nyata bernama Sudirman yang puluhan tahun menghidupi keluarganya dengan cara
mengangkut pasir menggunakan gerobak pemberian ayah kandungnya itu. Pada moment
tersebut, Visioner ditemani oleh Dodi.
Ketua RT, Dodi (berbaju merah paling kanan) sembari menunjujan bukti prestasi Targhiburrahim |
Faktanya, dapur yang dijadikan sebagai tempat
tinggal oleh keluarga miskin ini terletak pada bagian paling belakang pada
rumah milik Halimah yang juga bibinya Sudirman. Pada moment tersebut, Visioner
juga sempat masuk ke dalamnya sekaligus mengambil dokumentasi. “Ini di bagian
baratnya kami jadikan tempat tidur, disebelah timurnya kami jadikan dapur untuk
memasak, di kamar ini pula ada TV ukuran sangat kecil, tempat gantungan pakaian
dan di sebelah utara dapur ini ada WC. Dan WC tersebut, kami gunakan bersama
dengan bibi Halimah,” jelas Sudirman.
Sudirman (paling kiri) sambil memegang piala atas perstasi yang diperoleh Targhiburrahim |
“Dari kecil saya hidup dengan
nenek (Hj. Hamidah). Umur saya sekarang sudah 42 tahun, menikah sudah sekitar
18 tahun. Punya anak tiga, salah satunya adalah Targhiburrahim ini. Sejak
berkeluarga, Nenek berpesan agar saya tetap tinggal di sini. Dan saat itu,
Nenek berpesan agar saya tidak boleh jauh dari bibi Halimah. Itulah yang
membuat kami harus tinggal di sini, kendatipun saya dan keluarga menjadikan
dapur juga sebagai kamar keluarga,” terang Sudirman.
Menjawab pertanyaan pernahkah
pemerintah hadir melihat secara langsung kondisi kehidupannya sekaigus
menawarkan tempat tinggal baru, Sudirman mengaku tidak pernah. Kecuali, ketua
RT setempat saja yang melakukan pendataan dengan tujuan hanya untuk mendapatkan
Beras Miskin (Raskin).
“Setelah dilakukan pendataan oleh
Pak Dodi ini sebagai Ketua RT, kami mendapatkan Raskin dengan jumlah bervariatif.
Maksudnya, 3 Kg dan ada juga 10 Kg yang diberikan oleh Lurah setempat. Pertanyaan
pernahkan Pemerintah datang melihat langsung kehidupan kami sekaligus
menawarkan tempat tinggal, sama sekali tidak pernah ada. Kecuali, suatu waktu
mereka pernah datang meminta foto copy KTP dan KK dan sampai saat ini tidak
pernah kembali,” ungkap Sudirman.
Inilah Siswa Berprestasi, Targhiburrahim sambil memperlihatkan uang dikumpulkan untuk ke luar Kota itu |
Selain itu, keinginannya yang
paling besar adalah Targhiburrahim harus melanjutkan sekolah sampai mendapat
predikat Sarjana. Sebab, sangat disayangkan seabrek prestasi yangt diraihnya
itu ketika tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya setelah tamat di
MAN 1 Kota Bima. “Jika ada hamba Allah yang membantu biaya kuliah Targhiburrahim,
kami harus mengucapkan terimakasih tak terhingga. Beberapa waktu, Targhiburrahim
sudah mendaftarkan di dua Kampus Negeri. Yakni di Unram-NTB dan UNY, doakan
saja agar dia bisa lulus di salah satu Kampus negeri ini,” pintanya dengan mimik wajah yang hampir mengeluarkan air mata.
Dua diantara sekian banyak piagam penghargaan atas perstasi terbaik Targhiburrahim |
Sebagai Ketua RT setempat, Dodi
menegaskan bahwa kemiskininan yang menimpa keluarga tersebut adalah nyata dan
sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Dodi kemudian membeberkan, puluhan
kali petugas Pemerintah melakukan pendataan kemiskinan terhadap keluarga ini.
KTP dan lainnya, juga telah diserahkan oleh keluarga ini kepada petugas
dimaksud. “Namun, sampai sekarang tak kunjung datang lagi ke rumahnya Sudirman
ini. Sebagai Ketua RT disini, tentu saya paling tahu,” beber Dodi.
Sudirman bersama kuda dan gerobak satu-satunya sebagai sumber kehidupan keluarganya |
Dodi mengaku, motivasi perjuangan
yang dilakukannya lebih kepada agar Targhiburrahim ini lebih kepada menolong
sesama. Sebab, seabrek prestasi terbaik yang telah diraih si miskin Targhiburrahim
ini mendesaknya untuk mencari orang-orang yang bersedia membantu kuliahnya
hingga selesai.
“Targhiburrahim juga membuka les kecil-kecilan
bagi kawan-kawannya yang belum bisa matematika, bahasa inggris dan ilmu kimia.
Dia membantu kawan-kawannya dengan Targhiburrahim, maksudnya tidak dibayar. Mengajarkan
kawan-kawannya untuk bisa bermatematika, berbahasa inggris dan tahu soal ilmu
kimia-hanya dibarter dengan WiFi gratis di rumah kawan-kawannya itu pula.
Begitu informasi yang saya peroleh,” ungkap Dodi.
Ketua RT, Dodi (paling kiri) berfoto bersama Surdirman dengan rekan sesama profesinya |
“Saya ingin kuliah, mudah-mudaha
dengan itu saya bisa berbhakti kepada orang tua sekaligus membebaskan mereka
dari kemiskinan. Saya ingin kedua orang tua dan dua orang adik saya bahagia, dan
berharap agar suatu saat memiliki sepetak tanah dan rumah sendiri,” harap anak
muda miskin tetapi kaya soal prestasi ini.
Dia juga mengaku, telah
mendaftarkan diri di dua Kampus Negeri dimaksud. Untuk bisa lolos ke salah satu
Kampus Negeri tersebut, Targhiburrahim mengaku bahwa pihak MAN 1 Kota Bima telah
memberikan jaminan kepadanya.
“Ya, pihak sekolah memberikan jaminan untuk lolosnya
saya ke salah satu Kampus Negeri itu. Informasi yang saya dengar, UMPTN akan
berakhir sekitar bulan Mei 2018. Soal hidup di dapur ini, sampai sejauh ini
kami masih nyaman. Sebab, Bibi Halimah juga orangnya sangat baik terhadap kami.
Pesan Nenek, kami tidak boleh jauh dari Bibi Halimah. Untuk kedua adik saya
yakni Sulis dan Amar harus tetap sekolah. Sementara permintaan saya kepada
Pemerintah, lebih kepada membebaskan biaya kuliah,” pungkas Targhiburrahim. (Rizal/Gilang/Al/Nana/Buyung/Wildan)
Tulis Komentar Anda