Tokoh Wanita Hebat Bersentuhan Mesra Dengan “Mereka Yang Terlupakan”
Abubakar: Hibahkan Tanah ini ke Kami, dan biarkan kami hidup-mati di
sini...!!!
Pada sebuah perkampungan yang
terletak di sebelah barat kantor KPUD Kabupaten Bima yang berada di Desa Panda
Kecamatan Belo, terdapat perkampungan kecial yang dihuni oleh puluhan manusia.
Fakta-fakta tak terbantah seolah mendesak terbukanya mata hati, pikiran dan
langkah-langkah kemanusiaan di sana. Maksudnya ada penderitaan, air mata dan
sebuah kondisi miris yang mendesak terketuknya makna kata hati manusia sebagai
mahluk sosial atas nama sesama di sana. Berikut catatan pentingnya, masih
adakah air mata?.
Foto Bersama BDRG (tujung dari kiri) bersama "Mereka Yang Terlupakan" (22/2/2018) |
Sekitar pukul 9.30 Wita, BRDG
leanding di Bandar Udara (Bandara) Sultan Muhammad Salahuddin Bima. Beberapa saat
kemudian, BDRG melakukan makan siang bersama dengan sejumlah awak media.
Dipenghujung acara makan siang penuh santai, sontak saja BDRG menanyakan
sesuatu. “Hari ini saya mengikuti kegiatan penting di Kota Bima termasuk acara
IWAPI Kota dan Kabupaten Bima. Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, enaknya
kita melakukan kegiatan apa ya kawan-kawan Wartawan,” tanyanya.
Pertanyaan tersebut, sontak
dijawab oleh Visioner. “Maaf Bu Aji, mungkin sebelum ke Kota Bima kita mencoba
mampir di perkampungan Kusta yang ada di Desa Panda-Kabupaten Bima yang lokasinya
di sebelah barat kantor KPUD setempat. Sebab, disana terdapat puluhan warga
sekaligus penderita Kusta yang sudah normal, namun terkesan minim sentuhan. Ketika
Bu Aji mampir ke sana, Insya Allah ada berkahnya,” usul Visioner.
Usulan tersebut, langsung saja
diresponnya dengan baik. “Nah itu bagus, saya juga sempat membaca berita
Visioner tentang itu. Saya juga ingin melihat langsung tentang bagaimana
kondisinya dan apa kira-kira harapan besarnya yang mungkin bisa kita
tindaklanjuti,” papar BDRG.
Singkatnya, setibanya di
perkampungan yang dihuni oleh puluhan warga “yang terlupakan” tersebut, BDRG
dengan crew Media Massa langsung menjambangi mereka. Namun sebelumnya, Visioner
bersama Pimpina Redaksi Media Online aktualita.info Lalu Tudiansyah terlebih
dahulu memberi kabar kepada puluhan warga dimaksud untuk siap-siap menyambut
kehadiran BDRG. Saat turun dari Mobil yang ditumpanginya, BDRG disambut ramah
oleh puluhan warga “yang terlupakan”. “Lho, kelihatannya mereka ini sudah tidak
kusta lagi ya. Itu terlihat pada kondisi fisiknya yang sekarang sudah terlihat
baik,” sebut BDRG sambil menyelaminya satu persatu.
Pada moment tersebut, BDRG
terlihat mendengarkan sekaligus mencatat tentang apa yang menjadi aspirasi.
Aspirasi puluhan warga “yang terlupakan” tersebut, diantaranya Pemerintah
menghibahkan pekarangan masing-masing domisilinya dengan luas rata-rata dua
are, pemerintah memberdayakan mereka melalui usaha pertanian dan peternakan, pemerintah
diminta rutin untuk melayani mereka dibidang kesehatan, peningkatan
kesejahteraan mereka dari sisi pemberian bantuan berupa sembako dan perhatian
lainnya.
“Selai sedih, kita semua juga
sangat prihatin dengan kondisi kehidupan mereka ini. Pertanyaan saya yang
paling mendasar, kemana Pemerintah selama ini. Kenapa rumah mereka yang kumuh
ini tidak diperbaiki melalui program bedah rumah. Kenapa pekarangan tempat
mereka tinggal ini tidak dihibahkan saja. Atas sebuah kondisi ini, kita semua
harus membuka cakrawala berpikir dan langkah hingga keputusan kongkriet. Sebab,
mereka ini adalah manusia yang wajib hukumnya kita perhatikan,’ tegas BDRG.
Tampak BDRG (tiga dari kanan) saat menyerap aspirasi "mereka yang terlupakan" (22/2/2018) |
Selain menyerap berbagai bentuk
aspirasi mereka, BDRG terlihat memberikan bantuan sekadarnya. Bantuan tersebut,
diserahkan warga setempat dengan jumlah sekitar 20 orang lebih, baik untuk
mereka yang sudah sembuh dari penyakit kusta, 6 orang yang masih menderita
kusta dan 2 anak mereka yang masih duduk di bangku SD.
“Saya tidak ingin bentun
bantuannya disebut, sebab itu adalah urusan saya dengan Allah SWT. Terimakasih
kepada rekan-rekan Wartawan yang telah membuka jalan saya sehingga bisa
bersentuhan langsung dengan mereka ini. Harapannya, mereka tetap bersabar dan
Pemerintah bisa membuka matahatinya terhadap kondisi mereka ini pula,” harap
BDRG.
Sebelum meninggal lokasi
dimaksud, BDRG beserta rombongannya melakukan foto bersama dengan puluhan
warga. Kegiatan fotro bersama tersebut, juga melibatkan sejumlah awak media.
Selanjutnya, BDRG bersama rombongannya langsung menersukan perjalanannya menuju
Kota Bima untuk mengikuti sejumlah kegiatan sesuai jadwalnya. “Sekali lagi,
terimakasih kepada rekan-rekan Wartawan yang telah mengajak saya ke sini, dan
selanjutnya aspirasi mereka akan saya sampaikan kepada pihak terkait,”
pungkasnya.
Abubakar merupakan salah satu tetua
dari puluhan warga di perkampung tersebut. Kepada sejumlah wartan, pria yang
sudah berumur sekitar 70 tahun tersebut mengaku tak banyak meminta kepada Pemerintah.
“Hibahkan tanah ini untuk kami. Biarkan kami hidupo dan mati di lokasi ini. Jika
suatu waktu kami mati disini, keluarga kami bisa datang mengaji dan berdoa di
sini pula,” pinta Beko dengan nada luluh.
Beko kemudian menjelaskan, para
penderita penyakit kusta hampir semuanya sudah sembuh. Namun, kini masih
terisisa 6 penderita lagi. Diakuinya, sudah tercatat puluhan tahun pihaknya
tidak dilayani dari sisi kesehatan. Dan, tercatat sudah sekitar 40 tahun lebih
pihaknya berada di lokasi itu pula, tepatnya sejak zaman masih hidupnya
Almarhum Putra H. Andul Kahir. “Dulu ada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pernah hadir memberikan pelayanan kesehatan kepada kami. Alhamdulillah, kami
juga kembali normal setelah diobati oleh WHO,” tandasnya.
Inilah Abubakar alias Beko sebagai tetua di lokasi "mereka yang terlupakan" itu |
“Apakah beras bantuan 5 Kg per orang
per bulan tersebut mampu mencukupi kebutuhan kami, silahkan dikaji sendiri,
Nak. Maaf, maaf dan maaf-kami tidak bisa berkata apa-apa, kecuali menerima
bantuan deri Pemerintah dengan ikhlas,”
ujar Beko.
Beko menjelaskan, di perkampungan
itu hidup puluhan warga yang rata-rata dari keuturnan penderita kusta. Namun,
sebahagian besarnya sudah tidak lagi normal sebagaimana orang lain di wilayah
lainnya di Kabupaten Bima.
“Kami hidup berbaur dengan
manusia yang tidak lagi menderita kusta. Selama berbaur dengan mereka, tidak
ada satupun yang tertula penyakit kusta. Di sudut lokasi ini ada warga narmal
yang tinggal, mereka juga setiap hari berbaur dengan kami. Kenyataannya, mereka
tidak tertular penyakit kusta,” urai Beko.
Beko kemudian menyatakan
apresiasi dan terimakasih tak berujung kepada BDRG yang telah menyempatkan diri
memberikan bantuan alakadarnya serta menyerap aspirasi dari pihaknya. Pernyataan
yang sama, juga disampaikan oleh Beko kjepada pihak-pihak lain yang sudah
datang memberikan bantuan serta mengadakan pompa air yang dirasakan sangat
membantu pihaknya.
“Oh ya, di sini ada sebuah Masjid yang dibangun sejak
puluhan tahun silam. Kini kondisinya sudah rusak parah dan tidak bisa digunakan
lagi. Untuk sholat dan ibadah lainnya, kami terpaksa melakukannya di rumah
masing-masing. Sekali lagi, permintaan kami tidaklah muluk-muluk. Biarkan kami
hidup dan mati di lokasi ini. Hibahkan pekarangan ini ke kami. Jika suatu waktu
kami mati di sini, ada keluarga kami yang datang mengaji dan berdoa di sini
pula,” pungkas Beko. (Rizal/Wildan/Buyung)
Tulis Komentar Anda